Home / Romansa / Rahasia Pewaris Culun / Menentukan Pewaris

Share

Rahasia Pewaris Culun
Rahasia Pewaris Culun
Author: Naveen Kenan

Menentukan Pewaris

Author: Naveen Kenan
last update Huling Na-update: 2022-08-15 12:25:55

Tepat pukul delapan malam, di kediaman Tuan Frederic telah berkumpul seluruh anggota keluarga untuk membicarakan perihal siapa yang berhak mewarisi kekayaan yang dimilikinya karena Tuan Frederic sudah renta dan kakinya lumpuh. Lelaki tersebut hanya dapat menghabiskan masa tuanya di kursi roda atau kursi goyang ketika dia bosan.

"Baiklah, saya mulai saja karena Tuan Frederic tidak boleh tidur larut malam," ujar seorang pengacara bernama Willson yang ditunjuk oleh Tuan Frederic.

Semua anggota keluarga menyimak ucapan Pak Willson karena memang hal yang dia sampaikan akan menjadi penentu tentang siapa yang akan menjadi pewaris di Frederic Corp, salah satu perusahaan besar di kota tersebut.

"Saya ingin menyampaikan keputusan penting dari Tuan Frederic mengenai perusahaan yang akan jatuh pada sang pewaris, yaitu––" Belum juga Pak Willson selesai berbicara, seorang wanita paruh baya menyela pernyataan tersebut.

"Sudah tentu putra saya-lah, pewarisnya," ucap si wanita pemilik bibir merah merona dengan senyuman seolah-olah penuh keyakinan.

Dari sudut ruangan, Tuan Frederic hanya menatap sinis ketika wanita paruh baya yang bernama Kemala--menantunya--berpendapat seperti itu.

"Ibu!" Tepat di meja depan Kemala, seorang pemuda tampan dengan sedikit jambang di pipi, berani menggertaknya. "Tolong hargai Pak Willson, beliau belum selesai menyampaikan keputusan yang ditulis oleh Opa Frederic," sambungnya dengan nada tidak suka.

"Oooh ... kamu sudah berani menggertak ibumu, Owen?" sahut Kemala.

"Bukan seperti itu, Bu, tapi––"

Perdebatan antara ibu dan anak itu malah memperkeruh suasana. Padahal, Pak Willson telah meminta dari awal agar semuanya menyimak karena rapat keluarga tersebut harus segera usai supaya Tuan Frederic bisa beristirahat.

"Stop! Maaf, saya harus memotong pembicaraan Nyonya Kemala dan Tuan muda Owen," ujar Pak Willson.

Mereka berdua akhirnya terdiam dengan raut muka yang sangat tidak bersahabat. Nyonya Kemala membuang muka dari arah depan, sedangkan Tuan muda Owen menarik napas panjang dan mengempaskannya perlahan-lahan seperti sedang meredam emosi yang hampir saja meluap karena ulah ibunya yang tidak mencerminkan seorang wanita bangsawan di mana seharusnya terlihat anggun dan elegan.

Kemala memang mempunyai sifat keras kepala. Ketika menginginkan sesuatu, dia pasti harus mendapatkannya tanpa melihat keadaan yang sedang terjadi.

Pak Willson kembali menyambung pembicaraan perihal keputusan siapa orang yang menjadi sang pewaris di keluarga besar Frederic.

"Sang pewaris dari delapan puluh persen kekayaan Tuan Frederic jatuh kepada––" Sudah seperti adegan film, Pak Willson menjeda ucapannya. "Tuan muda Rion. Sedangkan dua puluh persen lagi merupakan hak Tuan muda Owen yang saat ini masih dikuasai oleh Tuan Prederic," lanjutnya sambil menutup lampiran yang ada di map tebal berwarna navy di tangannya.

"Apa?! Apa kamu tidak salah membacakan keputusan, Willson? Kamu jangan main-main terhadap semua ini. Aku tau, kamu hanya bercanda, bukan?" protes Kemala dengan senyuman sinisnya dan ekspresi tidak suka ketika menatap pemuda yang berusia tiga tahun lebih muda dibanding dengan putranya itu.

"Apa yang saya sampaikan sudah sesuai dengan apa yang tertera di kertas, Nyonya," ucap Pak Willson.

"Aku tidak percaya! Pa, tolong Anda jelaskan semuanya! Kenapa Papa nggak adil terhadap cucu pertama Papa? Apa Owen tidak pantas memimpin perusahaan? Apa Papa lupa kalau Owen itu anak dari istri pertama anak Papa?" Kemala bak kesetanan ketika mendengar keputusan yang dibacakan oleh Pak Willson. Dia benar-benar tidak terima dan kecewa. Bagaimana tidak? Di matanya, Rion hanya seorang anak idiot dan culun. Terlebih, dia merupakan anak dari madunya.

Ya, Rion merupakan anak dari Yola--istri kedua Edward Frederic--yang tidak lain adalah suaminya juga.

"Pa!" Kemala membentak Tuan Frederic sambil menggebrak meja dengan posisi tubuh berdiri.

Dari arah pojok, Tuan Frederic terlihat kaget dengan kelakuan menantu pertamanya itu.

"Ibu!" Lagi, Owen menggertak ibunya.

"Diam kamu, Owen! Ibu tidak terima dengan keputusan yang benar-benar tidak adil ini. Bagaimana mungkin cucu pertama hanya mendapatkan hak waris dua puluh persen saja?!"

"Bu! Tolong hargai keputusan Opa. Aku yakin, Opa memutuskan hal itu dengan penuh pertimbangan."

"Tidak! Pokoknya Ibu tidak terima!" bentak Kemala dengan bola mata membulat seolah-olah hendak melompat dari tempatnya.

"A-apa yang te-lah dibi-lang oleh Will-son, se-mu-anya be-nar," ucap Tuan Frederic dengan terbata-bata dan sekuat tenaga karena stroke yang bukan hanya menjadikan badan dan kakinya lumpuh, bicaranya juga lambat-laun menjadi tidak terlalu jelas.

Tidak terima dengan keputusan, Kemala berjalan cepat menuju Tuan Frederic dan memegang kedua bahu mertuanya itu, melupakan adab dan kesopanan.

"Pa-paaa ... aku minta, ganti sekarang juga nama pewaris kekayaan Papa," ucap Kemala dengan nada tegas dan jelas, tentu saja dengan ekspresi wajah marah.

"Astaga, Ibu!" Owen berlari menghampiri ibunya yang khawatir bisa membuat kesehatan Tuan Frederic semakin menurun karena merasa tertekan mempunyai menantu seperti Kemala.

"Jangan seperti ini, Bu. Tolooonggg ...." mohon Owen sambil merapatkan kedua tangan di depan wajahnya sendiri.

Keadaan semakin tidak menentu. Kemala yang menentang dan Tuan Frederic yang mantap untuk tidak mengubah keputusan.

"Maaf, Opa, aku tidak bisa menerima keputusan Opa. Benar yang dikatakan oleh Mama Kemala. Ini semua tidak adil untuk Kak Owen," kata Rion, pria berkacamata yang terlihat culun. Sang pewaris.

"Lihat, Papa lihat dan dengar omongan si culun itu, bukan?" Kemala tersenyum penuh kemenangan. "Dia saja yang idiot menganggap kalau Papa tidak adil terhadap Owen," sambungnya.

"Astaga, Ibu! Jaga ucapan Ibu. Seorang Ibu tidak akan menggunjing putranya sendiri, sekalipun dia bukan putra kandungnya," ucap Owen yang mencoba membuka mata hati Kemala yang benar-benar seperti orang kerasukan.

Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya Kemala memilih untuk pergi dari ruangan tersebut. Tidak begitu lama, Frederic pun minta di antar ke kamarnya setelah semuanya selesai dan tidak dapat diganggu gugat. Pewaris utama dari Frederic Corp adalah Rion Frederic, pria berkacamata yang berpenampilan culun.

Ruangan itu menjadi sunyi, tinggal menyisakan dua pria tampan, tetapi berbeda penampilan. Owen yang memang terlihat gagah dengan tubuh tinggi besar dan Rion, pria tampan, tetapi berpenampilan culun dan jauh dari kata sempurna. Rion berubah seperti orang linglung setelah kepergian kedua orang tuanya satu tahun lalu.

"Kak?" Rion memecah keheningan.

"Apa?" jawab Owen sambil mengangkat pandangannya dan mengarah kepada Rion.

"Aku tidak pantas menerima semua ini. Aku ingin bicara sama Opa, ya?"

"Jangan bersikap bodoh, Rion. Kamu tahu, apa yang sudah menjadi keputusan Opa, tidak akan mungkin bisa berubah lagi, kecuali—" Ucapan Owen terhenti. Dia sengaja menggantung kata-katanya di udara yang membuat Rion semakin penasaran.

"Kecuali apa?"

Owen tersenyum menanggapi pertanyaan adiknya yang terdengar bodoh. Bagaimana orang yang diberikan banyak warisan malah terkesan ingin menolak? Bukankah itu hal yang bodoh?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Az Zahwa Zahwa
hadir zank wlo telat...
goodnovel comment avatar
Vivi Nisfiatul Khoiroh
hadir, Zank ... next jeder gledek ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Pewaris Culun    Partner Bisnis

    Rupanya Rion dijadikan saksi karena terakhir Oris berbicara padanya dalam panggilan ponsel sebelum Oris meninggal dunia secara tidak wajar, sehingga dari pihak kepolisian memberikan keterangan tersebut. "Terima kasih, Pak!" Willson yang menjadi pengacara Rion berjabat tangan dengan polisi yang menangani Rion. Rion terbebas dari status saksi dari pembuahan Oris yang mungkin bisa saja dirinya akan berubah status menjadi tersangka apabila tidak didampingi oleh kuasa hukumnya. "Terima kasih, Pak!" Rion berjabat tangan dengan Willson dan saat kasus telah usai, mereka kembali terpisah karena Rion memang tidak dekat pada Willson dan hanya terikat kerjaan Willson saja yang menjadi pengacara. *** Banyak sekali kejadian yang menimpa Rion setelah Kenzie pergi. Hidupnya sepi bahkan terasa kosong karena satu-satunya orang yang dia sayang di dunia ini pun pergi meninggalkannya meskipun dia menjanjikan akan kembali. Namun, entah hal itu akan terealisasikan kapan? Tidak ada jaminan dari siapa pu

  • Rahasia Pewaris Culun    Kematian Oris

    Sudah beberapa hari ini Khanza merasa was-was dengan keadaan Rion. Ingin bicara, tetapi dia tidak memiliki bukti yang kuat akan perbincangan adik tirinya karena Owen memang tidak menyebut nama Rion. Bisa saja Owen malah merencanakan pembunuhan untuknya, bukan? "Tuan, apakah Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Khanza yang merasa khawatir dengan keadaan Rion. "Aku baik-baik saja." Rion kembali terdiam. Dia hanya memperhatikan halaman rumah dari balkon. Sudah beberapa hari semenjak kematian Frederic, Rion memang betah berlama-lama di balkon hanya memperhatikan keadaan rumah saja. "Sus?" Rion memanggil Khanza."Iya, Tuan." "Biasanya Suster mengajak Opah berjemur di sana." Rion menunjuk yang disertai bibir tersenyum, tetapi pandangannya seolah kosong.Khanza tidak menjawab, karena dia tahu kalau Rion hanya butuh didengarkan saja, bukan membutuhkan jawaban darinya. "Aku kangen sama Opah," ucap Rion yang terdengar pilu. Rupanya Rion masih terlihat berat sejak kepergian Frederic. Dia seol

  • Rahasia Pewaris Culun    Kembali Pada-Nya

    Dokter itu menatap Rion dan Owen bergantian yang disertakan tarikan napas dalam sebelum dia menceritakan keadaan Frederic. "Hhuuufff ...." Napas itu terembus. "Kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuan Frederic tidak dapat tertolong." "Apa?!" Spontan Owen berucap. Rion tidak berkata apa-apa, dia berjalan mundur hingga akhirnya terpentok pada kursi stainless dan detik itu juga dia terduduk lemas, lakinya seolah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri saat mendengar Frederic telah kembali pada-Nya.Rion menutup wajahnya. Ingin menangis, tetapi dia tahan sekuat tenaga meski akhirnya ada yang meluncur dari sudut matanya. "Menangis saja, Tuan Muda. Tangisan tidak akan menjatuhkan derajatmu sebagai seorang laki-laki," ucap Khanza yang duduk di sampingnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Khanza kalau tangis tidak akan membuat derajat laki-laki terjatuh. Laki-laki juga manusia, dia punya hati yang dapat merasakan sakit. Rion merasa sendirian. Ketika Frederic corp

  • Rahasia Pewaris Culun    Kritis

    Keadaan Frederic semakin memburuk. Sudah tiga hari dia masih koma, bahkan harapan untuk hidup sangatlah kecil menurut dokter. "Ya Tuhan ... cobaan apa lagi yang akan aku dapatkan setelah ini?" ucap Rion saat berada di kantor. Tidak dipungkiri, dirinya sangat sulit untuk berkonsultasi. Bahkan dalam tiga hari ini seolah raganya saja berada di kantor, tetapi jiwanya entah ke mana. Dia seolah terombang-ambing tanpa pijakan. "Permisi ...." Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Owen. "Masuk!" Rion terperanjat saat suara seseorang mengetuk pintu. Dari balik pintu yang terbuka terlihat Angel yang membawa berkas dalam map warna biru. "Eh, Mbak. Silahkan duduk," ucap Rion. Angel tersenyum, menarik kursi lalu duduk. Namun, dia memperhatikan Rion yang seolah semakin terpuruk. "Kamu kenapa, Rion?" "Enggak apa-apa, Mbak," jawab Rion sekenanya. "Oh, iya. Apakah ada tender baru yang masuk?" sambung Rion seolah-olah mengalihkan pembicaraan. "Ada, bahkan cukup banyak. Yang Mbak khawatirkan itu

  • Rahasia Pewaris Culun    Peselingkuh

    Kemala mengajak Owen ke ruang perawatan. Ternyata Wanda sedang tidur dan baru siuman sejak beberapa menit yang lalu. "Tante?" Owen menyapa mertuanya. "Owen, gimana keadaanmu, Nak? Kamu sakit apa? Kok, Tante enggak tau kamu dirawat. Apa Wanda mengetahuinya?" Seolah berbasa-basi, Nyonya Pranata bertanya pada calon menantunya. "Tidak, Tan. Wanda tidak tau apa-apa, lagian aku juga udah sehat, kok." Mungkin karena suara perbincangan Owen, Kemala dan ibunya, Wanda akhirnya membukakan mata. "Sayang? Kamu ada di sini?" Suara Wanda terdengar pelan. "Iya. Kamu kenapa, Sayang?" Owen bertanya dan saat itu sepasang mata Wanda kembali berkabut. Kemala mengerti kalau Wanda menginginkan cerita pada putranya dan dia mengajak Nyonya Pranata untuk ke luar dari ruangan tersebut. Agar mereka bisa leluasa mengobrol. "Kamu sayang aku enggak?" Tiba-tiba saja Wanda bertanya seperti itu dan hal ini dirasa aneh oleh Owen. "Kok, nanyanya begitu?" "Jawab aja, sayang atau enggak?" "Sayanglah, kamu, kan

  • Rahasia Pewaris Culun    Harta, Tahta dan Wanita

    Tepat jam sebelas siang, Rion sengaja pergi menemui Angel hanya untuk makan siang sekaligus membahas apa yang sebenarnya terjadi. "Mbak?" Rion memanggil."Iya." "Aku bingung harus menerangkannya seperti apa? Aku pun paham kalau sampai ada di posisi, Mbak. Aku pun akan salah paham. Tapi aku mohon percaya sama aku, Mbak. Aku bukan takut Mbak bilang sama Kenzie, karena aku benar. Hanya saja kalau keadaannya jauh seperti ini, aku takut Enzie terluka dan aku hanya bisa menatapnya menangis di layar ponsel." "Sebenarnya Mbak juga tidak percaya Rion, tapi penampilan dia tadi pagi? Ah, Mbak jadi inget Enzie ketika hendak dinodai oleh Pak Owen." "Tapi aku bukan Kak Owen, Mbak. Kami berbeda dan aku begitu mencintai Kenzie." "Iya, Mbak tau, Rion. Cinta memang bisa membutakan siapa saja." Sepertinya Angel masih belum sepenuhnya mempercayai pengakuan Rion. Dia juga tidak mempercayai kesimpulan yang ada di otaknya. Baginya, Rion terlalu tulus kalau sampai selingkuh, itu merupakan hal yang tida

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status