RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 3.
**
POV RAKA.
**
Mataku melotot melihat seorang pria turun dari mobilnya. Mobil Fortuner keluaran terbaru dan rasa terkejutku semakin bertambah karena dia Adnan.
"Adnan ...," cicitku pelan.
Dia juga kaget melihat aku yang sedang duduk diatas becak hendak berniat meninggalkan rumah ini. Menelisik penampilannya sepertinya dia pemilik rumah ini. Tampilannya parlente seperti seorang Bos. Apakah Adnan adalah tetanggaku?
Mengapa dia yang harus menjadi tetanggaku? Aku sama sekali tak siap kalau harus Adnan tetanggaku.
Saat mata kami bertemu satu sama lain. Dia mencebik padaku. Segera di datanginya aku dan di tolaknya kecil tubuhku.
"Mau apa kamu ke sini, Ha?! Kamu mau maling di rumahku!" katanya marah.
"Sebentar. Enggak kok. Aku ke sini ngantar air yang di pesan Nara. Kamu tinggal di sini?" tanyaku bodoh.
"Bukankah tadi udah kubilang kalau ini rumahku. Kamu udah dapat uangnya kan dan pergi dari sini!" katanya murka melihatku.
Hubunganku dan Adnan memang tidak baik. Aku tentu saja mengenal Adnan karena kami terlibat masalah yang cukup pelik.
"Baik, aku akan pergi dan aku tak sangka kalau kamu tetanggaku. Ada hal yang mau aku tanya padamu. Apakah Nara dan Ervan tinggal di sini? Apakah Nara mantan istriku menjadi pembantu kamu?" tanyaku ingin tahu.
Dia menatapku sengit. Menatapku dengan wajah penuh kebencian.
"Bukan urusanmu. Lagian kamu dan dia sudah cerai dua tahun yang lalu!"
"Ya, kami memang cerai dua tahun yang lalu tapi bagaimana kamu bisa kenalan lebih jauh ke Nara dan dia bisa kerja di sini?" tanyaku penasaran.
"Kenapa kamu sangat ingin tahu. Bukankah kamu tak menginginkan anak dan istrimu lagi setelah kamu kawin lagi. Kawin dengan cinta pertama mu dan meninggalkan Nara."
Aku gak terima dia bilang begitu. Faktanya aku cari Nara dan Ervan sampai ke kampung, bagaimanapun Ervan tetap anakku tapi Nara menghilang bak di telan bumi.
"Diam kamu! Aku tetap ayah Ervan dan aku mencarinya tapi, aku tak bertemu dia dua tahun yang lalu setelah kami bercerai!"
"Alasan! Kamu tahu gak, mencari orang sekarang ini gampang. Cuma kamu lebih sibuk dengan istri barumu. Aku yakin kamu menabur apa yang kamu tuai. Kamu bahagiakan dengan istri barumu?" tanyanya mengejekku.
"Cukup! Yang penting aku tahu kalau Nara dan Ervan di sini. Dia tetap anakku. Gak ada yang bisa pisahkan aku dari Ervan walau aku sudah berpisah dengan Nara. Aku harap kamu jadi majikan yang baik untuk mantan istriku!"
"Gak usah banyak gaya kalau selama dua tahun aja gak mau menafkahi!" katanya ketus.
Deg!
Dadaku bergemuruh saat Adnan mengatakan itu. Tapi memang benar, setelah kami bercerai. Aku tak memberi apapun ke Nara dan Ervan. Dia menatapku sinis lalu masuk ke rumahnya.
Aku terdiam sebentar, gak ada lagi yang perlu aku katakan pada Adnan. Akupun melajukan becak ku keluar dari rumahnya. Yang penting aku tahu kalau Nara dan Ervan ada di rumahnya bekerja sebagai pembantunya.
**
Aku sama sekali gak bersemangat. Pikiranku terus terusan terpusat ke Nara dan Ervan. Aku mendesah, apa masih pantas aku memikirkan Nara yang bukan istriku lagi?
Aku duduk di kursi makan yang ada di dapur. Ku tuang air dalam gelas, dahagaku seketika sirna setelah air melewati tenggorokan ku. Suara gemercik air terdengar dari kamar mandi. Kayaknya Siska sedang mandi.
Di rumah sempit ini kami hanya memiliki satu kamar mandi. Jauh sekali dari rumahku yang dahulu dan terpaksa kujual buat modal tambahan usaha hingga aku harus tinggal di rumah sederhana ini.
Aku membuka tudung saji. Mataku melebar ketika melihat ada makanan ringan di depanku. Keripik pisang coklat. Seketika aku teringat Nara karena dia pintar sekali membuat keripik pisang coklat ini.
"Enak, Sayang," kataku padanya dulu sambil mengunyah keripik pisang coklat yang selesai di masaknya.
"Iya, dong. Ini pisang masak yang di goreng. Warnanya jadi coklat. Bagus dan enak kan, Mas?" katanya manja kala itu.
Aku melihat lagi bungkusan cemilan itu tertulis di sana 'Kreasi Rumahan Adnar'
Ku buka plastik camilan itu dan ku kunyah. Rasanya mirip seperti punya mantan istriku dulu, Nara. Entah kenapa memakan ini mengobati kerinduanku padanya. Tiba-tiba aku begitu merindukan mantan istriku dan anakku.
"Mas Raka," kata Siska tiba-tiba setelah dia selesai mandi.
"Hmm ...,"
Aku tidak terlalu peduli kepadanya dan tetap mengunyah keripik pisang coklat dengan santai.
"Gimana, Mas. Enakkan?" tanyanya.
"Kamu beli di mana?" tanyaku balik.
"Tadi aku ke rumah Bu RT. Kami yang datang di bagi ini. Kata Bu RT ini dari tetangga baru kita. Katanya ini usaha tetangga baru kita. Mereka masih misterius. Jadi Bu RT mau tetangga baru kita nanti ngasih pelatihan gitu untuk masyarakat sini. Agar Ibu-Ibu di sini bisa mandiri dengan usaha ekonomi mikro yang bisa saja di buat di kampung ini," kata Siska panjang lebar.
Aku terbatuk seketika. Usaha tetangga baru? Tapi rasa ini milik Nara dan tetangga baru kami Adnan. Apa hubungan Nara dengan Adnan?
Bersambung
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 4. **PoV Raka"Uhuk ... Uhuk ..." Aku terbatuk saat Siska mengatakan itu. "Kamu kenapa, Mas?" tanyanya. "Gak ada. Eh, kamu udah ketemu sama tetangga baru kita?" tanyaku.Dari ekspresinya, kayaknya Siska belum ketemu Nara dan Adnan. Tapi apa hubungan Nara dan Adnan? Apakah mereka majikan dan pembantu. Aku masih penasaran. Namun, memberi tahu Siska lebih lanjut soal tetangga kami aku malas. Dia pasti ribut dan gak terima.Kalau hanya majikan dan pembantu. Entah kenapa aku merasa masih punya harapan bersama Nara. Kami punya anak. Sedangkan aku bersama Siska sampai sekarang belum juga punya anak. "Belum, Mas. Rencana besok ada perkumpulan di balai desa katanya tetangga baru akan menjelaskan usaha Mikro. Kali aja tetangga mau bantu ibu-ibu kompleks membuka usaha." "Oh, kalau ada acara begituan emang kamu mau ikut?" tanyaku. "Ya maulah," jawab Siska cepat. "Kalau di lihat dari usaha tetangga baru kita ini. Dia buka usaha camilan ringan keripik pisang cokla
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 5. POV Raka**"Nara, apa hubungan kamu dengan Adnan?" tanyaku begitu saja saat dia membuka gerbang nya. "Bukan urusan kamu, Mas Raka. Lagian kamu ngapain di depan rumah orang. Kamu tahu gak kalau kamu menggangu!" katanya marah. "Aku cuma mau tahu aja karena kita tetangga dan kamu mantan istriku. Ingat, Nar, kita punya anak. Apalagi dia dekat sama Adnan dan itu gak baik," kataku lembut padanya. "Gak baik? Kamu tahu apa? Selama dua tahun cerai sama aku. Kamu yang gak baik! Kamu cuma mau buang-buang waktu aja!" katanya. Dia masuk ke dalam rumah dan beranjak pergi dengan sepeda motor. Tanpa menghiraukan ku dia pergi begitu saja. Aku tersentak, Nara bisa naik sepeda motor? Setahu ku dia gak bisa karena dulu memang ku batasi. Dulu aku takut motorku rusak jadi dia tak ku izinkan belajar naik motor. Dulu aku punya dua kendaraan satu mobil dan satu lagi motor. Qadarullah, bercerai dari Nara aku bangkrut yang tersisa hanya motor. Aku bergegas pulang ke rumah ka
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 6. **PoV Siska. Aku pergi saja ke acara desa. Aku diundang Bu Kades untuk menghadiri pertemuan dengan mentor kami. Yang kutahu kalau ikut undangan bisa jadi diundang juga ke rumahnya. Mentor kami itu juga tetangga baruku. Aku juga belum tahu tetangga kami itu siapa karena belum kenal dekat. Melihat dari rumah mewahnya yang berkelas dan minimalis. Aku ingin juga memiliki rumah seperti itu. Namun, sayang suamiku tidak bisa mengabulkan permintaanku. Dulu kami memang mempunyai rumah. Tetapi rumahnya sederhana sekali tidak sebagus rumah tetangga kami yang sekarang. Mengingat masa lalu, aku merasa entah kenapa terlalu bodoh. Tapi ya sudahlah ini sudah terjadi. Dulu mantan suamiku penurut sekali tapi dia miskin. Karena sebuah reuni sekolah aku akhirnya bertemu Mas Raka dan kami bernostalgia kembali dengan masa lalu.Aku dan Mas Raka dulu pernah pacaran saat SMA. Memori itu kembali hadir saat kami berjumpa. Dia bekerja di Perusahaan yang bergengsi. Aku tergiur d
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 7**POV SISKAAku kaget karena dia benar-benar Nara, mantan istri suamiku. Ngapain dia di sini dan ngasih pelatihan segala. Dia gak pantas. Nara gak pantas jadi keren!Dulu, saat aku dan Mas Raka menjalin hubungan gelap. Mas Raka berkata kalau dia tersiksa menikah dengan Nara. Dia gak bisa apa-apa dan bisanya membuat malu suami saja. Penampilan kumal dan jelek. Jauh sekali dengan seleranya. Kata Mas Raka kalau dia sebenarnya di jodohkan dengan Nara oleh almarhum ayahnya. Mas Raka terpaksa menerima Nara karena kasihan. Dia hanya anak yatim yang malang.Akhirnya mereka bercerai karena aku menjadi duri dalam rumah tangga mereka. Saat itu Ibu Mas Raka yang sekarang jadi mertuaku marah besar dengan keputusan Mas Raka menikahiku. Tapi, karena kami saling cinta dan bernostalgia di masa lalu. Akhirnya mereka bercerai. Yang jadi tanyaku kenapa Nara bisa jadi mentor? Apa dia Nyonya di rumah besar itu? "Nara, sini ada yang mau aku tanya!" kataku menarik saja tangann
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 8. **POV Raka. Aku tersentak melihat Siska, istriku datang ke sini. Tumben. Biasanya dia ogah datang ke Ruko. Katanya Ruko sempit dan panas. Aku memang menyewa Ruko sepetak saja. Hanya muat untuk tempat usaha. Untuk tempat tinggal tak muat di sini. Makanya kami ngontrak. Wajah Siska cemberut. Dia duduk di kursi plastik. Aku tak hiraukan karena tetap bekerja. Tadi, aku sempat datang ke acara desa di mana Nara sebagai mentor. Namun, aku langsung pergi saat ketahuan oleh Nara sedang mengintip dia berbicara. "Mas, Nara tetangga kita?!" tanyanya gusar saat sudah duduk. Kakinya di satukan sambil melipat kedua tangannya. Wajahnya semakin cemberut tak senang. Aku sudah yakin kalau dia bakal ke sini buat marah dengan keadaan, di mana Nara bisa sukses dan dia gak terima. "Ya begitulah, sekarang dia tetangga kita seperti yang kamu lihat di pertemuan balai Desa tadi. Kalau dia menjadi mentor di sana. Bukankah semuanya sudah jelas," kataku santai. "Kok kamu bisa s
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 9. **POV Raka. Aku bergegas ke balai desa berharap Nara masih di sana. Setelah sampai di sana. Aku segera menurunkan air minuman yang di pesan. Kulihat peserta yang di balai sedang memakan makanan yang di bagikan panitia serta camilan dengan logo Adnar. Keyakinan ku semakin menjadi dengan perasaan tak enak hati mengingat Adnar adalah Adnan dan Nara. Aku tak langsung pergi dari sana. Ku tunggu sebentar sepertinya acara itu akan selesai. Benar saja, menunggu beberapa saat akhirnya Nara berpamitan dengan alasan ada urusan. Dia bergegas naik motor seperti tadi. Aku yang memang sudah menunggunya langsung melajukan becakku. Aku mau bertanya padanya, apa benar mereka suami istri. Kok bisa? Sebelum dia sampai ke rumah mewahnya itu aku dengan becakku langsung ke depan dan menghentikan motor Nara. Dia tersentak kaget dengan ulahku. "Mas Raka!" katanya sengit. Aku turun dari becak dan ku datangi dia sebab mau bertanya. "Nara, aku sengaja menghentikan kendaraa
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 10. **PoV Siska"Ha, kamu ngomong apa?" tanyaku heran. "Apaan," kata Mas Raka b o d o h. "Yang barusan kamu bilang!" kataku lagi. "Oh, Nara pulang bersama Adnan. Kata dia itu suaminya," ujar Mas Raka santai. "Adnan mantan suamiku?" tanyaku kaget. "Ya, tadi kan udah ku bilang kalau Nara dan Adnan suami istri sekarang." Apa yang diucapkan Mas Raka bagaikan tamparan bagiku. Kok bisa? Mas Adnan itu miskin. Sekarang kok bisa kaya. Dari mana dia punya duit sampai bisa menyenangkan Nara sedemikian rupa. Punya rumah bagus, kendaraan bagus. Kalau aku tahu dia sekarang kaya. Gak mau aku menceraikan dia. Dulu yang ngotot untuk pisah itu aku karena sudah menjalin hubungan gelap dengan Mas Raka. Makanya aku nekat cerai darinya. "Gak mungkin, Mas. Mana mungkin Mas Adnan nikah sama Nara. Apalagi Mas Adnan itu dulu miskin. Makanya aku mau cerai dari dia!" kataku. "Oh, jadi kamu tinggalkan dia karena miskin. Sekarang kenyataan berbalik dan dia kaya. Aku juga terpuk
"Kenapa kamu pegang handphone ku? Sini, Mas. Aku punya privasi!" kataku sengit"Jadi begini, Sis. Kamu selingkuh di belakang ku. Tadi ada yang kirim pesan, aku membaca sekilas dan sayang sayangan sama kamu di pesan itu. Handphone kamu memang di kunci tapi tetap sekilas aku bisa baca pesan dari inisial R yang kamu sembunyikan!" "Lebay kamu. Dia teman aku. Biasa aja kali. Dia cewek kok dan kami biasa begitu saat reuni." dustaku padanya. "Jangan bohong kamu. Aku gak percaya sama kamu. Sis, ini kamu, 'kan?" Dia menunjukkan photo ku dengan seorang pria. "Kamu mata-matai aku?" "Bukan. Temanku yang kirim karena lihat kamu jalan sama lelaki lain. Tega kamu sama aku, Sis!" Aku tersentak dan terbangun begitu saja dari mimpiku. Kenapa aku bisa mimpi seperti ini. Mas Adnan hadir dalam mimpiku di masa laluku. Saat itu memang aku sering ketahuan selingkuh dengan Mas Raka. Beberapa kali Mas Adnan memaafkan ku. Namun beberapa kali pula aku mengulang untuk selingkuh dengan Mas Raka. Aku nggak nya