***"Nanti Yamazaki-san mampir deh ke Indonesia. Di sana kalau berbuka puasa pasti banyak banget takjil yang menggugah selera. Pastinya kalau sore suka jadi macet," ucap Mesya."Ya. Saya pernah juga mendengar di sana itu ada istilah ngabuburit. Teman saya juga mengatakan bahwa di Indonesia itu kalau buka puasa do sana sangat menyenangkan," balas Yamazaki."Ke sana saja, Yamazaki-san. Siapa tahu jodohnya dari sana," celetuk Mesya.Yamazaki tersenyum dan membuat Gadis tertegun. Bagaimana bisa si dingin itu begitu ramah dan hangat pada Mesya, sedangkan dengan dirinya lelaki itu sangat dingin. Bahkan untuk sekedar senyum saja, Yamazaki tak pernah menunjukan padanya.Gadis tak habis pikir kenapa dirinya korban dari wajah dingin itu. Apa memang sebenarnya lelaki itu tak menyukainya dari awal?Yamazaki akhirnya pamit dari hadapan Mesya dan Gadis untuk menyapa teman-teman lainnya dan setelah lelaki itu pergi, Mesya menatap Gadis yang dari tadi hanya diam saja."Kamu kenapa sih berubah jadi pa
***"Ibu..." Gadis menangis melihat Putri di layar gadget-nya."Assalamu'alaikum, Nak. Kenapa menangis?" tanya Putri, ia menahan tangisannya agar Gadis tidak semakin tambah menangis."Kangen sama Ibu," balas Gadis tersenyum. "Ibu apa kabar? Ayah di mana?" tanyanya."Alhamdulillah Ibu baik dan sehat. Ayahmu masih berbincang-bincang di masjid. Gimana puasa perdana kamu di Jepang? Di sana bukankah durasi puasanya lebih lama?""Iya, Bu. Terasa lemas dan masa harus sahur dimulai pukul 2.30 dini hari, apalagi puasa di sini bertepatan dengan musim panas. Kebayang iman kita di sini benar-benar diuji," jawab Gadis."Tapi kamu enggak bolong, kan?""Ya Allah, Ibu. Memangnya anakmu ini lemah dan manja! Alhamdulillah, puasa perdana Gadis lancar meski terasa lemas, namun ini jadi tantangan Gadis yang benar-benar harus menahan lapar dan dahaga. Sepertinya keislaman Gadis di sini lebih terasa. Oh, iya ini Gadis baru pulang dari acara buka puasa di masjid Camiii, Tokyo. Di sana banyak komunitas muslim
***Sepulang dari kampus wajah Gadis ditekuk, ia masih sebal dengan omongan Yamazaki yang menurutnya itu keterlaluan. Mana mungkin ia suka jika digoda sembarangan sama lelaki yang baru dikenalnya, meski ia seorang janda tapi ia masih punya harga diri.Gadis memencet bell apartemen Mesya, ia ingin menumpahkan kekesalannya pada sahabatnya itu."Baru pulang?""Iya. Nanti buka puasa mau di mana?""Di sini saja ya! Aku masak, ya meski hanya telor dadar sama sambal, lumayan. Kamu mau?""Iya, aku mau. Kita enggak buka puasa bareng lagi, kan?""Hari ini enggak, kemungkinan besok Insya Allah.""Besok buka puasa bersama lagi?" tanya Gadis terkejut."Iya, kebetulan ada yang mau masuk Islam besok. Jadi nanti kita menyaksikannya di masjid Camii.""Dia pasti ada ya?""Dia siapa?""Yamazaki-Sensei.""Oh, Yamazaki- san. Dia pasti ada lah, justru yang mau masuk Islam itu adalah adiknya!" seru Mesya."Adik kandungnya?""Iyalah, masa adik ketemu gede," balas Mesya. "Kenapa kamu tanyain dia ada atau engga
***Setelah Yamazaki memberi ceramah di masjid Asasuka. Yamazaki berbicara dengan ramah pada semua jamaah dan pengurus masjid. Gadis pun ikut nimbrung karena salah satu imam masjid itu adalah orang Indonesia."Alhamdulillah, terima kasih karena Sensei mau datang dan berceramah di sini," ucap Fatih, imam masjid Asasuka."Saya selalu merindukan masjid ini dan juga saudara-saudara saya yang sudah lama kita tidak berjumpa. Jadi saya senang sekali saat Fatih-San meminta saya untuk memberikan ceramah, meski sebenarnya saya jauh dari kata layak," balas Yamazaki."Sensei sangat layak, Masya Allah. Saya sangat kagum dengan banyaknya ilmu yang Sensei kuasai. Sensei pun bisa dengan mudah hapal Al-Qur'an," puji Fatih dan ia melihat Gadis yang daritadi datang bersama Yamazaki. "Sensei, ini adalah calon istrimu?" tanyanya tersenyum."Bukan. Dia juga salah satu mahasiswi dari Indonesia dan baru datang ke Jepang," jawab Yamazaki.Fatih langsung antusias saat tahu kalau perempuan yang datang bersama Y
***Gadis masih mendalami apa yang ia baca. Buku pemberian Yamazaki membuatnya penasaran dan tak pernah bisa berhenti untuk membaca tiap lembar yang ia baca. Gadis tidak bisa berhenti karena apa yang dibacanya sangat cocok untuk semua luka, ketakutan yang saat ini ia hadapi. Gadis menangis karena buku itu. Hatinya bimbang lagi, bisakah ia menjadi wanita yang paling bahagia? Bisakah ia melupakan kesedihan yang Devano dan Dhea torehkan padanya? Bisakah ia tidak mengeluh kenapa pernikahannya harus kandas?Gadis mengingat lagi apa yang telah ia baca: Apa faktor penyebab seorang wanita itu bahagia? Bahagia kah kehidupan Asiah Binti Muzahim, isteri Firaun, yang setiap masa dilimpahi kasih sayang bahkan harta yang melimpah ruah?. Sudah tentu tidak, Asiah mengingankan rumah indah di Taman syurga kepada Tuhannya.Wahai Muslimah Solehah, masih ada peluang untuk berubah, bertaubat kepangkal jalan, karena bahagia yang sebenar-benarnya ialah apabila engkau memperoleh ketenangan hati disaat musibah
***"Apa yang kamu bawa?" tanya Mesya, ia melihat paper bag yang Gadis bawa."Ini dari Yamazaki Sensei," balas Gadis."Sensei ngasih kamu apa?""Entahlah, katanya sih berguna untukku dan aku harus terus pakai," jawab Gadis."Kok bisa ya Sensei kasih kamu hadiah itu, jangan-jangan...""Jangan-jangan apa?""Enggak apa-apa," jawab Mesya tersenyum."Nanti lebaran mau pulang ke Jakarta atau di Tokyo?""Entahlah, sebagaimana di sini saja, jika Sensei membolehkanku pulang ya aku balik ke Jakarta. Tapi, sepertinya aku belum siap kembali ke kota yang membuatku mengingat hal yang pedih. Jujur pengkhianatan mereka dan hancurnya rumah tanggaku membuat aku takut dan trauma. Aku masih terbayang-bayang bagaimana mereka menertawakan lukaku. Aku masih takut, Mesya.""Jika memang kamu pulang ke Jakarta hanya akan membuatmu mengingat luka itu, lebih baik kamu tunda saja. Sembuhkan dulu lukamu di sini. Lebaran di Tokyo itu menyenangkan, nanti kita bisa melaksanakan shalat idul Fitri di Masjid Indonesia T
***Selepas Gadis pamit padanya, Yamazaki langsung terdiam di kamarnya. Ia merasa bersalah karena membuat Gadis menangis dan ketakutan. Yamazaki langsung mengutuk dirinya yang terlalu keras pada perempuan itu. “Aku memang bodoh! Harusnya tidak sekeras itu padanya,” gumamnya menyesal. Yamazaki langsung sadar bahwa Gadis terlalu rapuh, ia melihat Gadis menyimpan banyak luka di sorot matanya. Yamazaki penasaran dengan kehidupan Gadis dan ia langsung mencari nama ayah Gadis di internet.Prof. Dr. Hadi Rudyatmo, M.SIE adalah ayah kandung dari Gadis dan merupakan rektor salah satu universitas negeri top di Indonesia. Dan hal yang membuat Yamazaki terkejut adalah berita tentang perceraian Gadis yang heboh karena perselingkuhan suaminya. Kento menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa perempuan secantik dan sepintar Gadis diselingkuhi?Pintu kamar diketuk, ia melihat Harumi tersenyum di balik pintu dan langsung masuk ke kamarnya dan Kento langsung menutup laptopnya.“Kenapa Oniichan belum tidur
***Gadis memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya Mesya untuk berbuka puasa, meski ia datang agak terlambat. Ia memakai cardigan dan pashmina warna senada yang Kento hadiahkan untuknya. Gadis melihat lelaki itu sedang berbicara dengan Mesya dan lainnya. Entah kenapa wajah Yamazaki membuat hatinya teduh.“Gadis!” sapa Yamazaki, ia terkejut dengan kedatangan perempuan itu.“Assalamu’alaikum, Sensei,” sapa Gadis tersenyum.“Wa’alaikumussalam,” balas Yamazaki. “Kamu sudah sehat?”“Alhamdulillah. Sekarang sudah sehat,” jawab Gadis. “Sensei, di mana Harumi?”tanyanya, ia tidak melihat sosok gadis itu.“Tadi dia di sini, tapi temannya mendadak masuk ke rumah sakit. Jadi Harumi pamit duluan,” balas Yamazaki.“Wah, cantiknya kamu sayang, Masya Allah,” puji Mesya. ia takjub melihat jilbab yang melekat di kepala Gadis. Kali ini aura kecantikannya terpancar. “Yamazaki-San, Gadis kami sangat cantik kan memakai jilbab? Lihat anggun sekali ya dia!” ucapnya meminta pendapat Yamazaki.Yamazaki