Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 136. Pedang Iblis Suci

Share

136. Pedang Iblis Suci

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-15 21:09:36
Lapangan luas di depan gerbang megah Saint City mendadak larut dalam keheningan yang menggigit. Bahkan angin yang sebelumnya menyapu kabut spiritual di sekitarnya kini seolah terhenti, membeku dalam ketegangan yang nyaris tak tertahankan.

Para penjaga, yang semula berdiri gagah dalam barisan, mulai mundur perlahan. Langkah-langkah mereka bergema pelan di atas batu lapis landasan, menyusun lingkaran besar di sekitar dua sosok yang kini berdiri berhadapan. Mereka tak berani memandang langsung, tapi juga tak sanggup memalingkan mata.

Udara berubah—lebih berat, seperti mendung yang menumpuk sebelum badai mengamuk, menahan petir dalam perut langit. Aura spiritual berkecamuk diam-diam, menyusup ke tulang dan membuat jantung berdegup lebih cepat dari biasanya.

Kevin berdiri tegap di tengah lapangan, jubah tempurnya bergoyang pelan diterpa tekanan spiritual dari pertarungan yang belum dimulai. Wajahnya tenang, tapi mata itu ... seperti api dalam gua gelap. Membara diam-diam, tapi cukup untuk m
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 1/3 Bab Extra Author : 0/1 Bab Bonus gems akan dirilis langsung 3 bab ya ...

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   142. Pembantaian Berlanjut

    Seketika panik melanda para cultivator Paviliun Xarxis. Ratusan pasang mata menyaksikan Formasi Iblis Suci—yang seharusnya menjadi pertahanan mutlak Paviliun Xarxis—runtuh hanya dalam hitungan detik. Dan di tengah reruntuhan rune yang menyala padam, Kevin masih berdiri. Tidak terluka. Tidak goyah sedikitpun.Dari atas atap paviliun utama, beberapa tetua memandang dari kejauhan dengan wajah pucat pasi.“Dia ... dia memenggal Komandan Zeth ... hanya dengan satu tangan ...”gumam seorang tetua, suaranya nyaris tak terdengar karena tubuhnya gemetar. “Zeth punya kekuatan delapan bintang ... itu ... mustahil...”Seorang tetua lain menelan ludah. Tangannya meremas jubah putihnya hingga kusut.“Ini bukan balas dendam biasa. Ini ... ini pembasmian ... Dia tidak datang untuk bertarung. Dia datang untuk MENGHABISI.”Dan benar saja. Kengerian belum mencapai puncaknya. Di tanah di mana darah mengalir seperti sungai dan tubuh-tubuh berserakan tanpa nama, Kevin perlahan mengangkat pandangannya ke ar

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   141. Iblis Pembantai

    Di tangan Kevin, Pedang Iblis Suci berdenyut keras. Bilah hitamnya memancarkan aura merah tua, seolah jantung iblis berdegup dari dalamnya. Setiap detak pedang itu seperti selaras dengan degup jantung Kevin, menjadikan mereka satu kesatuan ... senjata dan pembantaiannya.“... Kalian memilih neraka,” bisiknya pelan, namun gaungnya seperti gema maut yang menyusup hingga ke tulang para cultivator Paviliun Xarxis.DOR!Letupan keras mengguncang udara saat Kevin melesat maju, meninggalkan bayangan hitam di belakangnya. Udara seperti disobek oleh kecepatan tak masuk akal itu, menciptakan ledakan sonik yang menggetarkan dada siapa pun yang mendengarnya.Detik berikutnya—kepanikan meledak.Tubuh-tubuh terangkat dari tanah, bukan karena kemampuan spiritual, tapi karena leher mereka telah terpisah dari tubuh. Darah menyembur ke segala arah, menciptakan hujan merah pekat yang jatuh di atas baju perang, tanah, dan wajah-wajah ketakutan. Kepala-kepala berjatuhan seperti buah yang dipetik paksa dar

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   140. Tragedi di Paviliun Xarxis

    Langit di atas Saint City tampak sangat gelap dan kelam dengan anyaknya awan-awan hiam yan eeak seakan hidup melahap langit dengan rakusnya. Bukan senja yang datang menyelimuti kota megah itu, melainkan kabut darah, debu kehancuran, dan aroma daging terbakar yang menguar dari reruntuhan lapangan utama Paviliun Xarxis.Tragedi besar sedang terjadi di Paviliun Xarxis yang merupakan paviliun yang paling berkuasa di Saint City.Udara terasa panas, bukan oleh matahari, tapi oleh energi spiritual yang liar dan tak terkendali. Tanah yang dahulu halus dan dihiasi ukiran simbol kekuasaan kini berubah menjadi kawah yang hangus dan retak, dihiasi tubuh-tubuh penjaga yang tercabik, terlempar, bahkan kehilangan bentuk manusianya. Darah membentuk genangan tipis, mengalir menyatu dengan tanah... seperti tinta merah yang menuliskan awal dari neraka.Sebuah jeritan melengking mengguncang udara.“KEPUNG DIA! JANGAN BIARKAN DIA KELUAR DARI PAVILIUN!!”Suara itu datang dari seorang komandan muda, wajahny

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   139. Menghabisi Gaius Fong

    Di ujung lapangan yang telah hancur lebur, tubuh Gaius Fong tersungkur berlutut, kedua tangannya gemetar, dan lututnya berlumur darah. Aura spiritualnya koyak, seperti jaring laba-laba yang robek diterjang badai. Segel pertahanannya kini hanya tinggal pecahan cahaya yang perlahan menghilang.Wajah Gaius mendongak, matanya melemah tapi tak sepenuhnya padam.“Jadi ... ini kekuatan dari seorang pewaris Paviliun Drakenis yang telah kehilangan segalanya...” katanya pelan, lebih seperti gumaman untuk dirinya sendiri.Kevin diam. Namun angin yang lewat membawa suaranya dalam hembusan terakhir:“Ini baru permulaan ... Jalan pemusnahan masih panjang.”Langit Saint City belum sepenuhnya kembali cerah. Awan gelap yang bergulung perlahan masih menyisakan getar listrik di udara, seolah langit pun belum yakin apakah pertempuran itu telah benar-benar usai.Di tengah lapangan yang hangus dan retak, Kevin Drakenis melangkah perlahan. Sepatu botnya menjejak tanah gosong yang masih panas, meninggalkan be

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   138. Manusia Atau Iblis?

    Kevin menarik napas panjang. Matanya bersinar lebih terang dari sebelumnya, dan aura di sekeliling tubuhnya berubah—lebih gelap, lebih padat, lebih mengancam.“Demon Strike Sword.”Suara itu keluar dari bibir Kevin seperti bisikan kutukan.Aura iblis tiba-tiba meledak dari tubuhnya, menggulung langit dan bumi dalam satu desiran. Dari balik punggungnya, bayangan kepala iblis raksasa muncul perlahan. Wajahnya dipenuhi tanduk, taring, dan mata merah menyala seperti bara. Nafas iblis itu memancarkan tekanan jiwa yang menusuk sampai ke tulang para penonton.Setiap tebasan Kevin kini mengandung lebih dari sekadar energi. Ia membawa racun spiritual—sejenis kekuatan yang tidak hanya melukai tubuh, tapi menyusup ke dalam jiwa, menggigit kesadaran, dan menanamkan rasa takut yang menusuk hingga akar roh.Gaius menatap pedang itu, wajahnya kini mulai menunjukkan ketegangan.“Pedang ... dan teknik itu ...” gumamnya. “Kau benar-benar menggunakan kegelapan sebagai pemicunya.”Kevin melangkah maju. Se

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   137. Menyerang Gaius Fong

    TRANG!!!Suara logam bertemu logam memekakkan telinga, disertai semburan energi yang memantul liar di sekeliling mereka. Serangan Kevin ... dihentikan.Dengan hanya dua jari, Gaius Fong menahan bilah Pedang Iblis Suci.Ujung pedang itu menempel di sela-sela jarinya, tapi tidak menembus. Aura mengerikan dari pedang itu bergetar, mencoba menerobos pertahanan spiritual si tetua, namun cahaya putih dari tubuh Gaius menyala terang, menekan balik kekuatan hitam kebiruan itu.“Cepat ...” gumam Gaius, suaranya dalam dan tenang. “Tapi belum cukup untuk melukai seseorang sepertiku.”Seketika, telapak tangan kirinya menyala, dilingkari rune berkilau merah keemasan. Tanpa ragu, ia menghantam dada Kevin dengan hantaman spiritual penuh kekuatan.DUAARR!!!Tubuh Kevin terpental keras, menciptakan retakan di tanah tempatnya mendarat. Debu mengepul tinggi, namun dari balik kabut tanah itu, tubuh Kevin terlihat berdiri kembali. Ringan, seperti angin. Tegap, seperti tak pernah tersentuh.Di matanya, kila

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   136. Pedang Iblis Suci

    Lapangan luas di depan gerbang megah Saint City mendadak larut dalam keheningan yang menggigit. Bahkan angin yang sebelumnya menyapu kabut spiritual di sekitarnya kini seolah terhenti, membeku dalam ketegangan yang nyaris tak tertahankan.Para penjaga, yang semula berdiri gagah dalam barisan, mulai mundur perlahan. Langkah-langkah mereka bergema pelan di atas batu lapis landasan, menyusun lingkaran besar di sekitar dua sosok yang kini berdiri berhadapan. Mereka tak berani memandang langsung, tapi juga tak sanggup memalingkan mata.Udara berubah—lebih berat, seperti mendung yang menumpuk sebelum badai mengamuk, menahan petir dalam perut langit. Aura spiritual berkecamuk diam-diam, menyusup ke tulang dan membuat jantung berdegup lebih cepat dari biasanya.Kevin berdiri tegap di tengah lapangan, jubah tempurnya bergoyang pelan diterpa tekanan spiritual dari pertarungan yang belum dimulai. Wajahnya tenang, tapi mata itu ... seperti api dalam gua gelap. Membara diam-diam, tapi cukup untuk m

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   135. Tetua Paviliun Xarxis

    Kevin masih berdiri tenang. Matanya menatap satu per satu penjaga itu, seolah menimbang siapa yang akan ia hancurkan lebih dulu jika mereka melangkah setengah langkah saja lebih dekat.Namun sebelum pertempuran bisa meletus ...Suara berat dan berwibawa menggema dari atas tembok:“Cukup. Berhenti!”Suara itu seperti palu godam yang dipukulkan ke tengah ketegangan. Aura pertempuran merosot seketika. Para penjaga mundur setengah langkah, lalu menengadah. Di atas benteng batu, sesosok pria berjubah perak berdiri, rambut putihnya tergerai panjang tertiup angin pagi.Tatapan pria itu tajam dan dingin, seolah bisa menembus lapisan jantung seseorang.“Itu bukan orang yang bisa kalian sikapi seperti perampok jalanan,” lanjutnya, suaranya lebih lembut, namun penuh dengan kekuasaan. “Dia bukan hanya membawa dendam. Dia membawa keadilan—versinya sendiri.”Kevin menengadah perlahan, mengenali sosok itu. Salah satu tetua Paviliun Xarxis. Tapi bukan sembarang tetua.“Kirim pesan ke dalam,” kata pri

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   134. Saint City : Paviliun Xarxis

    Langit kelabu menggantung rendah di atas Saint City, dengan awan tebal yang terus bergerak disertai kilatan petir yang terus menyambar di antara awan.Saint City berdiri megah di antara pegunungan Awan Langit, dikelilingi kabut spiritual yang menggulung perlahan, seperti ular putih tak berujung yang membelai puncak-puncak menara dan atap-atap rumah. Aura spiritual di kota ini terasa berbeda—tenang di permukaan, namun seperti menyimpan duri di balik selimut kabut.Di jantung batas timurnya, gerbang utama Saint City menjulang setinggi tiga lantai bangunan biasa, diukir dari batu hitam yang mengilap. Ukiran dua naga bermahkota saling membelit di sisi pilar, sementara di tengah gerbang, lambang Paviliun Xarxis terukir jelas—dua pedang menyilang, dengan mata merah menyala di persilangannya. Simbol itu seakan bukan hanya hiasan. Ia mengawasi, menilai, dan diam-diam mengancam siapa pun yang berani datang dengan niat buruk.Suasana sekitar gerbang tampak hening, namun penjagaan diperketat. Bar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status