Compartilhar

Bab 4 : Kelakuan Meisya

Autor: Elpis
last update Última atualização: 2025-10-29 08:25:56

       Bibir Meisya yang dipoles lipstik merah saat itu tersenyum tipis.  “Apakah kau mau mengetahuinya sekarang?”

       Damian menegang, tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba sebuah senyuman tersungging di bibir Meisya yang dipoles lipstik merah yang membuat Damian salah fokus. Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Pfft. kenapa tiba-tiba Anda begitu tegang Tuan Damian Anderson? jangan bilang anda merasa terintimidasi oleh gadis yang bahkan lima tahun lebih muda dari Anda.”

       Alis mata Damian menukik tajam. Ia merasa dipermainkan. “Ka … kau mempermainkanku?”

Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Rileks tuan Damian.”

       “Rileks.” Meisya membisikkan kata terakhir itu dengan lembut tepat di sebelah telinga Damian, membuat Damian sedikit merinding sehingga mendorong paksa tubuh Meisya agar menjauh darinya. Ia sungguh sudah tak tahan.

       Hampir-hampir Meisya terjengkang ke belakang karena dorongan Damian, meski begitu ia tetap puas karena berhasil mempermainkan Damian yang punya gengsi setinggi langit. 

       “Hahahah, santailah tuan Damian. Aku hanya bercanda.” Meisya tergelak melihat tingkah Damian yang tampak kesal karena ulahnya. 

       “Kau, kau benar-benar. Bercandamu tidak lucu sama sekali.”

       “Siapa bilang aku bercanda, aku tidak bercanda sama sekali. saat aku bilang aku punya rahasia di balik makeup ku, aku benar-benar memilikinya.”

       “Kau jangan membohongiku, memangnya apa yang bisa kau sembunyikan di balik makeup tebal sialanmu itu.”

       “Tentu saja ada, Tapi aku tak akan memberitahumu.”

       “Sekarang lebih baik anda tidur. Apakah mau ku bantu naik ke atas tempat tidur anda yang begitu berharga itu?” sarkas Meisya.

       “Tidak perlu. kalau kau menyentuhku atau tempat tidurku yang berharga, mungkin aku bisa mimpi buruk nanti.”

       “Ah! satu lagi, berhenti menawarkan bantuan yang tidak diperlukan. Jangan perlakukan aku seperti pasien.”

       “Baiklah kalau memang begitu mau Anda.”

       “Kalau kau begitu saya tidur duluan, selamat malam.” Setelah mengatakan itu Meisya segera naik ke sofa yang ada di dalam kamar Damian. Untungnya sofa itu cukup panjang dan lebar hingga bisa menampung tubuh Meisya.

       Damian menatap tubuh Meisya yang sudah meringkuk nyaman dan memunggunginya di atas sofa. Entah kenapa perasaannya masih jengkel pada Meisya. 

       Damian memutar kursi rodanya dengan sedikit kesulitan. Ia berniat mencharge kembali kursi rodanya sebelum tidur. Namun, belum juga sempat di charger listrik di rumah itu malah padam duluan menyisakan ruangan yang gelap gulita.

       Damian meraba-raba dalam gelap. Tidak hanya lumpuh, kini Damian juga seperti orang buta yang harus meraba ke segala arah untuk mencari sesuatu. Setelah usahanya meraba dalam gelap, Damian menemukan ponselnya yang tergeletak di atas nakas dekat tempat tidurnya. 

       Ia menyalakan ponselnya. Ia mendengus, “Sialan. Kenapa harus hari ini. Apakah ini adalah hari kesialanku? Aku menikahi wanita yang tak kucintai, kursi rodaku lowbat hingga aku harus keluarkan tenaga ekstra untuk sampai rumah, dan sekarang lampunya padam? Haah. Yang benar saja.”

       “Apa keadaan bisa jadi lebih buruk lagi setelah semua yang terjadi?” tanyanya pada udara kosong di kamar yang remang itu.

       Tiba-tiba suara petir menyambar disusul hujan yang turun dengan derasnya. Seolah menjawab pertanyaan Damian tadi. Mendengar itu Damian hanya bisa mengumpat. “Sialan.”

       Sekarang Damian tak bisa apa-apa sama sekali. Ia tak bisa naik ke tempat tidur kesayangannya. Ia juga tak bisa meminta bantuan Meisya karena Meisya nampak sudah tidur, Tapi sepertinya meski Meisya masih terjaga pun ia akan tetap enggan meminta bantuan. Gengsi.

       Suara petir dan hujan deras cukup mengusik Damian. Sejujurnya Damian membenci hujan karena saat hujan ia jadi teringat pada kecelakaan yang berhasil merenggut Bianca dari sisinya.

       “Berhenti … Tidak ….” Damian menoleh ke arah Meisya yang sedang tertidur. 

       Meisya terlihat gelisah dalam tidurnya. Mulutnya menggumamkan kata-kata yang Damian tak mengerti maksudnya. Damian mencoba mendekati Meisya.

       Damian memandangi Meisya. Kedua kelopak mata yang diberi eyeshadow tebal itu terpejam rapat. Namun kedua mata itu mengeluarkan air mata. Sementara bibir Meisya yang berlapis lipstik merah yang tadi sempat menyeringai ke arahnya kini menjadi terlihat sibuk menggumamkan kata minta tolong. Damian yang melihat itu, berusaha membangunkan Meisya. 

       “He … Hei. Bangun. kau kenapa?” Damian menggoyangkan bahu Meisya. Namun, Meisya tak juga terjaga. 

       Damian mencoba lagi. “Hei, kau baik-baik saja?”

       “Hei, kalau kau sedang bercanda, hentikan sekarang juga. karena candaanmu tidak lucu sama sekali.”

Teguran Damian tidak berdampak sama sekali yang ada Meisya semakin gelisah dalam tidurnya. bahkan tangannya meronta-ronta di udara kosong. Bahkan kini  napas Meisya terdengar memberat dan semakin sesak. 

       “K … Kumo ... hon, to … long a … ku,” Damian yang melihat itu langsung panik karena napas Meisya mulai tersenggal seperti tercekik. 

       Damian semakin gencar membangunkan Meisya. ia mengguncang kedua bahu Meisya kali ini sedikit lebih keras, dan ia berteriak, “Meisya, bangun!”

       Mata Meisya terbelalak kaget, napasnya terengah seolah baru selesai lari marathon. Damian yang melihat Meisya sudah terbangun bertanya, “Kau baik-baik saja?”

       Meisya yang nampak linglung hanya menatap Damian dan seisi ruangan di sekelilingnya  yang remang-remang. Meski masih terlihat linglung, setidaknya napasnya sudah perlahan terdengar lebih normal. “A … aku tidak apa. hanya mimpi buruk. maaf saya pasti mengganggu tidur anda.”

       “Saya akan tidur lagi. Anda juga sebaiknya tidur. malam sudah semakin larut. selamat malam.” Meisya kembali merebahkan dirinya di sofa tanpa berniat membahas kejadian barusan yang membuat Damian sedikit kelabakan.

       Meisya memejamkan matanya. Ia mencoba untuk kembali tertidur, meski ia sendiri sangsi apakah bisa untuk tertidur lagi setelah kejadian-kejadian mengerikan dalam hidupnya muncul dalam mimpinya. Serangkaian kejadian yang bahkan masih terjadi hingga kini yang menjadi penyebab dirinya selalu memakai riasan tebal. Kejadian yang menjadi rahasia di balik riasan tebalnya.

                                                                               ~~~

       “Aaaaa!!” teriakan Meisya memecah kesyahduan pagi itu. 

       Bagaimana ia tak berteriak jika pemandangan yang pertama kali ia tangkap saat membuka mata adalah wajah Damian yang begitu mengerikan. Meski wajah Damian bukanlah tipenya tapi ia mengakui bahwa wajah Damian memang cukup tampan, masalahnya adalah bagaimana bisa wajah tampan itu berubah menjadi mengerikan. rambut yang kemarin klimis kini mencuat ke segala arah, dan yang lebih mengerikan adalah tatapan Damian yang tajam seolah akan mengulitinya hidup-hidup dan satu lagi, kantung mata Damian yang terlihat menghitam. “apakah dia tidak tidur semalaman?”

       “A … anda baik-baik saja? apakah tidur anda nyenyak”

       “Hmph, Kau masih menanyakan itu padahal kau bisa melihat keadaanku yang berantakan seperti ini?” Damian tersenyum sinis.

       “Memangnya apa yang terjadi sampai anda tidak tidur semalam?”

       “Apa anda tidak bisa naik ke tempat tidur anda semalam?” Tepat. memang itulah yang terjadi. tapi bukan itu satu-satunya alasan Damian tidak bisa tidur malam itu.

       “Kau tidak ingat yang terjadi semalam?”

       “Memang apa yang terjadi ….”

       “Hah! jangan-jangan Anda menyentuh tubuhku saat aku tidur ya? Anda jadi tidak bisa tidur semalaman karena terus berfantasi liar tentang tubuhku.” 

       Damian terperangah mendengar jalan pikiran Meisya. Sungguh ajaib. “Kau … Wow imajinasimu benar-benar luar biasa.”

       “Kalau kau tidak ingat, sebaiknya jangan mengarang cerita yang tidak masuk akal.” 

       “Bukan begitu kejadiannya? lalu bagaimana?” tanya Meisya penasaran.

       “Bukan aku yang melakukan sesuatu padamu, tapi kaulah yang melakukan sesuatu kepadaku.” Mata Meisya membelalak.

       Meisya menunjuk dirinya sendiri “Aku? aku melakukan sesuatu pada anda?”

       “Ya, kau melakukan sesuatu padaku. dan itu sedikit melukaiku jadi kau harus minta maaf”

       “Apa? kenapa aku harus minta maaf? memangnya apa yang kulakukan pada anda?”

       “Kau sudah melakukan sesuatu yang membuatku benci pada diriku sendiri.” mata Meisya kembali membola. Hal apa yang telah ia lakukan semalam hingga melukai ego si pangeran berkursi roda di depannya ini.

Bersambung …

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 5 : Penelpon Misterius

    “Kau benar-benar lupa apa yang terjadi?” Meisya dengan polos hanya mengangguk. Kemudian ia bertanya, “Memang apa yang sudah kulakukan semalam?” “Sudahlah. Lupakan saja!” Damian memutar kursi rodanya, berbalik kemudian pergi ke kamar mandi. Damian menyalakan shower membiarkan air membasahi tubuhnya. Kepalanya dipenuhi dengan adegan-adegan semalam yang membuatnya kesulitan tidur. Semalam Meisya terus saja mengigau meminta tolong dan meminta untuk berhenti dipukul. Puncaknya terjadi saat sebuah sambaran petir yang terdengar nyaring mengejutkan Meisya yang sedang tertidur. Meisya terbangun seketika itu lalu menjerit histeris seperti orang ketakutan. Meisya baru tenang setelah ia memeluknya. Ia jadi harus memeluk Meisya sepanjang malam tanpa tertidur sedikit pun. Damian keluar dari kamar mandi. Ia tak menemukan Meisya, namun aroma makanan yang tercium begitu lezat membuat Damian mengetahui keberadaan Meisya. Ia segera mengenakan pakaiannya dan seger

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 4 : Kelakuan Meisya

    Bibir Meisya yang dipoles lipstik merah saat itu tersenyum tipis. “Apakah kau mau mengetahuinya sekarang?” Damian menegang, tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba sebuah senyuman tersungging di bibir Meisya yang dipoles lipstik merah yang membuat Damian salah fokus. Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Pfft. kenapa tiba-tiba Anda begitu tegang Tuan Damian Anderson? jangan bilang anda merasa terintimidasi oleh gadis yang bahkan lima tahun lebih muda dari Anda.” Alis mata Damian menukik tajam. Ia merasa dipermainkan. “Ka … kau mempermainkanku?”Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Rileks tuan Damian.” “Rileks.” Meisya membisikkan kata terakhir itu dengan lembut tepat di sebelah telinga Damian, membuat Damian sedikit merinding sehingga mendorong paksa tubuh Meisya agar menjauh darinya. Ia sungguh sudah tak tahan. Hampir-hampir Meisya terjengkang ke belakang karena dorongan Damian, meski begitu ia tetap puas karena berhasil mempermainkan Damian yang punya

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 3 : Gara-Gara Gengsi

    Damian dan Meisya tiba di rumah orang tua Damian. Keduanya terpaksa pulang ke rumah orang tua Damian karena paksaan dari Sam. Keduanya sudah sampai di rumah yang bergerbang tinggi itu. Damian turun dari mobil dibantu oleh Ken, asisten sekaligus temannya. “Kau mau kemana?” Damian keheranan saat melihat Ken bukannya membantunya masuk ke dalam rumah tapi malah kembali memposisikan diri di kursi kemudi. “Mau pulang.” “Kau tidak mengantarku masuk? Kau tau kursi rodaku sedang lowbat kan?” “Iya aku tau. Lalu kenapa?” “Kau serius bertanya kenapa?” Damian menatap tak percaya pada Ken. “Tidakkah kau merasa sebagai asisten, kau harus membantu atasanmu?” lanjut Damian kesal. “Majikan?” Ken menatap jam tangan yang melingkar gagah di pergelangan tangannya, seulas senyum meremehkan muncul di wajah tampannya saat netra cokelatnya menangkap jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00. “Maaf tuan Damian Anderson, tapi jam kerjaku sudah selesai

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 2 : Awal

    Damian menyesap dalam kopi yang sudah kehilangan asapnya itu. Kopinya sudah dingin karena sudah terlalu lama menunggu, sementara yang ditunggu entah kapan datangnya. Damian jadi merasa dibohongi oleh ayahnya karena perempuan yang disebutnya sebagai gadis sopan nyatanya tidak ada sopan-sopannya di mata Damian. “Dengan bapak Damian Anderson?” seorang gadis aneh muncul. Make up-nya begitu tebal sangat kontras dengan cara berpakaiannya yang sederhana. “Perkenalkan saya Meisya Adhikara.” Meisya mengulurkan tangannya. Namun tak ada sambutan baik dari Damian. Melihat uluran tangannya tak berbalas Meisya pun menarik kembali tangannya dengan canggung. “Duduk.” Damian menjawab seadanya. Jika Meisya ingin menganggapnya sebagai pria yang dingin, maka biarlah karena ia sama sekali tak ada niatan untuk bersikap hangat pada Meisya. Ia hanya tak ingin memberikan harapan pada Meisya sementara dirinya sendiri belum sembuh dari lukanya. Baginya Meisya hanyalah syarat u

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 1 : Titik Balik

    “Damian, hentikan mobilnya! Aku mau turun di sini.” Bianca berteriak suaranya terdengar parau, air matanya sudah menggenang namun enggan menetes. Ia takut melihat Damian yang mengemudi seperti orang kesetanan “Tidak sebelum kau menarik permintaan putus sialanmu itu.” hujan deras menghantam kaca mobil. Pandangan Damian mengabur meski wiper sudah bekerja keras, meski sudah begitu ia tetap tidak mengurangi kecepatannya “Damian, dengar! Kita berdua tidak cocok.” Bianca sudah muak. “Tidak cocok, katamu?” Damian tak percaya dengan apa yang dikatakan Bianca, rahangnya mengeras, ia mencengkram erat setir hingga buku tangannya terlihat memutih. “Kau baru mengatakan itu setelah lima tahun bersamaku,” lanjut Damian. “Cukup Damian. Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Turunkan aku disini.” “Tidak akan. Entah itu putus darimu atau menurunkanmu di tengah jalan, aku tidak akan melakukan keduanya. Kau harus tetap berada disisiku.” “Kau gila

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status