Share

Episode 03

Kring!!! Kring!!! Kring!!!

"Eh Zell, udah istirahat tuh."

"Kamu ikut, tidak?" Tanya Ghina kepadaku. "Kamu duluan aja, aku tidak lapar." Jawabku singkat. "Kamu kenapa?" Tanya Ghina, menatapku. "Tidak kenapa-napa, kok." Jawabku pendek. "Ya, sudahlah. kalau begitu aku juga tidak ke kantin lah." Kata Ghina, seraya duduk kembali.

"Eh, kamu tahu tidak?" Ghina memulai percakapan, mengusir rasa bosan.

"Tidak, kan belum kamu kasih tahu." Potongku sekenanya. "Iih, makanya dengerin dulu." Kata Ghina gregetan melihat tingkahku. "Oke, apa? Apa?" Tanyaku pura-pura serius.

"Anak laki-laki yang kamu tanyai waktu itu, nyebelin banget ya." Katanya, memulai topik. "Maksudnya?" Tanyaku lebih serius. "Tadi, waktu pas aku datang, dia nabrak aku tanpa rasa bersalah." Aku yang mendengarkan hampir tertawa melihat ekspresinya, tapi urung karena kasihan.

"Sabar ya, Ghin." Kataku prihatin.

"Hahaha, makasih." Balasnya, tersenyum. 

"Kamu tidak ada berubah, ya." Ghina menatapku jahil. Aku hanya tersenyum sekilas membalasnya.

"Oh ya, gimana kabar  Mamamu?" Tanya Ghina, mencari topik lain.

"Mamaku baik." Jawabku.

"Kalau Papa kamu gimana?"

"Papaku juga baik." Jawabku lagi. Ghina mengangguk-angguk mengerti.

"Zell, Zell, lihat tuh." Tunjuk Ghina dengan mulutnya, panik. "Apa?" Tanyaku, sambil menoleh ke arah yang di tunjuk Ghina. "Anak itu kok tidak ikut keluar, istirahat?" Tanya Ghina dengan wajah pucat.

"Emangnya kenapa?" Tanyaku bingung. Karena apa salahnya orang tidak keluar main? Kami saja juga tidak istirahat.

"Ih, bukan gitu. Soalnya  kita kan lagi curhat nih, kalau misalnya dia denger, gimana coba?"

"Iya juga, sih."  Aku manggut-manggut, membenarkan. "Kalau gitu, kita coba kenalan yuk. Mungkin aja dia baik." Ajakku, menarik lengannya Ghina.

"Tapi..."

"Udahlah, ayo!" Paksaku lagi, kembali menarik lengannya.

"Iya, iya, sabar dong." BalasGhina kesal, karena tangannya di tarik paksa olehku.

"Hai namaku Zella, ini Ghina." Sapaku mencoba memperkenalkan diri, kecarah anak berambut hitam kecoklatan itu.

"Aku Vina, " balasnya. 

"Vina, apa kamu dengar pembicaraan kami?" Tanyaku langsung ke topik pembicaraan.

"Iya. Yang kalian ceritain itu kakak kembarku." Aku langsung menutup mulut dengan ke dua telapak tanganku, karena saking terkejutnya. Ghina yang sedari tadi hanya diam, langsung mengangkat wajahnya yang terlihat pucat.

"Kalian kenapa?" Aku yang sedari tadi menutup mulut, cepat-cepat memperbaiki raut wajahku yang pucat. Sama-sama dengan pucatnya wajah Ghina. "Tidak, bukan apa-apa." Jawabku menggeleng. "Tenang saja, aku tidak akan memberitahukan ini kepada kakakku." Katanya, melambaikan tangan. "Karena, kakakku itu orangnya sangat-sangat ngeselin." Lanjutnya lagi. Kami tercengang, ternyata adiknya saja mengakuinya.

"Oh ya, sebentar lagi bel. Kalian mau di sini aja?" Tanyanya ke arah kami berdua, lalu beranjak berdiri.

"Kamu mau ke mana?" Tanyaku awas.

"Haha, aku mau ke kamar kecil." Jawabnya tersenyum.

"Daah!" Dia melambaikan tangan ke arahku dan Ghina. Aku dan Ghina membalas lambaian tangannya, sebelum dia keluar ditelan daun pintu.

Pelajaran selanjutnya adalah fisika, bersama guru tergalak menurut Ghina. "Eh, Zell. Dia tidak seperti kembarannya, ya?"

"Kalaupun dia kembaran laki-laki ngeselin tadi. Kenapa dia gak marah, ya?" Tanya Ghina bingung, sambil memainkan bolpoinnya. Aku hanya tersenyum, melihat wajah bingung Ghina. "Entahlah," jawabku mengangkat bahu.

                         ***

"Oke, anak-anak! Siapa yang tidak bawa pr?" Tanya Miss Della, menatap tajam ke arah kami satu per satu.

"Yang tidak bawa pr. Keluar !" Perintah Miss Della sambil menunjuk pintu.

Semuanya, termasuk aku mengeluarkan buku pr. Hanya anak laki-laki berambut hitam berantakan, yang tidak bawa pr. Aku yang menatapnya, hampir tertawa. Dari melihat ekspresi wajahnya, dia seperti kebingungan mencari buku miliknya.

"Kamu lagi-lagi tidak bawa pr, hah?!" Tanya Miss  Della galak. Anak itu hanya menggaruk rambutnya yang berantakan. Seperti tidak merasa bersalah.

Kami hampir satu bulan di sini. Setelah sepekan perkenalan,  pekan besoknya kami sudah diberi tugas sekolah oleh guru di sini.

"Sekarang kamu keluar dari sini, berdiri di luar sampai bel istirahat berbunyi!" Tunjuk Miss Della ke pintu kelas. "Tapi, Miss." Selanya, tidak terima. "Tidak ada tapi-tapi. Keluar sekarang!!" Teriak Miss Della galak. Kami semua pada nunduk, karena takut melihat wajah galak milik Miss Della. Lagi-lagi dia ingin menjawab, tapi urung. Karena dia melihat mata melototnya Miss Della.

Dan akhirnya dia pasrah, dan keluar dengan kepala menunduk. Hampir semua kelas tertawa melihat ekspresi anak laki-laki itu. Hingga akhirnya, semuanya bungkam karena Miss Della mengangkat tangan kanan nya ke atas.

                             ***

Kring!! Kring!! Kring!!!

Suara bel istirahat kedua berbunyi.

Membuat semua orang bersorak gembira.

Tapi hanya sebentar, kerena mendengar ketukan penggaris di papan tulis yang membuat semuanya diam.

"Oke anak-anak, tugas rumah untuk besok halaman sembilan dan sepuluh,  jelas?" Seru Miss Della sedikit berteriak, mengalahkan suara Guntur. Sepertinya, sebentar lagi akan hujan.

Semuanya mengangguk.

"Oke, kalian boleh keluar." Ucap Miss Della, seraya merapikan buku-buku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status