Share

Persalinan yang Terpaksa Ditunda
Persalinan yang Terpaksa Ditunda
Author: April

Bab 1

Author: April
Ketika aku pingsan dan tersadar kembali karena rasa sakit kontraksi, aku sudah berada di gudang bawah tanah yang gelap dan dingin.

Pintu besar tertutup dengan suara keras. Andai saja aku tidak sempat menarik kakiku, pergelangan kakiku pasti sudah remuk.

Mungkin karena gerakanku yang terlalu kasar, aku merasakan cairan hangat mengalir di antara kedua kakiku.

Aku segera menyadari apa yang terjadi, air ketubanku telah pecah!

Rasa panik langsung menyeruak.

Aku mencoba menenangkan diri dan meraba seluruh tubuhku untuk mencari ponsel. Namun, aku tidak menemukannya.

Ternyata, Arga sudah lebih dulu merampasnya, agar memastikan aku benar-benar terputus dari dunia luar.

Bayi dalam kandunganku terus menendang. Tubuhku menggigil kedinginan, sementara keringat deras mengucur karena rasa sakit.

Aku berteriak sekuat tenaga meminta tolong. Aku tidak menyerah, meskipun hanya ada secercah harapan.

Akhirnya, aku mendengar langkah kaki dari luar.

"Aku mohon, tolong aku!" teriakku. "Aku dikunci di dalam gudang bawah tanah! Aku akan segera melahirkan!"

Aku mengulanginya berkali-kali, berharap ada yang datang menyelamatkanku.

Namun, yang terdengar justru suara penuh kepuasan.

"Dian, bagaimana rasanya berbaring di gudang bawah tanah di tengah musim hujan? Menurutku, kakak sudah seharusnya sejak lama membuatmu jadi penurut."

Itu suara adik perempuan Arga, Erina Baskara!

Aku menahan sesak napas dan berusaha agar suaraku tetap jelas. "Erina, kumohon bawa aku keluar. Bayinya sebentar lagi lahir, sudah nggak ada waktu lagi!"

Erina menendang pintu gudang bawah tanah dengan keras, lalu menatapku dengan penuh amarah.

"Melepaskanmu? Jangan bermimpi! Kamu pasti sangat panik karena nggak bisa menghentikan kakak ipar melahirkan, 'kan? Aku memang ditugaskan kakakku untuk mengawasimu, aku nggak akan membiarkanmu melakukan hal semacam itu lagi!"

"Kakakku setiap hari sudah sibuk bekerja, tapi dia masih harus mengurus semua masalahmu. Apa kamu nggak bisa berhenti membuat repot orang lain?"

"Penerus Keluarga Baskara hanya akan lahir dari rahim Indri! Apa pun yang kamu lakukan nggak akan mengubah kenyataan itu!"

Kontraksi yang makin hebat membuatku merintih kesakitan. Aku berkata sambil terisak, "Aku benar-benar nggak menginginkan warisan, aku juga nggak berharap anakku menjadi penerus. Aku hanya ingin bayiku selamat! Asal Arga bersedia membiarkanku melahirkan di rumah sakit, apa pun yang dimintanya akan kulakukan!"

Rintihanku rupanya membuat Erina kesal. Dia mengernyit jijik dan berkata, "Perempuan jalang, suara seperti itu kamu buat untuk merayu siapa? Menjijikkan sekali. Kalau terus merintih akan kusuruh orang menutup mulutmu!"

Setelah itu, dia menelepon Arga.

Sakit di perut terus berlanjut tanpa henti. Kali ini, aku hanya bisa menggigit bibir bawah erat-erat. Aku bahkan tidak berani mengeluarkan suara napas.

Erina berbicara pada Arga di seberang sana. "Ya, Kak, tenang saja. Aku akan menjaganya. Dia nggak akan bisa berbuat macam-macam lagi!"

Begitu mendengar suara Arga di telepon, seberkas harapan kembali menyala dalam diriku.

Aku menjerit sekuat tenaga dengan suara parau dan putus asa, "Arga! Anak ini mau lahir! Cepat suruh Erina membawaku ke rumah sakit, aku nggak kuat lagi!"

Kini, aku bahkan tidak sanggup duduk. Aku hanya bisa terkulai lemah di lantai.

Erina sempat ragu. Dia menunduk dan berkata pelan ke arah telepon, "Kak, kurasa dia benar-benar mau melahirkan. Dia nggak terlihat seperti berpura-pura."

"Bagaimana kalau kubawa dia ke rumah sakit dulu? Bagaimanapun juga, dia sedang mengandung satu-satunya anakmu. Kalau sampai terjadi sesuatu..."

Arga terdiam beberapa detik, seolah sedang menimbang-nimbang.

Kemudian, suara Arga melunak. "Baiklah, kalau begitu bawa saja dia..."

Tiba-tiba sebuah suara yang manja menyela, "Arga, aku lapar dan mau makan kue. Kata dokter, kalau kenyang aku akan punya tenaga untuk melahirkan."

"Dian, kamu mau melahirkan? Jangan khawatir, melahirkan itu nggak sakit sama sekali. Aku bahkan masih bisa berdiri dan menari salsa, kamu pasti juga bisa."

Tentu saja Indri tidak merasakan sakit.

Arga memberinya kamar bersalin kelas VIP seharga 600 juta sehari. Begitu Indri mengeluh kesakitan, para perawat segera mengerubunginya untuk memberi pijatan.

Namun, Arga justru langsung memercayai kata-katanya dan mendengus dingin.

"Apa yang bisa terjadi? Dian begitu licik, dia nggak mungkin membiarkan dirinya dirugikan."

"Dia berpura-pura begitu hanya untuk menipumu agar melepasnya. Apa kamu sebodoh itu? Lain kali, lebih teliti."

Arga menutup telepon.

Wajah Erina memerah karena dimarahi kakaknya. Dia pun melampiaskannya dengan melepaskan ikatan anjing di dekat pintu, lalu membiarkannya masuk!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 8

    Suara Arga gemetar hebat, tubuhnya menunduk berulang kali, tanpa menyisakan sedikit pun kehormatan."Maafkan saya... Ayah Mertua... Saya bersumpah, saya nggak punya niat jahat. Saya hanya ingin membawanya pulang, saya sangat merindukannya dan nggak bisa hidup tanpanya.""Maafkan saya, Ayah Mertua... Saya nggak tahu dia berasal dari Keluarga Widuri." Arga panik. "Nggak, bukan begitu maksud saya, maksud saya, nggak peduli dari keluarga apa Dian berasal, saya tetap mencintainya."Saat ini Arga seperti anjing kecil yang merayap di bawah kakiku, kesombongan masa lalunya hancur berkeping-keping.Ayahku masih belum puas, dia menendangnya dengan keras."Mau membawanya pulang? Supaya kamu bisa menyiksanya sampai sekarat lagi?""Kamu kira dengan membuat perusahaanmu bangkrut sudah cukup? Jangan mimpi! Tunggu saja balasanku, aku akan membuatmu merasakan penderitaan putriku."Aku menepuk punggung ayah, berusaha meredakan amarahnya agar tidak sampai membahayakan kesehatannya.Arga menatapku dengan

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 7

    Arga terkejut oleh tawaku. Ini adalah pertama kalinya otoritasnya ditantang olehku."Dian... kenapa kamu bisa berubah seperti ini?"Aku tersenyum sinis dan melotot kepadanya."Dasar sombong dan arogan! Kukatakan sekali lagi, pergi dari sini, dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!"Arga marah sampai tidak bisa berkata-kata. Saat aku hendak pergi, dia kembali meraih pergelangan tanganku dengan kasar."Dian, aku nggak akan membiarkanmu pergi lagi. Hari ini, tugasku adalah membawamu dan anak kita pulang.""Apa kamu tahu, ketika aku mengira diriku kehilanganmu, aku hampir gila! Hatiku sakit sampai mau mati, siang dan malam aku selalu memikirkanmu.""Kali ini, nggak peduli bagaimana kamu menyiksa atau mengujiku, aku nggak akan melepaskanmu. Aku bersumpah."Sungguh konyol.Kepedulian yang tiba-tiba ini, sebenarnya ditunjukkan untuk siapa?Kusentakkan tanganku dengan kasar."Kamu kira dirimu siapa? Apa hakmu mengatur hidupku?"Arga mendengkus, kesombongan dalam dirinya kembali meledak."A

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 6

    Saat aku menerima kabar itu, aku hanya menganggapnya gila.Namun, aku tidak terlalu memedulikannya. Kami dipisahkan oleh sebuah samudra, dia tidak akan menemukanku dengan mudah.Aku tidak memikirkannya lagi dan kembali fokus mempelajari cara mengelola keluarga serta bisnis.Aku belajar sangat cepat. Kurang dari sebulan, aku sudah bisa melakukan investasi secara mandiri.Di tiga hingga empat layar komputer, garis-garis merah dan hijau bergerak naik-turun. Hampir setiap fluktuasi harga saham sudah bisa kuprediksi. Hari itu, setelah rapat dewan direksi baru saja berakhir, pintu ruang rapat mendadak terbuka, dan seseorang menerobos masuk. Dia adalah Arga.Napasku tercekat. Kenangan pahit yang sudah lama terkubur menyeruak kembali begitu melihat sosoknya.Aku melambaikan tangan, memberi isyarat agar orang lain keluar.Matanya begitu merah, dia menatapku tajam seolah aku telah melakukan sesuatu yang sangat kejam padanya.Di detik itu juga, Arga menerjang ke arahku dan menggenggam pergelangan

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 5

    "Kamu dan anakmu terhubung oleh ikatan darah. Dalam hidupnya yang singkat, kamu adalah satu-satunya ibunya.""Kelak kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik, dan akan memiliki anak yang sepenuhnya milikmu sendiri."Ayah menghela napas. Dibandingkan sebelum aku pergi, uban di pelipisnya bertambah beberapa helai dan wajahnya tampak lebih lelah."Kalau kamu mengurung diri di sini hanya untuk menangisi orang nggak berhati nurani itu, itu hanya akan menyia-nyiakan air matamu.""Aku sudah berkali-kali bilang jangan menjalin hubungan dengannya, tapi kamu tetap keras kepala. Kamu lebih memilih memutus hubungan denganku daripada berpisah darinya."Aku menyembulkan kepala dari balik selimut dan menatap kerutan dalam di wajah ayah. Air mata sekali lagi mengaburkan pandanganku."Maaf, Ayah." Aku berkata sambil terisak, "Seharusnya waktu itu aku mendengarkan nasihat Ayah. Maafkan aku.""Aku bukan menangis karena dia, aku menangis untuk anakku... dia begitu kecil."Ayah menyeka air mataku denga

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 4

    Mata Arga menyipit, napasnya menjadi tersengal-sengal seperti ditembak peluru.Dia tersentak dan mundur selangkah, tetapi naluri memaksanya untuk tetap berdiri tegak."Nggak mungkin! Saat aku pergi, kondisinya masih baik-baik saja!" Arga membentak penuh amarah. "Dia bahkan masih punya tenaga untuk menyakiti anjing Erina. Bagaimana mungkin tiba-tiba meninggal?""Ini pasti trik murahan untuk menarik perhatianku. Bukannya sudah kukatakan jangan tertipu olehnya?"Sekretaris itu meringkuk ketakutan menghadapi kemarahan Arga."Tuan Arga... Jenazah nyonya ada di ruang bersalin sebelah. Kami sudah melakukan tes DNA... itu benar-benar nyonya.""Kamu tahu akibatnya kalau berani membohongiku, 'kan?" Arga tetap tidak percaya, dia langsung berjalan cepat menuju ruang sebelah.Di bawah cahaya lampu putih menyilaukan, terbaring sebuah tubuh kaku dengan setengah badan ditutupi kain putih.Arga menatap jelas wajah yang tirus dan kotor itu, lalu menyadari betapa miripnya dengan wajah yang ada dalam inga

  • Persalinan yang Terpaksa Ditunda   Bab 3

    Keadaanku benar-benar gawat. Dokter tahu aku tidak punya waktu lagi untuk menunggu, jadi dia meminta nomor telepon Arga, lalu segera meneleponnya."Halo, Tuan Arga? Pasien bernama Dian Widuri dalam kondisi darurat dan sebentar lagi akan melahirkan. Bisakah Anda mengizinkan kami menggunakan sebagian perlengkapan persalinan?"Arga membalas dengan nada marah, "Dian! Ternyata kamu lebih pintar dari yang kubayangkan. Bukan hanya berhasil keluar dari gudang bawah tanah, kamu bahkan menemukan orang untuk menolongmu!""Aku katakan padamu, apa pun akal bulus yang kamu mainkan, aku nggak akan tertipu lagi. Aku sangat mengenalmu. Mustahil kamu dalam bahaya!""Sudah berapa kali kukatakan, aku nggak akan mengabaikan anakku. Setelah Indri melahirkan, barulah giliranmu. Kenapa begitu terburu-buru?"Dokter terus memohon kepada orang-orang di rumah sakit, tetapi Arga sudah memberi perintah mutlak, bahkan sebutir obat pereda nyeri pun tidak boleh diberikan.Kami hanya terpisah satu dinding, aku bisa men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status