Share

Bab 4. Membawa Kabar

Esok harinya Reyhan benar-benar membawa Freya ke rumah ke dua orang tuanya, hal itu tentu saja membuat Freya sangat gugup, dia bahkan tidak bisa memejamkan matanya semalaman hingga kini kantung mata terlihat jelas di ke dua matanya.

"Ayo!" ajak Reyhan setibanya mereka di depan rumah.

Saat ini mereka masih duduk di mobil milik Reyhan setelah menempuh perjalanan selama satu jam dari apartemen.

"Mas Reyhan aku takut," ucap Freya lirih.

"Tidak perlu takut, saya akan menjaga kamu."

"Tapi bagaimana jika keluarga Mas Reyhan tidak setuju dengan pernikahan kita?"

"Itu tidak akan berpengaruh pada apapun, kita sudah resmi menikah dan sudah terdaftar di catatan sipil."

"Tapi Mas."

"Tidak perlu banyak berpikir, cukup berada di samping saya maka semuanya akan baik-baik saja."

Tak ada pilihan lain, kini keduanya pun berjalan masuk ke dalam rumah. Setibanya di sana mereka disambut oleh mbok Darmi, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah keluarga Reyhan selama puluhan tahun.

"Den Reyhan ayo masuk, sudah ditunggu oleh nyonya dan tuan besar di dalam," sapa mbok Darmi.

Tanpa menjawab perkataan wanita paruh baya itu Reyhan terus berjalan menuju ruang keluarga di mana ke dua orang tuanya sudah menunggu.

Mbok Darmi mengikuti majikan mudanya itu ke dalam, dia sempat menoleh ke arah wanita muda yang berjalan di samping sang majikan. Mbok Darmi sedikit bingung karena kehadiran wanita itu yang berbarengan dengan majikannya yang terkenal anti wanita, meskipun begitu mbok Darmi memilih untuk diam mengikuti keduanya hingga mereka tiba di ruang tamu di mana sepasang suami istri sedang duduk sambil membaca buku masing-masing.

"Mah, Pah," sapa Reyhan kepada ke dua orang tuanya.

"Reyhan, ayo duduk Sayang!" seru Fatmala ibu Reyhan.

Fatmala sempat melirik ke arah Freya yang datang bersama putranya dengan bingung, dia mengenal gadis itu karena Freya adalah anak dari sahabat suaminya Fredy.

"Freya, ada perlu apa datang kemari?" tanya Fatmala ramah.

Freya yang mendapatkan pertanyaan dari sang nyonya rumah hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepala, ditatapnya laki-laki yang berdiri di sampingnya dengan wajah dingin dan tenang seolah meminta pertolongan.

"Freya datang bersama Reyhan Mah," jawab Reyhan atas pertanyaan mamanya barusan.

"Oh ya? Tidak biasanya. Apa kalian tidak sengaja bertemu di jalan?" tanya Fatmala lagi.

"Ada yang ingin Reyhan katakan pada Mama dan Papa," ucap Reyhan.

"Apa itu Rey?" Fatmala kembali bertanya.

"Reyhan dan Freya sudah resmi menikah, kami sepasang suami istri sekarang," ucap Reyhan lantang.

Jeder

Seperti ada petir di siang bolong, baik Fatmala dan suaminya sangat terkejut dengan apa yang baru saja disampaikan oleh putra sulungnya tersebut.

"Apa maksud kamu Reyhan? Jangan bermain-main!" ucap Handoko ayah Reyhan dengan wajah marah.

"Reyhan tidak bermain-main Pah, kami memang sudah menikah kemarin."

"Tapi kenapa Rey? Kenapa kalian bisa menikah?" tanya Fatmala bingung.

"Karena kami saling mencintai Mah," jawab Reyhan.

"Cinta tidak bisa dijadikan alasan untuk menikah tanpa ijin keluarga Reyhan, apa kamu sudah menganggap kami mati hah?" murka Handoko.

"Maafkan Reyhan Pah, Reyhan memang sengaja melakukannya karena tahu Papa dan Mama tidak akan memberikan ijin."

"Jika kamu tahu kami tidak akan mengijinkan maka seharusnya kamu tidak menikahinya Reyhan." Handoko kembali mengeluarkan amarahnya.

"Freya sayang, apa benar apa yang di katakan Reyhan? Kalian tidak sedang bercanda kan?" Fatmala mengalihkan pertanyaan pada wanita muda yang sejak tadi memilih diam tersebut.

"Tante maafkan Freya," ucap Freya lirih hampir tak terdengar sama sekali.

"Tapi kenapa kalian tiba-tiba menikah? Sejak kapan kalian menjalin hubungan asmara?"

"Jangan mendesak Freya Mah, Reyhan yang memaksa Freya untuk menikah dengan Reyhan," pinta Reyhan terhadap wanita yang sudah melahirkannya tersebut.

"Tapi kenapa Rey? Kenapa kalian menikah tanpa restu kami terlebih dahulu? Sejak kapan kalian berhubungan?"

"Reyhan sudah lama menyukai Freya Mah, dan saat ini Freya sedang hamil anak Reyhan."

"Apa?"

Fatmala sangat terkejut dengan ucapan terakhir putranya hingga dia mendadak lemas dan hampir tak sadarkan diri, beruntung Handoko segera menangkap istrinya tersebut hingga Fatmala tidak jatuh di lantai.

"Mamah, Mamah baik-baik saja?" tanya Handoko.

Fatmala memegangi kepalanya yang terasa pusing dan segera dibawa oleh suaminya untuk bersandar di sofa ruang tamu tersebut.

"Kamu harus menjelaskan semuanya pada Mamah dan Papah Reyhan, kita akan bahas lagi setelah mama kamu sehat dan sampai semuanya jelas kamu tidak di perbolehkan meninggalkan rumah ini!" titah Handoko.

Reyhan hanya diam sebagai tanda setuju, sedangkan Freya tampak semakin gusar saat melihat keadaan ibu mertuanya tersebut, dia sangat merasa bersalah karena sudah menjadi penyebab dari keadaan yang rumit ini.

Handoko kemudian membawa istrinya ke dalam kamar begitu pun Reyhan yang mengajak Freya untuk masuk ke kamarnya.

"Mas Reyhan bagaimana ini? Bagaimana kalau papa dan mama Mas Reyhan marah?" tanya Freya setibanya mereka di kamar Reyhan yang ada di rumah tersebut.

"Kamu duduk dulu Frey," ucap Reyhan yang langsung diikuti oleh Freya.

"Jadi gimana Mas? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Freya lagi.

"Kamu tidak harus melakukan apapun, biar saya yang menjelaskan semuanya pada mama dan papa."

"Tapi semua ini terjadi karena aku Mas, andai saja Mas Reyhan tidak menikahi aku, andai Mas Reyhan tidak bertanggung jawab atas kandunganku saat ini."

"Sudah Freya, jangan terlalu banyak berpikir. Sekarang kamu istirahat, untuk urusan mama dan papa biar menjadi urusan saya."

Pada akhirnya Freya tidak bisa lagi berkata-kata, semuanya sudah terjadi dan dia hanya bisa menuruti kemauan Reyhan. Meskipun begitu jauh di lubuk hatinya ada sedikit penyesalan karena sudah menerima ajakan Reyhan untuk menikah, dia bahkan ada keinginan untuk meminta cerai dan pergi dari kehidupan Reyhan dan keluarga untuk selama-lamanya.

Malam itu baik Reyhan maupun Freya terpaksa harus tidur di rumah tersebut dalam satu kamar, untuk ke dua kalinya mereka akan tidur dalam satu kasur yang sama dan itu membuat Freya merasa sangat gugup.

Tepat pukul sepuluh malam mbok Darmi mengetuk kamar mereka dan meminta Reyhan untuk menemui Handoko di ruang kerjanya.

"Saya pergi dulu ke ruang kerja papa, jika kamu sudah mengantuk kamu tidur saja duluan," ucap Reyhan sebelum meninggalkan Freya di kamar sendirian.

Reyhan mengetuk pintu ruang kerja papahnya dan masuk setelah mendapatkan persetujuan.

"Apa yang sebenarnya terjadi Reyhan? Kenapa kamu tiba-tiba menikahi Freya?" tanya Handoko tanpa basa basi.

"Reyhan yang memaksa Freya untuk menikah dengan Reyhan Pah karena saat ini Freya sedang mengandung, apapun yang Papa katakan tidak akan merubah apapun karena saat ini Reyhan dan Freya sudah resmi menjadi suami istri."

"Lalu mau kamu kemanakan Bella tunanganmu hah?" bentak Handoko kemudian.

Tanpa disadari oleh ke duanya ada sosok wanita yang berdiri mematung di dekat pintu.

"Tunangan? Yah. Tuhan! Mas Reyhan sudah memiliki tunangan, jadi bagaimana dengan pernikahan kami?" tanya wanita itu membatin yang tidak lain adalah Freya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status