Share

Pewaris Tahta Kerajaan
Pewaris Tahta Kerajaan
Author: CahyaGumilar79

1. Tugas dari Sang Raja

Pada saat itu, Saketi sudah bersiap hendak menghadap Senapati Lintang, karena mereka akan segera melakukan perjalanan jauh atas perintah sang raja.

Baru beberapa langkah saja berjalan, tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang wanita memanggil namanya.

"Kakang Saketi!"

Sejenak, pemuda itu menghentikan langkahnya dan memalingkan wajah ke arah belakang. Dilihatnya seorang gadis cantik berlari kecil mendekat ke arahnya.

"Ada apa, Yunada?" tanya Saketi mengerutkan kening, dua bola matanya menatap wajah gadis itu yang sudah berdiri di hadapannya.

Yunada tidak langsung menjawab pertanyaan Saketi, ia menghela napas sejenak sambil tersenyum. Tangannya tampak memegang bungkusan kain, entah apa isinya?

"Kakang mau berangkat sekarang, 'kan?" tanya Yunada dengan suara lembut.

"Iya, memangnya kenapa?" Saketi balas bertanya sambil terus memandangi keindahan wajah Yunada.

"Aku sudah membuatkan makanan kesukaan Kakang dan ayahandaku, untuk bekal diperjalanan!" ucapnya lirih sambil menyerahkan cawan yang sudah dibungkus rapi menggunakan kain.

Saketi tampak semringah. Ia sangat bahagia dan senang dengan sikap Yunada yang sangat perhatian terhadap dirinya.

"Terima kasih, Yunada." Saketi melontar senyum sambil meraih bungkusan kain tersebut. "Kakang akan selalu merindukanmu," sambungnya meletakkan telapak tangan di atas kepala gadis itu, kemudian membelai rambutnya penuh kelembutan.

"Kakang harus berhati-hati!" desis Yunada tersenyum manis memandang wajah sang pangeran pujaan hatinya.

"Iya, Yuanda" jawab Saketi lembut. "Apakah ayahandamu sudah berangkat?" tanya Saketi menambahkan.

"Ayahanda sudah berada di pendapa istana bersama paman maha patih," jawab Yunada lirih.

"Baiklah, kalau seperti itu. Kakang berangkat sekarang, yah," ucap Saketi sedikit membungkukkan badan. Lalu, mendaratkan bibir di atas kening Yunada.

"Baik, Kakang. Nanti aku pun akan menyusul ke pendapa."

Yunada tersenyum, telapak tangannya menyapu permukaan wajah sang pangeran, lantas memeluk erat tubuh putra mahkota itu sambil berbisik mesra, "Semoga apa yang ditugaskan oleh paman raja, bisa Kakang selesaikan dengan mudah. Aku sayang, Kakang." Yunada langsung melepaskan pelukannya dan memandang wajah Saketi begitu lekat.

"Iya, Yunada. Kakang akan selalu mengingat pesanmu ini," pungkas Saketi. Setelah itu, ia langsung melangkah dan berlalu dari hadapan kekasihnya.

Tatapan penuh cinta dari seorang gadis cantik menyertai langkah sang pangeran yang sudah berjalan menuju pendapa istana.

Yunada adalah putri satu-satunya Senapati Lintang buah pernikahannya dengan Winiresti, Yunada merupakan gadis cantik, berbudi pekerti baik, dan pandai dalam ilmu bela diri.

Sang raja dan permaisuri sudah terpikat dengan sikap ramah dan sopan santun gadis tersebut. Mereka berencana akan menjadikan Yunada sebagai menantu istana dan menganugerahkan gelar permaisuri anom untuk Yunada.

* * *

Setibanya di pendapa istana, Saketi langsung menjura kepada ayahandanya dan juga ibundanya yang sudah duduk bersama dengan Senapati Lintang dan para petinggi istana lainnya.

"Duduklah putraku!" pinta sang raja tersenyum menyambut kedatangan putra semata wayangnya.

Saketi kembali merangkapkan kedua telapak tangannya sedikit membungkukkan badan di hadapan ayahandanya. Kemudian duduk bersebelahan dengan Senapati Lintang.

Ada banyak hal yang diamanatkan oleh sang raja kepada Senapati Lintang dan juga Saketi sebelum mereka berangkat dalam melaksanakan tugas darinya.

Setelah itu, Saketi dan Senapati Lintang langsung pamit kepada sang raja dan sang maha patih, untuk segera menjalankan tugas yang diembankan oleh Prabu Erlangga kepada mereka.

Hari itu, mereka hendak menelusuri keberadaan Ki Wiradana di sebuah padepokan silat yang berada di tengah hutan di bawah kaki gunung Sanggabuana.

"Berangkatlah, dan berhati-hatilah di jalan!" ujar sang raja melepas kepergian putranya dan senapatinya.

Dengan demikian, keduanya pun langsung berangkat bersama sepuluh prajurit pilihan dengan menunggangi kuda masing-masing.

Menjelang sore, Saketi dan rombongannya sudah tiba di tempat tujuan. Tepatnya di sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan.

Dengan demikian, Senapati Lintang segera memerintahkan para prajuritnya untuk berhenti sejenak, "Sebaiknya kita beristirahat dulu! Kita tidak boleh langsung mendekati bangunan itu!" ujar Senapati Lintang mengarah kepada sepuluh prajurit khusus yang ikut dengannya.

"Baik, Gusti Senapati," jawab para prajurit itu.

Tampak sebuah bangunan tua yang sudah tidak berpenghuni, berdiri kokoh di dalam hutan belantara dekat dengan sebuah lembah terlarang yang berada di bawah kaki gunung Sanggabuana.

"Aku rasa itu adalah tempatnya," desis Saketi mengarahkan pandangannya ke sebuah bangunan tua yang tidak jauh dari posisi tempatnya berdiri.

Keadaan di sekitar bangunan tersebut tampak sunyi, sehingga menimbulkan kesan menyeramkan. Tempat itu memancarkan aura keangkeran yang sangat terasa sekali bagi orang yang baru saja tiba dan menginjakkan kaki di tempat itu.

"Sepertinya tempat ini memang jarang sekali dijamah oleh manusia," kata Senapati Lintang. "Bangunan tua itu sangat menyeramkan. Paman rasa, bangunan itu merupakan tempat berdiamnya para jin dan siluman," sambung Senapati Lintang bergurau.

"Ah, Paman. Bisa saja," sahut Saketi.

Senapati Lintang hanya tersenyum dan menepuk pundak putra mahkota, seraya berkata, "Paman yakin, kau ini seorang pemuda pemberani dan tidak akan takut dengan suasana seperti ini," ujarnya lirih.

Setelah diamati, memang benar-benar menyeramkan. Suasana di bangunan tua itu tampak sunyi dan sepi, benar seperti apa yang dikatakan oleh sang senapati, bahwa bangunan tua tak berpenghuni itu sangatlah cocok menjadi hunian nyaman bagi bangsa jin atau siluman.

Senapati Lintang dan Saketi serta sepuluh pengawal pribadinya, terus mengamati rumah tersebut. Namun tiba-tiba saja, seperti ada beberapa bayangan yang berkelebatan, begitu cepat gerakan bayangan-bayangan tersebut. Sehingga mereka pun berpikiran bahwa itu merupakan bayangan iblis-iblis yang sedang sibuk mengadakan persiapan sesuatu di gedung kosong itu.

"Kau lihat itu, Pangeran!" bisik Senapati Lintang meluruskan jari telunjuknya ke arah gedung tua itu. Sorot matanya pun tajam mengamati pergerakan bayangan-bayangan tersebut.

Dengan cepat, Saketi menggulirkan dua bola matanya ke arah tempat yang ditunjukkan oleh Senapati Lintang. Lantas, ia pun berkata, "Aku perhatikan, sepertinya bayangan-bayangan itu bukanlah bayangan siluman, melainkan bayangan manusia."

Senapati Lintang hanya menganggukkan kepala, sambil terus mengamati pergerakan bayangan-bayangan tersebut yang kemudian tampak jelas bahwa mereka benar-benar manusia.

"Ya, mereka adalah manusia," bisik Senapati Lintang lirih.

Mereka merupakan manusia-manusia yang sangat menyeramkan, mereka merupakan empat orang pria bertubuh kekar, tinggi besar, dan mempunyai raut wajah sangar. Wajah-wajah mereka mirip sekali dengan wajah siluman atau bangsa demit lainnya.

Gerakan mereka memperlihatkan tentang jati diri mereka yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Keempat orang tersebut adalah para pendekar yang sudah syarat akan pengalaman.

"Mereka bukanlah orang-orang biasa, Paman," desis Saketi berbisik mengenai telinga sang senapati.

"Ya, Paman paham itu," sahut Senapati Lintang terus mengamati pergerakan empat orang pria bertubuh tinggi besar itu

Tiba-tiba saja, salah seseorang dari mereka berkata, "Aku merasa ada kehadiran orang lain di tempat ini."

Kemudian, orang tersebut maju beberapa langkah, dan berteriak keras, "Keluarlah dari persembunyian kalian!"

* * *

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sute Cute
Lanjutan Sang Pendekar ini yah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status