Share

Empat Puluh Enam

Raya menyelami mata sayu dan lelah milik Fajar, tak ada tatapan bercanda dan mengejek seperti biasanya. Tanpa suara, tanpa perdebatan. Semakin lama dia menantang mata itu, hatinya semakin berdesir hebat, ada rasa berbunga-bunga yang tidak bisa dijabarkan bagaimana wujudnya.

Raya memutuskan kontak mata lebih dulu, menggelengkan kepalanya dan menunduk menatap lantai kayu yang dilapisi tikar anyaman rotan. Raya bangkit, merapikan baskom berisi air hangat dan memeras handuk basah itu. Kemudian mengangkat mangkok bubur sekalian baskom kecil itu menuju dapur rumah panggung. Semua gerakan itu tidak luput dari pandangan Fajar, bagaimana lengan ramping dan mulus itu terulur membawa dua barang secara bersamaan. Bagaimana rambut indah itu tergerai bebas dan disematkan ke telinga kirinya. Wanita itu, layak di juluki bidadari yang sedang tersesat di Bumi.

Belum habis renungan Fajar, Raya kembali muncul di pintu kamar, menutup pintu yang mulai lapuk itu dengan perlahan dan berjalan bimbang ke arah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status