Selepas mengakhiri pembicaraannya dengan Sam, Claudia kembali ke ruangan dosen untuk bertemu rekan-rekan volinya.Pikirannya bercabang dan itu sedikit membuat kepala Claudia berdenyut sakit. Jadi Claudia menghentikkan langkahnya untuk duduk di bangku terdekat, sekadar menghela napas dan memijat pangkal hidungnya.“Mbak.”Demi mendengar panggilan itu, Claudia tidak langsung mengangkat kepalanya. Justru karena sudah familier, Claudia membalas panggilan itu tanpa menatap sosoknya.“Mmm, kenapa, Dir?” tanya Claudia dengan suaranya yang tidak bertenaga.Dirga ikut duduk di sebelah Claudia. Beberapa saat lalu Dirga mencari-cari keberadaan Claudia. Namun, karena tidak mau membuat Aruna kelelahan, Dirga menyuruh gadis itu pulang agar bisa istirahat di rumah.Untungnya Aruna segera menurut. Jadi, Dirga bisa mencari Claudia dengan cepat. Syukurlah dia bisa bertemu Claudia di sini.“Mau gue belikan obat pusing, Mbak?” tawar Dirga kemudian.Ujung bibir Claudia terangkat, membentuk senyuman kecil.
Sebelum semuanya terlambat, Aruna memutuskan untuk segera pulang dan menemui Ryuga untuk meminta maaf dengan hal yang dia lakukan di kantin tadi.“Bercanda kamu kelewatan, Aruna.”Itu balasan Ryuga ketika Aruna sudah mengatakan permintaan maafnya. Dia menemui Ryuga di ruangan kerjanya. Kedua tangan Aruna saling memilin satu sama lain.Biarpun Ryuga menyayanginya, tapi Ryuga dalam mode marah itu tetap menyeramkan di mata Aruna.“Maaf, Dad,” bisik Aruna sekali lagi. Dia sama sekali tak berani mengangkat wajahnya. Takut jika manik hitam tajam Ryuga membuatnya menangis.Sebenarnya Ryuga tidak pernah bisa untuk berlama-lama marah pada putrinya. Ryuga bersikap seolah marah hanya untuk mendisiplinkan Aruna saja.“Daddy nggak dengar kamu ngomong apa, Aruna,” ucap Ryuga kali ini dengan suara yang jauh lebih lembut. Tangannya menunjuk sisi sofa yang kosong. Ryuga menambahkan, “Pindah sini, Na.”Perlahan Aruna menggeser duduknya agar lebih mendekat dengan Ryuga. Pun, kali ini Aruna memberanikan
Tinggal satu setengah jam lagi, tim voli Claudia siap turun ke lapangan. Claudia sudah sangat siap untuk bermain. Rasa pusing yang mendera kepalanya juga sudah mereda.Barusan dia menyelesaikan pemanasan di GOR bersama yang lain. Sengaja untuk membakar semangat.“Gilaaa, panas banget!” teriak Idellia sambil berlari-lari kecil ke tepi lapangan.Claudia mengangguk setuju. Di sebelahnya, Lilia menyenggol lengan Claudia.“Untung lo nurut nggak pakai baju panjang, Clau,” ucapnya.“Iya, tapi kayaknya kalau buat dipakai main aku mending ganti baju aja deh,” timpal Claudia sambil memeluk kedua lengannya yang terekspos dengan gerakan menyilang.“Ih, kenapa? Kamu cantik banget loh, Clau,” puji Zoya yang memperhatikan Claudia dari depan.Claudia memakai baju olahraga hitam bergaris putih tanpa lengan milik Lilia. Terlihat cocok dan menggemaskan dengan rambut kepang hasil tangan Praya.“Nggak nyaman aja,” beritahu Claudia sambil tersenyum kikuk.Padahal Claudia sudah mengutarakan alasan yang sebe
Pertanyaan Aruna sontak mengundang penasaran Diana dan Riel yang berada di kursi depan. Kedua sosok yang bekerja dengan Ryuga itu saling melirik satu sama lain.Mulut Diana berbicara tanpa suara, “Kenapa, Pak Ryuga?”Riel menggeleng samar. Sekon berikutnya, Riel memutuskan bertanya seraya melirikkan mata ke kaca spion tengah, “Anda baik-baik saja, Pak?”Tangan Ryuga terangkat untuk mencopot headset tanpa telinganya. “Memangnya saya kenapa?” tanya Ryuga dengan ketus.Mendengar itu, Diana melipat bibirnya ke dalam. Sudah dipastikan terjadi sesuatu. Beberapa saat lalu Ryuga tampak kelihatan lebih ramah dan sekarang setelah menerima telepon dari Claudia jadi kembali ke setelan pabrik lagi?‘Fix, sih, pasti ada kaitannya sama Bu Claudia.’Asal tahu saja, Diana yang seharusnya sudah pulang dan menikmati malam sebelum weekend-nya harus merelakan waktu karena Ryuga meneleponnya.“Sebenarnya saya butuh kamu untuk membelikan buket buat Claudia dan teman-temannya,” ucap Ryuga kala menelepon sekre
Kemungkinan yang bisa Claudia lakukan saat ini adalah berlari ke arah Ryuga dan menghentikan langkah pria itu agar tidak menyapa rekan-rekannya yang lain.Apalagi Dimitri juga di sebelahnya. Claudia tidak ingin membuat kedua pria itu saling berhadapan seperti tadi pagi.‘Masih sempet kok, Clau, buat mencegah itu terjadi,’ bisik Claudia dalam hatinya.Maka Claudia bergegas bangkit. Pandangan Dimitri naik kala Claudia sudah berdiri. “Bu Clau mau ke mana?”Namun, belum sempat menjawab pertanyaan Dimitri dan baru juga melangkahkan kaki, naasnya kaki Claudia tersandung dengan tali tas yang dia simpan di dekat kakinya sehingga membuat Claudia mau tak mau jatuh tersungkur.“CLAUDIAAA.”Suara Dimitri yang berseru paling keras. Tapi, bukan hanya suara Dimitri, suara Ryuga juga mengudara. Hal itu membuat Lilia, Praya, Zoya, Fanya, dan Idellia kompak menolehkan kepalanya ke belakang.Sementara Claudia langsung sigap berusaha berdiri. Dimitri yang jaraknya paling dekat ikut membantu wanita itu.“
Tiba-tiba saja Ryuga menghentikan langkah setelah keduanya berhasil ke luar dari dalam GOR.Claudia yang belum menjawab pertanyaan Ryuga sebelumnya langsung menyeteluk, “Aku sama sekali tidak keberatan, Ryuga!” Dalam satu tarikan napas, Claudia berhasil mengatakannya.Wanita itu menunggu respons Ryuga dengan menggigit bibir. Jujur saja muncul perasaan asing dan aneh bernamakan ‘dicemburui’ kala Ryuga berterus terang kalau pria itu cemburu.“Ryu-ga?”Segera Ryuga menarik Claudia agar duduk di bangku penjual makanan yang ada di luar. Wajah Claudia menunjukkan kebingungan dengan mengerutkan dahi.‘Ryuga mau makan bakso?’“Makan di sini atau dibungkus, Pak?” tanya si Penjual bakso.Kepala Ryuga menoleh. Sebenarnya Ryuga tidak berniat memesan bakso. Namun, mendadak dia terpikirkan Diana dan Riel. Akhirnya Ryuga mengangkat kedua jarinya dan menyeletuk, “Dibungkus, dua porsi.”Otomatis Claudia melirik Ryuga. Dia pun bertanya, “Untuk siapa, Ryuga?”“Kalau kamu mau, kamu bisa pesan, Claudia,”
Mommy. Satu kata yang menurut Claudia sangat ajaib. Karena sepanjang hari itu, Claudia menghabiskan sisa harinya dengan penuh semangat. Termasuk saat pertandingan berlangsung. Tim voli dosen prodi Seni melawan tim voli dosen prodi Manajemen. Yap, dengan kata lain voli putri dari rekan-rekan dosennya Dimitri. Sementara skor unggul di prodi Manajemen. Di bangku tribun, beberapa kali Aruna duduk lalu berdiri untuk menyemangati Claudia. “Semangat, Bu Clau!!!” Entah sudah berapa kali Aruna meneriakki hal serupa. Dan rupanya banyak sekali yang menonton pertandingan ini. Ryuga menarik Aruna untuk duduk. “Tenggorokanmu bisa sakit Aruna kalau teriak seperti itu,” tegurnya dengan lembut. “Kurang seru kalau nggak teriak, Dad,” ucap Aruna merengut pelan. Dia menunjuk tribun paling bawah dengan alis yang menekuk kesal. “Daddy lihat, Pak Dimitri aja sampe heboh semangatin Bu Claudia. Aruna nggak mau kalah!” Tampaknya Aruna sekarang mulai melihat Dimitri sebagai sosok berbahaya yang bisa sew
Skor masih 16-12 dalam set pertama. Sejauh ini, tim voli dari prodi Manajemen yang masih unggul. Tapi, Claudia dan rekan-rekannya tidak patah semangat. Ini masih permainan awal. “Good job, Clau!” puji Lilia begitu Claudia melakukan servis bawah hingga mengirimkan bola ke area lawan dengan baik. Claudia tersenyum senang mendengarnya. Dia maju beberapa langkah dan tetap fokus pada permainan dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Itu yang membuat Dirga keheranan saat menyaksikan Claudia di tribun paling bawah, yang jaraknya paling dekat dengan Claudia. ‘Mbak Clau kelihatan happy banget,’ batin Dirga yang tidak melepaskan pandangannya dari wanita cantik itu. Sejujurnya itu kabar yang baik. Dirga sudah khawatir jika Claudia akan sedih mengingat artikel itu pasti sudah menjadi konsumsi orang-orang kampus. Namun, sepertinya banyak juga yang memilih tidak peduli dengan pemberitaan tersebut. Apalagi Dimitri di seberang sana, menyerukan nama Claudia yang mendapat sorakan dari r
Ternyata Claudia juga tetap tidak bisa membujuk Ryuga.Sesuatu yang menyangkut dengan Aruna, tidak bisa didebat dengan Ryuga. Claudia kalah suara.“Aku percaya Aruna bisa mandiri tanpa kita. Tapi, di luar sana terlalu tidak aman, Claudia. Lepas dari pengawasanku, bisa saja keluarga Adiwilaga dan Blair berbuat sesuatu,” jelas Ryuga cukup panjang siang itu.Keduanya berbicara di dapur. Sementara Aruna sudah masuk kembali ke kamar tamu atas perintah Claudia.Mendengar nama belakang Blair, seketika Claudia menaikkan satu alisnya. “Keluarga Blair? Natasha punya keluarga, Mas Ryuga?”Dari cerita yang Claudia dapatkan, Natasha sudah dicoret dari keluarga Blair bahkan tidak lagi dianggap putri dari keluarga tersebut saat mengetahui Natasha hamil di luar pernikahan. Pun, saat Ryuga memutuskan menikahinya, itu tak membuat keluarga Blair bisa kembali menerima Natasha.Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Dia mengusap wajahnya, tampak sedikit frustasi. Manik hitamnya memberikan sorot kegelisahan.“Se
Kabar mengenai proses persalinan Lilia belum sampai di telinga Claudia. Karena saat ini, wanita yang juga tengah hamil itu masih tampak santai bahkan merasa tidak sabar untuk menghadiri festival di dekat tempat tinggalnya. Dia mengetuk pintu kamar tamu. “Aruna,” panggil Claudia. “Siap-siapnya sudah atau belum?” sambungnya. Claudia sudah siap dengan gaun di bawah lutut berwarna hitam yang dikenakan. Sebelum Ryuga berpamitan pergi karena Aji membutuhkan bantuannya, suaminya itu sudah menyiapkan gaun tersebut dan menaruhnya di tempat yang bisa Claudia jangkau dengan mudah. “Tunggu sebentar, Mom!” Bibir cherry Claudia menyunggingkan senyum ketika pintu kamar di hadapannya terbuka. Namun, dia mengernyit kebingungan mendapati Aruna ke luar dengan menggendong tas ransel pink miliknya. “Na … kita hanya mau ke festival, kenapa kamu membawa ransel segala?” tanya Claudia memperhatikan putrinya lamat-lamat. Ditodong dengan pertanyaan itu, seketika membuat Aruna tidak memiliki pilihan selain
“Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri
“–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia