Bab Utama : 2/2 Selesai Bab Extra Author : 0/2 Semakin tinggi konflik yang dihadapi oleh Kevin ... Siapakah sebenarnya wanita cantik yang sangat berbahaya ini?
Langit pecah. Seperti kulit dunia yang tak sanggup lagi menahan energi dua kekuatan yang saling menghancurkan. Retakan spiritual terbentuk di antara awan keunguan, menyemburkan kilatan-kilatan darah langit dan pusaran api iblis.Dan dari retakan itulah, raungan angin surgawi dan jeritan bayangan saling berbenturan di atas Paviliun Seribu Bayangan.Sementara Kevin dan Sylvara saling menghantam seperti dua dewa dalam pertarungan terakhir mereka…Valkyrie masih berdiri. Sendiri, tapi tak pernah gentar.Darah mengalir dari lengan kirinya, robek karena sabetan spiritual, namun ia tak mengeluh. Justru matanya membakar lebih kuat—mata seorang prajurit yang tak pernah belajar mundur.Di sekelilingnya, sisa dari seratus cultivator Heavenly Soul mengelilingi seperti lingkaran hitam maut. Jubah mereka berkibar. Senjata mereka bersinar. Dan mulut mereka serempak melantunkan mantra yang menggemakan satu kalimat:“Tunduk pada kegelapan, atau binasa oleh bayangan!”Valkyrie menjawab dengan satu
Suara itu membelah udara seperti teriakan dari langit yang murka."Phantom Thunder Bolt!"Dalam sepersekian detik, tubuh Kevin meledak menjadi cahaya petir, dan dunia pun tak mampu lagi melacak keberadaannya. Satu detik ia hilang, berikutnya ia sudah berada di belakang Sylvara, lalu di sisi kiri, lalu di depan—bergerak seolah menjadi manifestasi dari petir itu sendiri.Suara SRRAAAKKK!!! bergema saat kilatan biru-hitam menghantam lantai batu, menghancurkan pilar-pilar obsidian Paviliun Seribu Bayangan. Gelombang energi menyebar seperti badai neraka, dan puing-puing berjatuhan seperti hujan meteor. Tanah bergetar hebat setiap kali Kevin muncul dalam kilatannya, dan aura petir spiritual menggema nyaring di antara retakan dimensi yang terbuka oleh tekanan spiritualnya.Sylvara bergerak cepat, sangat cepat—namun kecepatan normal tak lagi berguna. Bahkan matanya yang mampu melihat pergerakan energi pun kesulitan menangkap sosok Kevin.Lalu tiba-tiba, semuanya berhenti.“Cukup.” ucap Sylvar
Langit di atas Kota Hantu tak lagi hanya muram—ia meledak.Guruh mengguncang seisi kota seperti lolongan dewa yang marah karena pengkhianatan umatnya. Petir bersilang menyayat awan kelabu, membentuk jaring-jaring cahaya biru menyilaukan yang mencakar langit. Bayangan pekat mencair dan melata ke seluruh penjuru kota, menghisap cahaya yang tersisa dari langit sore yang sekarat.Di pusat dari semua kekacauan itu, di jantung Paviliun Seribu Bayangan, dua sosok berdiri saling menatap—dua kutub kekuatan, dua entitas yang tidak mungkin berdampingan dalam satu dunia.Di sisi utara, Sylvara Nocturne, sang matriark bayangan, berdiri seolah menyatu dengan kabut hitam yang bergulung di sekelilingnya. Gaun ungu gelapnya berpendar samar, dihiasi aliran rune hidup yang mengalir seperti darah bayangan. Rambut panjangnya bergerak sendiri dalam pusaran angin spiritual, sementara matanya—dua bola cahaya ungu menyala—memancarkan kekuatan yang mampu menelanjangi ingatan dan luka batin siapa pun yang cukup
Langit di atas mereka kembali hening, sejenak, seolah langit pun tak yakin apa yang baru saja dilihatnya.Jubah Kevin masih berkibar, meski angin sudah hilang.Ia tidak bergerak. Rokok di ujung bibirnya masih menyala. Tatapannya masih menusuk ke depan, menunggu serangan berikutnya.“Selanjutnya?”Suara itu seperti kutukan. Bukan hanya sebuah pertanyaan—tapi undangan kematian.Dan suasana di paviliun kembali menegang.Namun itu hanya pembuka.Puluhan bayangan lain menyapu turun dari langit, menciptakan hujan kegelapan yang tiada henti. Tapi Kevin kini berjalan maju perlahan, menebas satu demi satu hanya dengan gerakan kecil.“Bayangan tanpa bentuk… bukan ancaman bagi yang telah menelan terang dan gelap,” gumamnya.Setiap langkahnya membakar tanah, setiap napasnya memicu badai energi.Langit di atas Paviliun Seribu Bayangan kini benar-benar menjadi medan perang para dewa. Di satu sisi, kekuatan langit, dalam bentuk pasukan Heavenly Soul. Di sisi lain, hanya dua makhluk... Valkyrie yang
Langit di atas Paviliun Seribu Bayangan tidak lagi hanya gelap—ia menggelegar, terbuka seperti rahang raksasa, memuntahkan kilatan petir surgawi yang menyambar tanpa ampun. Cahaya suci dan kabut ungu bertabrakan di udara, menciptakan pusaran energi yang mengamuk tanpa arah. Dan di tengah kekacauan itu, bayangan-bayangan mulai bermunculan… cepat, tajam, dan mematikan.Dari atas langit yang seperti terbelah, mereka turun satu per satu.Seratus cultivator Heavenly Soul.Mereka bukan manusia biasa. Mereka adalah pasukan elit dari Paviliun Seribu Bayangan, dikirim hanya ketika dunia berada di ambang keruntuhan. Jubah mereka melambai bagai sayap burung gagak, sementara tubuh mereka menyatu dengan kabut dan kegelapan. Mereka bukan hanya datang untuk bertempur—mereka datang untuk menghapus.“Mereka datang...” bisik Valkyrie lirih, matanya menyipit tajam.Namun bukan rasa takut yang terpancar dari wajahnya. Melainkan rasa haus akan pembalasan. Adrenalin mengalir deras dalam nadinya.Tanpa
Tiga Dewa Iblis yang masih berdiri, membentuk formasi melingkar di tengah puing dan kabut yang tak kunjung surut. Aura hitam mengalir dari tubuh mereka seperti racun yang menguap dari luka terbuka—menggeliat, mendesis, memekik dalam bisikan seribu roh. Dari udara, terdengar raungan pilu dan erangan panjang… bukan dari tenggorokan makhluk hidup, tetapi dari retakan jiwa yang tercabik.Lalu, mereka bergerak serentak.Lingkaran energi hitam melingkar di bawah kaki mereka, membentuk rune iblis yang berdenyut seperti jantung kegelapan. “Gabungan Seribu Jiwa”—jurus pemecah spiritual paling brutal yang pernah ditulis dalam kitab terlarang dunia bawah. Dari tubuh mereka, pecahan jiwa beterbangan—fragmen memori, emosi, dan siksaan abadi—meluncur seperti pecahan kaca yang melesat tanpa arah, menghujani ruangan dengan rasa sakit dan kegilaan.Setiap pecahan menusuk seperti duri tak kasat mata ke dalam alam bawah sadar. Bahkan dinding-dinding batu yang telah melalui ribuan musim pun retak oleh tek