Share

Mata-mata Damian

Penulis: Anidania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-29 21:38:11

Panel komunikasi berubah warna menjadi merah, sebelum akhirnya terputus dan kini monitor hanya menampilkan grafik dan peta khusus yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu. Damian menoleh ke samping, lalu memundurkan badannya dan bersandar pada dinding di belakangnya.

“Hhhh,” ucapnya menghela napas panjang seraya memijat pelipisnya yang tampak sedikit menegang. Ia terus memikirkan bagaimana agar peperangan yang lebih besar tak kembali meletus seperti beberapa tahun yan g lalu.

“Pria itu benar-benar bajingan!” umpatnya. “Bagaimana bisa dia melakukan hal itu?”

Damian kembali menoleh ke arah layar dan mencondongkan badannya ke depan. Ia mengetikkan beberapa perintah cepat, dan membuka peta digital yang menyorot pada area timur laut—tepat di dekat pelabuhan tua yang kini telah nyaris terlupakan oleh dunia. Titik-titik biru kecil menunjukkan perangkat pengintai yang telah dikirim Carden mulai menyebar secara otomatis, menyapu wilayah itu dengan sensor panas dan kamera gerak yang b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Kau Mencintaiku, Damian?

    Alea melirik Damian yang tengah menyantap hidangannya dari ekor matanya. “Kau tahu, Damian … terkadang sikapmu benar-benar menyebalkan,” ujar Alea menggelengkan kepalanya di sela-sela ia menyantap hidangan malam yang sudah ia siapkan.“Dalam hal apa?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Alea.“Dalam hal sikap kau yang terlalu dingin,” jawab Alea tanpa ragu. “Seolah tidak ada satu pun emosi yang ingin kau tunjukkan di depanku, seakan dunia ini bukan milikmu, dan kau hanya sekadar menumpang lewat tanpa ingin bertahan lebih lama.”Damian terdiam sejenak, lalu menyuapkan makanannya dengan perlahan. “Aku tidak pernah merasa perlu menjelaskan diriku pada siapa pun.”Alea terkekeh kecil mendengarnya. “Lucu sekali,” jawabnya menggelengkan kepala. “Kau bicara seperti seorang pria yang sudah terbiasa menyembunyikan luka lamanya dan menguburnya dalam-dalam.”Damian mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Alea, “Dan kau bicara seakan seperti seseorang yang terbiasa menantang bahaya tanpa tahu apakah a

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mata-mata Damian

    Panel komunikasi berubah warna menjadi merah, sebelum akhirnya terputus dan kini monitor hanya menampilkan grafik dan peta khusus yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu. Damian menoleh ke samping, lalu memundurkan badannya dan bersandar pada dinding di belakangnya.“Hhhh,” ucapnya menghela napas panjang seraya memijat pelipisnya yang tampak sedikit menegang. Ia terus memikirkan bagaimana agar peperangan yang lebih besar tak kembali meletus seperti beberapa tahun yan g lalu.“Pria itu benar-benar bajingan!” umpatnya. “Bagaimana bisa dia melakukan hal itu?”Damian kembali menoleh ke arah layar dan mencondongkan badannya ke depan. Ia mengetikkan beberapa perintah cepat, dan membuka peta digital yang menyorot pada area timur laut—tepat di dekat pelabuhan tua yang kini telah nyaris terlupakan oleh dunia. Titik-titik biru kecil menunjukkan perangkat pengintai yang telah dikirim Carden mulai menyebar secara otomatis, menyapu wilayah itu dengan sensor panas dan kamera gerak yang b

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mencari

    Damian membuka tas ranselnya yang dilengkapi beberapa senjata tersembunyi di beberapa bagian. Tanpa banyak kata, ia mengeluarkan sepotong roti cokelat berbentuk persegi—tampak memiliki tekstur yang padat—dengan kertas pembungkus berwarna cokelat yang masih terlipat dengan rapi. Damian meletakkannya di atas meja, lalu mendorongnya perlahan ke arah Alea.Alea menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. “Ini apa?”“Roti lapangan,” jawab Damian singkat. “Biasanya kami membawanya saat berlatih di medan perang dalam jangka waktu yang lama. Tidak mudah basi, padat, dan bisa mengganjal perut cukup lama. Aku sengaja menyisakannya untukmu, agar kau bisa mencicipi rasanya.”Alea menatap roti itu dengan rasa penasaran yang tinggi. “Kau membawanya langsung dari tempat latihanmu dulu?”Damian menganggukkan kepalanya. “Sesekali aku masih memesannya, sekadar untuk mengingat bagaimana sulitnya aku melewati situasi itu sampai aku bisa menjadi seseorang yang tenang dalam menghadapi berbagai situasi.”Alea t

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Memaknai Kata

    Alea menatap tulisan itu dengan mata yang sedikit mengembun lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. “Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu,” ucapnya dengan pelan. “Tapi … aku bersyukur karena masih bisa membaca pesanmu hari ini.”Damian menoleh pada Alea. “Dan aku bersyukur karena kau membacanya saat aku masih bisa melihat reaksimu.”Keduanya saling berpandangan satu sama lain. Tak ada kata-kata yang diucapkan selain mata mereka yang saling bercengkerama. Alea menyelipkan kertas itu ke dalam sakunya, lalu menatap Damian tulus. “Terima kasih karena kau telah mempercayakannya padaku.”Damian mengangguk singkat. “Terima kasih telah memilih tetap bersamaku.”Alea menghela napas pelan, seolah mencoba menenangkan perasaannya sendiri yang masih mengambang. Ia melangkah mendekat ke arah Damian, lalu duduk di sisinya di atas balok kayu yang disusun seadanya di ruang bawah tanah itu. Cahaya lampu yang redup membuat suasana terasa lebih hangat, sekaligus lebih intim.“Aku belum pernah meng

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Bisikan Hati Damian

    Alea terbangun terlebih dahulu dan mengerjapkan matanya dengan perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya redup dari lampu gantung yang tetap menyala semalaman. Ia menoleh ke samping dan mendapati Damian yang masih tertidur dengan begitu tenang. Ia bangkit dengan perlahan dan berjalan menuju rak makanan dan perlengkapan logistik yang sudah ia rapikan sejak pertama kali sampai di tempat ini. Ia membuka satu kontainer kedap udara dan menemukan beberapa paket makanan instan, roti kering, dan kaleng sup krim ayam.Matanya beralih menatap microwave portabel yang terpasang di dinding logistik dan senyum kecil mengembang di bibirnya. Dengan gerakan yang cekatan, ia mulai memanaskan sup dalam wadah tahan panas, lalu menyusun dua cangkir kopi instan yang ia tuangkan dari botol kecil berlabel bahasa asing. Setelah terdengar bunyi beep dari microwave terdengar sedikit nyaring dan waktu mulai berjalan mundur, ia melangkahkan kakinya membersihkan wajahnya terlebih dahulu.“Kau sudah bangun?” tanya

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Layaknya Kehidupan

    “Yakin,” ujar Damian dengan mantap dengan menyalakan teko air untuk menyeduh teh herbal di atas kompor kecil yang menggunakan bahan bakar darurat.Alea duduk bersandar di kursi panjang dekat perapian. Rambutnya kini dibiarkan tergerai dan sepatu bootnya sudah terlepas dari kaki jenjangnya."Minumlah," ujar Damian, menyerahkan cangkir teh hangat kepadanya.Alea menerimanya dengan kedua tangan, seketika ia merasakan kehangatan yang meresap hingga ke dalam dadanya. "Apa menurutmu … kita akan keluar dari semua ini dalam keadaan hidup?" tanya Alea dengan menoleh pada Damian yang kini duduk di sampingnya.Damian terdiam untuk beberapa saat. “Aku tidak bisa menjanjikan itu,” jawabnya dengan jujur. “Tapi aku bisa menjanjikan satu hal padamu jika aku takkan membiarkan siapa pun menyentuhmu tanpa melewati tubuhku lebih dulu.”Kata-kata itu seakan menusuk hatinya paling dalam. Ia tahu dunia tempat mereka berdiri sekarang bukan tempat untuk sebuah harapan yang manis, melainkan untuk janji berdara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status