Share

Berdebar

Penulis: eri desianto
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-22 11:03:26

Di kamar Rona, buku-buku yang sedari tadi telah disiapkan Rona bertumpuk memenuhi meja riasnya, cahaya mentari yang masuk melewati kisi-kisi jendelanya, berpendar transparan saat Rona menyentuhnya perlahan. perasaan yang tak dapat dijelaskan memenuhi rongga dadanya, perasaan bersemangat melebihi apapun menjalari seluruh sumsum tulangnya. 

Nam mengetuk pintu perlahan, memastikan bahwa putri semata wayangnya telah terjaga, "apa kamu masih tidur?" Suara lembut memasuki rongga telinga Rona, tak biasanya ibunya bersuara lembut seperti itu, seketika perasaan bergidik dan pikiran-pikiran negatif tentang pernikahan berputar-putar di kepalanya. 

''Rona, pamanmu mau berbicara,tolong keluarlah!" Nam mendorong pintu dengan pelan, manik matanya menangkap Rona sedang bersenang-senang dengan cahaya yang ia coba genggam. 

"Tentang Apa? Rona tak berselera.

"Tentang pekerjaan!" Nam terlihat sangat antusias mengatakannya pada Rona, sebelum meninggalkan kamar itu dia tersenyum tipis pada Rona.

Rona melonjak dari dipan yang didudukinya, setengah badannya mencondong ke depan, suatu keadaan langka yang terlihat seperti adegan pengukuhan kepala osis. senyumnya tertahan di ujung bibir nya yang sengaja ia gigit dengan pelan.

Pendaran cahaya dari balik dinding berubah menjadi cahaya terang yang hangat, setelah beberapa menit mencoba mengatur lonjakan kebahagiaan di dalam rongga dadanya, Rona memasang muka tenang saat menemui pamannya, ia tak ingin terlihat begitu bahagia mendengar apapun perihal pekerjaan, akting alami yang dilakukannya membuahkan hasil yang setimpal. 

"Ada yang mau paman sampaikan," Samos membuka suara sebelum Rona duduk, perasaan Samos yang masih menyimpan kesal pada gadis itu di keluarkan dengan suara deheman serak nya yang khas. "Kamu sudah mencoreng wajah kami dengan tingkah mu yang tak tau malu itu!" Samos merendahkan suara namun terdengar menekan Rona. 

Dibiarkan pamannya berkata sepuasnya, memang sepantasnya dia mendapat semprotan pedas itu, lelaki yang ia percaya malah meninggalkannya begitu saja. 

"Aku mau kamu mengerti Rona! Situasi sekitar sedang tak menguntungkan keluarga kita!" Samos semakin merendahkan suaranya. "Rumor tentangmu telah menyebar luas, aku ingin kamu mempertimbangkan untuk bekerja diluar, hingga mereka lupa akan rumor itu." Samos mencoba menutup kemungkinan yang akan terjadi jika Rona tetap berada di desa itu.

Rona menahan senyumnya, ia tahu jika ia melakukannya di depan pamannya, akan terlihat seperti tak memiliki tata krama sama sekali, kemudian bertanya, "Aku akan bekerja apa?" Rona memasang muka polos, tampak seperti kucing yang sedang meminta makan pada majikannya.

"Kamu bisa kerja di tempat teman paman, di percetakan buku." Samos berkata dengan memainkan alisnya sebelah, berharap Rona bersedia dengan tawaran itu, sebelum ia mengeluarkan opsi kedua, Rona menjawab dengan cepat. "Iya, jika itu yang Paman inginkan." Gejolak dalam dada Rona mengencangkan detak jantungnya, semakin berdebar ia semakin bertambah rasa senangnya. 

Di antara banyaknya kejadian yang telah dialami Rona, kebahagiaan kali ini tak dapat ditandingi dengan apapun. Samos yang melihat gelagat pasrah dari Rona kembali membuka suara, "Kamu dapat berhenti kapanpun, tapi pikirkan tentang rumor itu, paman harap kamu bisa mengerti.'' Suara serak berubah menjadi kata-kata iba yang di lontarkan Samos menyentuh perasaan Rona, betapa keluarga nya begitu memperdulikan keadaannya dengan apa yang telah diperbuatnya keluarganya masih begitu peduli. 

Samos meninggalkan Rona yang masih pada lamunannya, pikiran-pikiran mengutuk diri sendiri dilakukan otaknya secara terus-menerus. Nam menghampiri Rona yang duduk terdiam, matanya sayu memandang kedepan. 

"Kamu tak setuju dengan usulan pamanmu?" Nam mencoba berbicara dengan nada yang dilembut-lembutkan. 

"Tidak juga." Rona tak ingin berkomentar lebih jauh, sebab ia tak ingin ibunya mengetahui perasaan senang yang membuncah di dadanya. 

"Dengarkan kata pamanmu sekali ini saja, permintaannya juga demi kebaikan kamu Rona." Nam mengelus rambut Rona yang telah lama tidak ia lakukan. 

"Iya Bu." Rona menjawab singkat, namun tatapannya terlihat begitu setuju dengan apa yang dikatakan paman Samos kepadanya. 

"Siapkan semua baju kamu, kalau kamu setuju besok kita akan ke kota." Nam menahan rasa bahagianya, ia memalingkan wajah kemudian berbalik meninggalkan Rona yang masih duduk di sofa rumah mereka. 

Udara hangat memenuhi kamar Rona, buku-buku perihal bagaimana cara membuat CV yang baik dan pekerjaan yang tepat disusunnya kembali di dalam rak putih miliknya, rak yang sudah sesak dengan buku-buku pelajaran dan kertas-kertas coretan menambah sesak kamar kecil itu. Rona mengayun-ayunkan diri, mematut diri di cermin, berputar-putar, kemudian tersenyum lagi, tak ada cara tepat yang dapat ia lakukan untuk mengeluarkan energi dari buncahan kebahagiaan di dadanya. 

"Aku bahkan belum melakukan usaha apapun, keberuntungan dengan sendirinya datang padaku, kupikir ini adalah buah dari apa yang dilakukan Gavin kepadaku, satu kemalangan kemudian datanglah satu keberuntungan." Rona berbicara di dalam hati, menutup mata kemudian memikirkan hal-hal baik yang akan menimpanya hari-hari esok. 

***

Matahari semakin menanjak, menaiki langit dengan sedikit rasa malas sebab awan menutupi sebagian wajahnya, Maven tak begitu peduli dengan cuaca hari itu, ujian tengah semester yang sedang ia lalui banyak menyita pikirannya, jawaban yang ia tulis di kertas ujiannya membuat ia bingung tak terkendali, perihal soal bahasa indonesia yang menginginkan ia membuat sebuah puisi dengan tema cinta akan tetapi jari-jarinya bahkan tak dapat menuliskan satu kata pun, ia bahkan menulis puisi sedih yang tak berujung, rasa kesal pada dirinya sendiri ia lampiaskan pada kalimat singkat pada puisinya.

"Aku tak ingin disebut pujangga, perasaan ini nyata untukmu, untuk kekasih mendungku." 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Gavin Kembali

    Lima baris kursi telah disiapkan keluarga Samos untuk menyambut kedatangan Maven beserta keluarganya, senyum mengembang di setiap insan yang berada disana.Desas-desus gadis seratus juta menjadi buah bibir hangat bagi ibu-ibu bermulut besar di kampung itu."Kau tahu? Gadis itu dilamar lagi!""Yah, aku juga mendengar itu, lebih nya mereka menyiapkan uang seratus juta full!!!""Kasihan sekali, mereka tak tahu bahwa gadis itu sudah tak suci."Obrolan-obrolan panas yang dibuat wanita-wanita kampung di sela-sela ramai dan khidmat nya acara lamaran Rona

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Bantuan Radi

    Sesaat setelah Maven kembali kerumah, Radi langsung menanyakan perihal pelayarannya kali ini, setelah dua bulan mereka tak pernah berbincang sedikitpun."Bagaimana dengan pelayaranmu kali ini?""Lumayan melelahkan, ombak Februari masih terbilang tinggi,'' Maven menjawab seadanya."Apa kamu mau menikah?"Pertanyaan Radi begitu mendadak membuat Maven terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan cepat, "yah""Baguslah, umurmu sudah masuk dua puluh lima tahun, Ayah harap kamu sudah cukup matang untuk menikah""Tapi, aku belum punya apa-apa."

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Lamaran Cal

    "Maaf Rona aku harus kembali ke Makassar, aku tidak enak kalau terlalu lama ditempat ini, sesuatu yang mau kupastikan sudah terjawab, aku mohon tunggu aku yah beberapa saat lagi, aku pasti datang jemput kamu."Kata-kata perpisahan Maven membuat Rona menanggung rasa yang sama saat ditinggalkan oleh Gavin, akan tetapi perbedaan terbesarnya adalah, Maven menjelaskan dengan detail bahwa dia akan kembali sedang Gavin pergi tanpa menjelaskan apapun."Aku akan tunggu," tak terasa air mata Rona menetes yang disambut cepat oleh tangan Maven untuk menghapusnya."Aku janji gak akan lama, tapi bersabarlah.""Iya!" Rona mengangguk.Perpisah

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Jawaban

    Peluh yang keluar dari pori-pori Lucas membat Maven bergidik jijik, "Luar biasa keringatmu teman, sepertinya bisa dijadikan air mandi untuk seminggu!" Maven mengejek dengan gaya Khas Lucas yang tengil.Lucas terengah-engah, napasnya yang dikumpulkan di rongga paru-parunya keluar dengan paksa lewat mulutnya."Kamu harus mencobanya besok! Udara disini sangat bagus untuk berolahraga," tukas Lucas.Andrew menilik keluar, melihat Lucas yang baru saja pulang berolahraga membuat dia tersenyum bangga, anak itu memang pantas disebut anaknya.Lucas masuk lewat pintu belakang, peluhnya bisa saja menetes ke dalam ruangan yang sudah dibersihkan ibunya. Sedang Rona menunggu dengan tak sabar, tak biasanya A

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Kecewa

    Andrew tak menjemput Lucas seperti biasanya, Lucas yang meminta, dia akan naik angkutan kota jika itu diperlukan, namun ojek motor adalah pilihan yang paling pas."Dari tadi kamu bengong dan terus melamun,'' Lucas menyadarkan Maven yang masih mempertahankan lamunannya."Maaf." Maven terkesiap dengan cepat ucapan itu keluar dari mulutnya."Sudah aku bilang, gak usah kamu pikirin, lama-lama kamu bisa stres, sekarang pikirkan bagaimana caranya Rona membalas cinta kamu!" Ucapan Lucas yang terakhir membuat Maven tersadar, peran penting dalam sebuah hubungan adalah mendapat balasan yang baik dari pasangan baik itu perasaan maupun perhatian.Maven tergesa-gesa mengangkat ransel yang ditandainya seba

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Maven Kembali

    Angin Desember, ritual pemanggil flu paling alami, setelah terombang-ambing selama tiga bulan lebih di atas kapal yang melaju di antara ombak dan perpisahan di setiap pelabuhan, Maven menyunggingkan senyumnya, kini waktunya kembali, meski kepalanya masih terasa berdenyut tak mengurungkan niatnya untuk datang menemui Rona."Kamu mau langsung pulang?" Maven bertanya pada Lucas yang mengangkat barangnya di sela-sela ramainya siswa yang baru saja turun dari kapal."Iya, aku sangat rindu ibuku!" Lucas menjawab tak seperti biasanya, pengalaman yang dialaminya selama berlayar terus mengingatkannya pada ibunya, pelayaran yang terasa ingin membunuhnya pelan-pelan."Aku ikut!" Maven mengacungkan telunjuk nya seperti anak kecil yang ingin memberi jawaban di dalam kela

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Mencintai Rona

    Ruangan gelap membentuk kisi-kisi cahaya yang datang dari luar membuat Maven tak bisa tidur, Maven tidak pernah merasakan suhu tubuhnya meningkat, sesaat setelah mengingat hal-hal yang telah diucapkannya pada Rona.Gadis itu memiliki pesona yang tak dapat mengalihkan pikiran Maven terhadapnya,Kulitnya selembut embun dan senyumnya yang membuat siapapun dapat terpikat. Semenjak pertemuan nyatanya dengan Rona, Maven semakin giat melakukan apapun, membaca buku-buku yang dapat membuatnya sukses lebih cepat serta hal-hal yang membuat dia terlihat dewasa dan mampu menjadi tempat bersandar bagi Rona."Tunggu aku, Jika kau ingin. Tapi percayalah aku akan membuatmu ingin menungguku."Persiapan pelayaran terakhir yang dilakukan Maven akan membawa nya ke tahap

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Ruth

    Dua Puluh Enam November, tepat hari ini adalah hari kelahiran Ruth sejak Dua Puluh Empat tahun yang lalu, kehidupannya yang terbilang masih terbayang-bayang pada masa lalu kelam,membuat Ruth harus bersabar setiap mendengar ujaran kebencian dari para tetangganya, setelah memutuskan bercerai dengan suaminya, Ruth memilih tinggal sendiri, dibanding harus kembali kerumah orang tuanya.Kehampaan yang terasa mengusik hari-hari yang dilewati oleh Ruth.Lelaki yang dicintainya mencintai orang lain, bahkan gadis itu adalah sepupu nya sendiri.Aku tak tahu harus bagaimana Vin, semenjak pertemuan itu aku benar-benar tak dapat melupakanmu, aku mencintaimu. Aku harus apa?Ruth menghempaskan tubuhnya pa

  • Pernikahan Gadis 100 Juta   Cemburu

    Percakapan singkat yang terjadi antara Cal dan Andrew membuat suasana menjadi hening dan menegangkan. Rasa sesak yang tiba-tiba dirasakan oleh Rena juga dirasakan oleh Cal, tak ada yang berani mengeluarkan suara apapun bahkan suara batuk kecil yang tertahan di tenggorokan Maven dibiarkannya menjadi air liur kemudian ditelannya pelan-pelan.Ada ketidaksetujuan yang terdengar begitu keras dari ucapan Andrew meski tak diucapkan secara langsung.Rena mempertahankan posisinya agar terlihat baik-baik saja, akan banyak hal yang mungkin saja dapat membuatnya tampak lebih kikuk lagi, Rona mengerti perasaan Rena, digenggamnya pelan tangan gadis itu, dengan bahasa isyarat mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.Andrew tak melanjutkan ucapannya, fokusnya kembali tertuju

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status