Zia mengetik dengan kecepatan yang luar biasa diatas keyboard. Reikhan sedang ke Skotlandia dan malam ini baru akan kembali, Zia tidak ikut karena harus mengurus meeting di London.
Zia mengetahui hari ini adalah hari ulang tahun Reikhan dan sebenarnya ulang tahunnya juga. Tapi dia tidak tahu apakah Reikhan akan ingat.Ponselnya berdering dan dia segera mengangkatnya.Happy birhday sweet heart... I love you.
Zia tahu itu pasti Aston, dia tersenyum karena baru kali ini Aston telat mengucapkannya. Biasanya tengah malam dia adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.
"Terimakasih kak, aku pikir kau lupa."Aston dikamarnya memandangi foto Zia dan dirinya disebuah bingkai."Tidak pernah sedikitpun aku melupakan semua tentangmu. Nanti
Zia berjalan keruangan Reikhan sambil membawa sebuah map dan tablet seperti biasanya. Reikhan tidak mendengarkan penjelasan Zia, dia hanya menatap wajah yang sedang menunduk membaca semua kegiatannya hari ini. Zia yang merasa tidak direspon oleh Reikhan melihat kearah pria itu. Akhirnya Zia memutari meja Reikhan dan duduk dipangkuan Reikhan. Mata mereka bertemu, ada rasa khawatir didalam hati Zia jika suatu saat Reikhan tahu kalau yang dia lakukan ini adalah sebuah kebohongan. Zia melepaskan kaca mata Reikhan dan mengusap rambut Reikhan. Reikhan menciumnya dalam dan menghanyutkan, ciuman itu berakhir saat ponsel Zia bergetar.Zia melihat ponselnya dengan Reikhan yang memperhatikan Zia.Aku ada dikantor kekasihmu itu. Temui aku sekarang di toilet wanita. Dan tenang saja, aku sudah menyamar. Lihat lah pintu yang tertutup,
Zia sedang berada di salah satu department store. Dia tahu ada yang mengikutinya dan dia mencoba untuk sesantai mungkin. Setelah selesai dengan urusannya Zia keluar lagi mencari sebuah cafe. Dia meletakan uang untuk pembayaran ice chocolate nya diselipan tisu yang ada. Zia ke toilet dan mengganti bajunya dengan cepat. Memakai topi dan menggerai rambutnya, dengan begini pasti orang yang mengikutinya tidak tahu kalau dia sudah keluar dari cafe itu.Dia datang ke tempat dimana dia mendengar Reikhan ingin bertemu Paman yang di sebut Reikhan. Mata Zia mencari dimana keberadaan Reikhan dan dia mendapati Reikhan sedang duduk berhadapan dengan seorang Pria yang seumuran dengan Ayah nya. Kebetulan restoran Jepang itu tidak terlalu ramai jadi Zia bisa dengan leluasa melihat apa yang dilakukan Reikhan meski dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Re
"Apa? ""Mau kah kau menikah denganku? ""HAH... "Zia seperti terkena serangan jantung. Dia mengerjap mendengar kalimat itu. Reikhan menatapnya serius dan Zia memilih melihat kedepannya. Tidak menghadap Reikhan lagi."Kamu gak mau?""Apa sih, kita juga baru pacaran juga. Lagi pula masa melamar-nya begini. Gak romantis."Alasan Zia sepertinya cukup masuk akal untuk menolak Reikhan. Bukannya sedih karena lamarannya ditolak, Reikhan malah tertawa membuat Zia bengong lagi melihatnya."Kamu ngerjain aku ya?" Cubitan Zia mendarat diperut Reikhan. Bel apartement mereka berbunyi. Mungkin saja pengantar makanan yang dipesan Reikhan. Zia bangkit untuk mengambil pesanan R
"Surat apa?""Surat perjanjian papaku dan paman Alvian." Deg, jantung Zia memberikan respon yang luar biasa saat dia mendengar alasan dia disini, alasan dia berada sedekat ini dengan pria dibelakangnya ini. Perlahan dia membalik tubuhnya menatap Reikhan dengan raut wajah yang tak bisa Reikhan tebak. Reikhan menarik tangan Zia dan membawa wanita itu keluar dari apartementnya setelah memakai kan Zia jaket yang tergantung di gantungan mantel dekat pintu apartementnya.Mobil Reikhan membelah sungai Thames dan mereka sampai di South Bank London. Zia turun dari mobil setelah Reikhan membukakan pintu. Mereka berjalan kearah rerumputan yang juga pasangan ataupun anak-anak muda berkumpul disana. Sambil melihat London Eye semua orang sibuk bercengkrama dengan teman ataupun keluarganya.
Zia mencubit perut Reikhan untuk menghindari pertanyaan dari pria itu. Zia ahlinya jika ingin menghindari pertanyaan semacam itu. "Kau jangan mengalihkan pembicaraan, aku sedang kesal dengan kakakmu." Reikhan memeluknya dan menciumi wajah Zia membuat Zia geli."Apa sih !" kata Zia berusaha menjauh tapi tertawa."Kau sangat menggemaskan jika sedang kesal. Mau makan sesuatu?" Zia teringat akan perihal perutnya yang kosong. Dan dia mengangguk antusias."Baiklah kita cari makan disekitar sini."Mereka bergandengan tangan mencari tempat makan untuk mengisi perut mereka. Reikhan sudah menceritakan apa yang Zia mau, hanya tinggal langkah Zia selanjutnya. Bagaimana cara Zia mengambil surat itu. Waktunya hanya tinggal satu bulan. Mudah bagi Zia mendapatkan tanda tangan Re
"Aston ngamuk diapartement ku." Zia langsung bergerak ke apartement kakaknya itu dengan menggunakan taksi. Dia takut kalau Aston akan mengamuk ke Zyan kakaknya. Mengingat bagaimana sikap bossy nya Aston. Tak begitu lama dia sudah sampai di apartement mewah milik saudaranya itu, karena jalanan London malam ini tidak begitu ramai.Zyan membuka pintu dan terkejut melihat wajah Zia yang sangat kesal. "Dimana dia?"Tanya Zia tanpa basa-basi. Zia membuka topinya dan menyusuri seluruh ruangan yang redup itu."Aku disini nona Ara"Zia mendengus dan datang tepat dihadapan Aston yang berkecak pinggang didepan pintu kamar Zyan. Sorot mata tajam Zia seperti ingin menguliti Aston hidup-hidup.Zia memperhatikan rungan yang sudah acak-acakan itu dan Zia yakin ini ulah Aston.
Zia masuk kedalam ruangan Reikhan membawakan beberapa berkas yang harus ditanda tangani Reikhan. Tapi senyuman konyol Reikhan yang terus melihatnya membuatnya gerah. Zia menutup map nya sedikit keras."Kau ini kenapa?" Reikhan masih tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Zia benar-benar tidak mengerti. Cepat tanda tangan disini, awas kalau nanti pekerjaanku salah karena kau tidak memeriksanya. Reikhan hanya diam dan masih tersenyum. Sedangkan Zia memutar bola matanya."Sayang, nanti malam kita ke London Eye mau?" Zia mengernyit dengan tingkah Reikhan ini. Ada apa? Pikirnya."Baiklah" jawaban enteng Zia membuat Reikhan bangkit dari duduknya dan mencium kening Zia."I love you. Ayo kita makan siang."Zia mengangguk. Mer
Sudah tiga hari Reikhan pergi ke Qatar untuk urusan bisnisnya. Reikhan selalu menelpon Zia atau saat sudah pulang kerja mereka akan Video call hingga larut malam. Bahkan makan saja Zia harus terus berada didepan laptopnya. Reikhan benar-benar pacar yang posesif. Zia merindukan tingkah konyol Reikhan saat menganggunya jika mereka berada di apartement, atau pun dikantor. Seperti sore ini Zia sedang duduk santai di gazebo sambil membaca komik dan makan cemilan. Zia merindukan candaan dan gombalan dari Reikhan. Besok libur dan dia tidak tahu harus ngapain. Zia tidak berniat untuk keluar dari apartement milik Reikhan ini.Alhasil Zia menelpon kakak tercinta nya Vienza. Pada deringan ketiga Vienza mengangkat telponnya."Hai kak... Apa kabar?" Zia mendengar suara tawa dari Vienza dan juga Akhtar. Membuat Zia miris dengan dirinya se