Share

Bab 2

Author: April
"Perempuan jalang, aku sampai dimarahi kakakku karena kamu! Lihat saja, akan aku beri pelajaran kamu! Bersenang-senanglah dengan anjingku!"

Detik berikutnya, napas berat milik anjing besar itu mendekat. Dia langsung menginjak dadaku.

Aku ketakutan dan berteriak, sementara bayi di dalam perut bergerak makin keras.

Saat aku berusaha mendorongnya, tiba-tiba ia menggigit tanganku!

Aku terbaring tidak berdaya di lantai yang dingin. Mendengar dengusan ancaman dari anjing ganas itu di telingaku, aku terisak tanpa suara.

Dalam kesadaran yang samar, aku hampir merasakan malaikat maut melambaikan tangannya padaku.

Tepat ketika aku membayangkan segalanya telah berakhir, Erina muncul kembali.

Dia menarik anjing itu dan memanggil namaku, tetapi aku tidak punya tenaga untuk menjawabnya.

Erina tampak panik dan melangkah masuk dengan cepat.

Gudang bawah tanah itu tidak dialiri listrik dan sekarang gelap gulita.

Erina terpaksa mencengkeram rambutku dan menarik kepalaku ke atas agar bisa melihat wajahku dengan jelas.

Tiba-tiba, dia mendengus keras, lalu melepaskan cengkeramannya dan membanting kepalaku ke lantai.

"Anjingku nggak pernah menggigit orang. Lihat, kamu sampai ketakutan, penakut sekali!"

"Kenapa sekarang nggak berteriak? Bukannya tadi waktu aku telepon kakakku, kamu masih berteriak dengan keras?"

Mata Erina penuh rasa jijik.

"Aku tahu, ini adalah trik barumu, kamu pura-pura mati, 'kan? Aku peringatkan ya, nggak ada lagi yang akan tertipu olehmu di sini!"

Erina mundur dua langkah, lalu membungkuk untuk meraba anjingnya, tetapi tangannya menjadi basah.

Erina membuka ponselnya dan melihat anjing itu penuh darah.

Bahkan sebelum aku sempat menjelaskan, Erina sudah sangat marah dan menendang perutku.

"Dian, kamu gila, ya? Beraninya kamu menyakiti anjingku! Nyawanya jauh lebih berharga dari nyawamu!"

"Kalau ia mati gara-gara kamu, aku akan menyuruh kakakku menceraikanmu!"

"Perempuan jahat sepertimu, sekalipun melahirkan anak, anak itu tetap saja hina, sama sekali nggak pantas menjadi penerus! Kamu masih mau melahirkan lebih dulu daripada kakak ipar? Mimpi saja sana!"

Erina pergi dengan penuh amarah. Sebelum keluar, dia bahkan sempat menutup jendela gudang bawah tanah.

Udara perlahan menipis. Tubuhku gemetar tidak terkendali.

Dalam kesadaranku yang kabur, aku hampir mendengar tangisan bayi.

Suara polos itu terus memanggilku ibu, memohon agar aku menyelamatkan dia.

Aku menangis histeris.

Seharusnya, hari ini, aku bisa bertemu dengan bayiku, mendekapnya di pelukanku, dan mencium wajah mungilnya yang lembut.

Namun, tinggal selangkah lagi...

Mengapa takdir begitu kejam terhadapku dan anakku?

Dengan mata berkaca-kaca, aku mengusap perutku dan bergumam lirih, "Sayang, kalau ada kehidupan berikutnya, Ibu berharap kamu lahir di keluarga yang lebih bahagia..."

Napasku terasa makin lemah, seolah aliran darahku pun perlahan berhenti.

Tepat saat itu, pintu gudang bawah tanah terbuka, seberkas cahaya menyinari wajahku.

Melihatku tergeletak di genangan darah, orang yang datang itu terkejut.

Aku mengerahkan sisa tenaga terakhirku untuk mengulurkan tangan dan berkata dengan lemah, "Tolong... selamatkan aku..."

Suaranya bergetar karena takut. "Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan sampai mendapat hukuman seperti ini dari Tuan Arga?"

"Aku... istri Arga..."

Aku mengulurkan lenganku yang penuh luka, memperlihatkan jari yang masih mengenakan cincin pernikahanku dengan Arga.

Cincin itu berlumuran darah, nyaris tidak terlihat jelas dalam kegelapan.

"Ini cincin yang kami pesan khusus dan hanya ada satu di dunia."

Orang itu mendekat dan mengenali cincin itu. Namun, sebelum membebaskanku, dia ragu sejenak, lalu menelpon Arga.

"Tuan Arga, saya menemukan nyonya di gudang bawah tanah. Beliau berlumuran darah dan tampak sangat kritis. Apa saya perlu membawanya ke rumah sakit?"

Jawaban Arga terdengar sedikit heran. "Darah? Erina baru saja datang mengeluh padaku, katanya Dian melukai anjing kesayangannya. Nggak kusangka lukanya separah itu, pantes saja Erina marah."

Nada suaranya kemudian mengeras. "Jangan tertipu. Itu bukan darahnya. Dia baik-baik saja, dia hanya menggunakan segala cara untuk melahirkan lebih dulu daripada Indri. Jangan ikut campur, nanti aku sendiri yang akan menjemputnya."

Orang itu berusaha menjelaskan, tetapi Arga kembali memutus telepon.

Dia menatapku dengan tatapan penuh belas kasihan, lalu berjalan melewatiku untuk mengambil sesuatu.

Ketika aku mengira dia akan mengabaikanku dan pergi seperti yang lain, dia justru kembali.

"Nyonya, Anda sedang hamil," katanya dengan tegas, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Saya nggak bisa tinggal diam melihat seorang wanita hamil dalam bahaya tanpa menolongnya. Istri saya juga sedang hamil. Saya hanya berharap, kalau suatu hari dia dalam kesulitan, ada orang yang menolongnya. Karena itu, saya akan menyelamatkan Anda."

Dia menggendongku keluar dari gudang bawah tanah, lalu memanggil ambulans.

Untuk pertama kalinya, aku merasa sedikit lega.

Namun, ketika kami tiba di rumah sakit, tempat itu ternyata kosong. Tidak ada tenaga medis, obat, maupun peralatan medis.

Setelah beberapa kali menelepon, petugas darurat baru tahu bahwa rumah sakit ini adalah tempat Indri dirawat.

Karena terlalu mengkhawatirkan Indri, Arga sampai memindahkan semua sumber daya medis ke kamar pribadi Indri!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 8

    Suara Arga gemetar hebat, tubuhnya menunduk berulang kali, tanpa menyisakan sedikit pun kehormatan."Maafkan saya... Ayah Mertua... Saya bersumpah, saya nggak punya niat jahat. Saya hanya ingin membawanya pulang, saya sangat merindukannya dan nggak bisa hidup tanpanya.""Maafkan saya, Ayah Mertua... Saya nggak tahu dia berasal dari Keluarga Widuri." Arga panik. "Nggak, bukan begitu maksud saya, maksud saya, nggak peduli dari keluarga apa Dian berasal, saya tetap mencintainya."Saat ini Arga seperti anjing kecil yang merayap di bawah kakiku, kesombongan masa lalunya hancur berkeping-keping.Ayahku masih belum puas, dia menendangnya dengan keras."Mau membawanya pulang? Supaya kamu bisa menyiksanya sampai sekarat lagi?""Kamu kira dengan membuat perusahaanmu bangkrut sudah cukup? Jangan mimpi! Tunggu saja balasanku, aku akan membuatmu merasakan penderitaan putriku."Aku menepuk punggung ayah, berusaha meredakan amarahnya agar tidak sampai membahayakan kesehatannya.Arga menatapku dengan

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 7

    Arga terkejut oleh tawaku. Ini adalah pertama kalinya otoritasnya ditantang olehku."Dian... kenapa kamu bisa berubah seperti ini?"Aku tersenyum sinis dan melotot kepadanya."Dasar sombong dan arogan! Kukatakan sekali lagi, pergi dari sini, dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!"Arga marah sampai tidak bisa berkata-kata. Saat aku hendak pergi, dia kembali meraih pergelangan tanganku dengan kasar."Dian, aku nggak akan membiarkanmu pergi lagi. Hari ini, tugasku adalah membawamu dan anak kita pulang.""Apa kamu tahu, ketika aku mengira diriku kehilanganmu, aku hampir gila! Hatiku sakit sampai mau mati, siang dan malam aku selalu memikirkanmu.""Kali ini, nggak peduli bagaimana kamu menyiksa atau mengujiku, aku nggak akan melepaskanmu. Aku bersumpah."Sungguh konyol.Kepedulian yang tiba-tiba ini, sebenarnya ditunjukkan untuk siapa?Kusentakkan tanganku dengan kasar."Kamu kira dirimu siapa? Apa hakmu mengatur hidupku?"Arga mendengkus, kesombongan dalam dirinya kembali meledak."A

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 6

    Saat aku menerima kabar itu, aku hanya menganggapnya gila.Namun, aku tidak terlalu memedulikannya. Kami dipisahkan oleh sebuah samudra, dia tidak akan menemukanku dengan mudah.Aku tidak memikirkannya lagi dan kembali fokus mempelajari cara mengelola keluarga serta bisnis.Aku belajar sangat cepat. Kurang dari sebulan, aku sudah bisa melakukan investasi secara mandiri.Di tiga hingga empat layar komputer, garis-garis merah dan hijau bergerak naik-turun. Hampir setiap fluktuasi harga saham sudah bisa kuprediksi. Hari itu, setelah rapat dewan direksi baru saja berakhir, pintu ruang rapat mendadak terbuka, dan seseorang menerobos masuk. Dia adalah Arga.Napasku tercekat. Kenangan pahit yang sudah lama terkubur menyeruak kembali begitu melihat sosoknya.Aku melambaikan tangan, memberi isyarat agar orang lain keluar.Matanya begitu merah, dia menatapku tajam seolah aku telah melakukan sesuatu yang sangat kejam padanya.Di detik itu juga, Arga menerjang ke arahku dan menggenggam pergelangan

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 5

    "Kamu dan anakmu terhubung oleh ikatan darah. Dalam hidupnya yang singkat, kamu adalah satu-satunya ibunya.""Kelak kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik, dan akan memiliki anak yang sepenuhnya milikmu sendiri."Ayah menghela napas. Dibandingkan sebelum aku pergi, uban di pelipisnya bertambah beberapa helai dan wajahnya tampak lebih lelah."Kalau kamu mengurung diri di sini hanya untuk menangisi orang nggak berhati nurani itu, itu hanya akan menyia-nyiakan air matamu.""Aku sudah berkali-kali bilang jangan menjalin hubungan dengannya, tapi kamu tetap keras kepala. Kamu lebih memilih memutus hubungan denganku daripada berpisah darinya."Aku menyembulkan kepala dari balik selimut dan menatap kerutan dalam di wajah ayah. Air mata sekali lagi mengaburkan pandanganku."Maaf, Ayah." Aku berkata sambil terisak, "Seharusnya waktu itu aku mendengarkan nasihat Ayah. Maafkan aku.""Aku bukan menangis karena dia, aku menangis untuk anakku... dia begitu kecil."Ayah menyeka air mataku denga

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 4

    Mata Arga menyipit, napasnya menjadi tersengal-sengal seperti ditembak peluru.Dia tersentak dan mundur selangkah, tetapi naluri memaksanya untuk tetap berdiri tegak."Nggak mungkin! Saat aku pergi, kondisinya masih baik-baik saja!" Arga membentak penuh amarah. "Dia bahkan masih punya tenaga untuk menyakiti anjing Erina. Bagaimana mungkin tiba-tiba meninggal?""Ini pasti trik murahan untuk menarik perhatianku. Bukannya sudah kukatakan jangan tertipu olehnya?"Sekretaris itu meringkuk ketakutan menghadapi kemarahan Arga."Tuan Arga... Jenazah nyonya ada di ruang bersalin sebelah. Kami sudah melakukan tes DNA... itu benar-benar nyonya.""Kamu tahu akibatnya kalau berani membohongiku, 'kan?" Arga tetap tidak percaya, dia langsung berjalan cepat menuju ruang sebelah.Di bawah cahaya lampu putih menyilaukan, terbaring sebuah tubuh kaku dengan setengah badan ditutupi kain putih.Arga menatap jelas wajah yang tirus dan kotor itu, lalu menyadari betapa miripnya dengan wajah yang ada dalam inga

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 3

    Keadaanku benar-benar gawat. Dokter tahu aku tidak punya waktu lagi untuk menunggu, jadi dia meminta nomor telepon Arga, lalu segera meneleponnya."Halo, Tuan Arga? Pasien bernama Dian Widuri dalam kondisi darurat dan sebentar lagi akan melahirkan. Bisakah Anda mengizinkan kami menggunakan sebagian perlengkapan persalinan?"Arga membalas dengan nada marah, "Dian! Ternyata kamu lebih pintar dari yang kubayangkan. Bukan hanya berhasil keluar dari gudang bawah tanah, kamu bahkan menemukan orang untuk menolongmu!""Aku katakan padamu, apa pun akal bulus yang kamu mainkan, aku nggak akan tertipu lagi. Aku sangat mengenalmu. Mustahil kamu dalam bahaya!""Sudah berapa kali kukatakan, aku nggak akan mengabaikan anakku. Setelah Indri melahirkan, barulah giliranmu. Kenapa begitu terburu-buru?"Dokter terus memohon kepada orang-orang di rumah sakit, tetapi Arga sudah memberi perintah mutlak, bahkan sebutir obat pereda nyeri pun tidak boleh diberikan.Kami hanya terpisah satu dinding, aku bisa men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status