Share

Bab 2. Menikah

Sepanjang malam Freya tidak bisa tidur, hatinya gelisah untuk menghadapi hari esok.

"Aku harus pergi dari sini," ucap Freya.

Wanita dengan rambut hitam lebat itu keluar dari apartemen Reyhan dengan mengendap-endap, berharap tidak akan ada yang melihatnya. Setibanya di luar apartemen Freya langsung berlari, dia tidak membawa apapun selain pakaian yang melekat pada tubuhnya hingga dengan terpaksa dia harus berjalan kaki.

"Aku harus pergi dari sini, aku tidak mau menikah dengannya," ucap Freya sambil terus berjalan.

Tiba-tiba langit mendung dan rintik hujan mulai turun membasahi bumi, Freya berlari mencari tempat berteduh, dia menemukan sebuah bangunan kosong yang sepertinya merupakan bekas warung makan.

Freya memasuki bangunan tersebut dan berteduh sambil menunggu hujan reda, namun beberapa waktu kemudian dia mendengar suara langkah kaki mendekat dan dua sosok laki-laki muncul tak lama setelahnya.

Dua laki-laki itu tampak terkejut di awal namun sedetik kemudian mereka menyeringai.

"Wah, lihat apa yang ada di sini, siapa sangka kita akan dapat rejeki nomplok," ucap salah satu di antara mereka.

"Bener bro, hujan-hujan gini paling enak menghangatkan diri dengan olahraga panas," ucap laki-laki lainnya.

Keduanya berjalan mendekati Freya, wanita cantik itu tampak ketakutan dan berjalan mundur mencoba untuk menjauhi dua laki-laki tersebut.

"Tolong jangan sakiti saya," ucap Freya memohon.

"Tenang cantik, kita tidak akan menyakiti kamu, kita justru mau memberikan kehangatan untuk kamu," ucap laki-laki dengan rambut botak.

"Tidak, aku mohon jangan," kata Freya mengiba.

"Nikmati saja sayang, kami yakin kamu akan menyukainya," kata laki-laki satunya yang memiki tatto ular di lengan kiri.

Kedua laki-laki itu menarik Freya dan mecoba untuk melecehkannya. Freya terus memberontak, dengan tenaga yang dia miliki Freya berusaha untuk lepas dan berlari keluar bangunan, namun tiba-tiba salah satu kakinya di tarik dan dia terjatuh di lantai.

Kedua laki-laki itu kembali mendekati Freya namun tiba-tiba sebuah tendangan menjatuhan mereka. Freya menoleh ke belakang dan melihat Reyhan yang menatap nyalang ke arah dua laki-laki yang hendak melecehkannya. Perkelahian pun terjadi dan tiga laki-laki itu saling menyerang hingga beberapa menit kemudian dia laki-laki yang tadi bersemangat untuk berbagi keringat dengan Freya pun tumbang.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Reyhan setelah berhasil mengalahkan dua lawannya.

Freya hanya mengangguk sebab dia masih merasa ketakutan. Reyhan segera membawa Freya keluar dari bangunan itu dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Tadi ketika menyadari bahwa Freya tidak ada di apartemen Reyhan segera mencarinya di tengah rintik hujan.

Sepanjang perjalan mereka tidak saling berbincang hingga mereka tiba di apartemen milik Reyhan.

"Segera hangatkan dirimu dan ganti pakaian," seru Reyhan.

Freya berjalan ke arah kamar mandi dan mandi air hangat lalu berganti dengan pakaian hangat, masih jelas di ingatannya bagaimana wajah dua laki-laki penuh nafsu dan tadi hendak memperkosanya, jika saja tidak ada Reyhan entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

Reyhan masuk ke dalam kamar dan menghampiri Freya dengan segelas susu di tangannya.

"Minum!" seru Reyhan.

"Terimakasih mas," kata Freya.

"Untuk kali ini saya akan memafkan kamu, tapi saya harap kamu tidak akan pernah lagi kabur seperti tadi," ucap Reyhan dingin.

"Maaf mas."

"Hmmm, cepat istirahat dan tidur, saya akan berjaga di ruang tamu."

Tanpa menunggu jawaban Reyhan langsung berlalu keluar kamar meninggalkan Freya yang masih duduk termenung di atas ranjang.

----

Keesokan harinya.

"Kamu sudah siap?" tanya Reyhan.

"Sudah Mas," jawab Freya.

"Ayo!"

"Tapi Mas."

"Tidak ada kata tapi Freya, harus berapa kali saya bilang agar kamu tidak mengatakan kata tapi laknat itu."

Freya terdiam, sedikit takut melihat wajah laki-laki yang akan menjadi suaminya itu, meski bukan yang pertama kali namun melihat sikap dingin dan intimidasi Reyhan selalu membuat nyalinya ciut.

"A-aku hanya tidak ingin menjadi beban Mas Reyhan," ucap Freya lirih.

"Sudah saya bilang saya akan bertanggung jawab atas diri kamu dan saya tidak pernah menganggap kamu beban Freya," sanggah Reyhan.

"Apa Mas Reyhan yakin? Ini belum terlambat untuk Mas Reyhan membatalkannya, aku berjanji tidak akan muncul dan merusak kebahagian keluarga besar Mas Reyhan."

Hingga saat ini Freya masih belum bisa mendapatkan jawaban atas alasan Reyhan memilih untuk menikahinya dengan dalih tanggung jawab terhadap anak yang ada di kandungannya itu, Freya sempat berpikir mungkin Reyhan hanya ingin menjaga nama baik keluarganya dengan menjadikan dia istrinya agar selalu dalam pengawasan.

"Saya tidak pernah mundur dari hal yang sudah saya putuskan," ucap Reyhan.

Tidak ada bantahan lagi, kini Freya sudah pasrah atas hidupnya. Setelah kematian ayahnya dia tidak lagi memiliki siapa pun di dunia ini dan semua tujuan serta harapan harapannya ikut pergi meninggalkannya bersama sang ayah. Hingga tibalah mereka di catatan sipil dan dalam waktu satu jam mereka kini resmi menjadi suami istri.

Freya menggenggam buku nikah yang ada di tangannya, hatinya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum, sakit dan menyesakkan, tidak pernah terpikirkan olehnya akan menikah dengan cara seperti ini. Dulu dia bermimpi untuk menikah dengan laki-laki yang dicintai dan mencintainya kemudian melahirkan anak-anak yang lucu serta hidup bahagia selamanya. Namun apa yang dia alami sungguh berlawanan, dia menikah dengan orang yang tidak pernah memandang ke arahnya atau melihat kehadirannya. 'Miris' , satu kata yang tepat untuk kehidupan Freya saat ini.

Satu jam setelah menerima surat nikah Reyhan dan Freya sudah kembali berada di apartemen, keduanya masih saling diam satu sama lain, tak ada yang mengucapkan satu katapun sejak keluar dari kantor catatan sipil.

"Hmmm, Mas Reyhan mau makan?" tanya Freya memecah keheningan.

"Kamu lapar?" bukannya menjawab Reyhan malah balik bertanya.

"Hmmm, sedikit," jawab Freya pelan, namun nasib malang selalu menimpanya karena satu detik kemudian terdengar suara dari perutnya.

'Kriuk'

Reyhan menoleh ka arah sumber suara dan tersenyum samar, senyum yang belum pernah dilihat oleh Freya sepanjang mengenal laki-laki tersebut.

'Apa tadi itu senyuman? Ah tapi itu tidak seperti senyuman, itu seringai, apakah dia sedang mengolokku?' batin Freya.

Kesal dan malu menjadi satu, namun yang bisa dilakukan oleh gadis malang itu hanyalah menunduk sebab takut melakukan kesalahan.

"Ayo makan!" seru Reyhan.

Namun lagi-lagi  Freya masih diam membatu, dia merutuki perutnya yang tidak bisa diajak kerjasama, seketika dia menyesali keputusannya yang tidak sarapan tadi pagi karena merasa was-was akan pernikahannya hari ini.

"Kenapa diam saja? Apa kamu berubah pikiran? Atau kamu malu karena suara perutmu barusan?" tanya Reyhan.

'Astaga, haruskah dia memperjelasnya? Kenapa ada manusia yang tidak peka sepertinya di dunia ini,' gerutu Freya dalam hati.

Tanpa menunggu jawaban dari wanita di hadapannya Reyhan segera menyambar tangan kiri wanita itu dan membawanya keluar apartemen, tanpa berkata apa apa Reyhan membawa Freya menuju restoran yang berada di depan apartemen mereka saat ini.

Seorang pramusaji menghampiri mereka sesaat setelah keduanya duduk di kursi restoran dan mencatat pesanan ke duanya, lebih tepatnya pesanan Reyhan karena Freya tidak menyebutkan pesanan apa pun, dia ragu dan sungkan pada Reyhan dan menyerahkan semua pesanan pada laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya tersebut.

Tiga puluh menit kemudian pramusaji datang menata pesanan mereka yang tak disangka-sangka sangat banyak, Freya bahkan tidak berkedip melihat aneka makanan yang tersaji di meja.

"Mas, apa ini tidak berlebihan?" tanya Freya.

"Salahmu tidak menyebutkan apa yang ingin kamu makan, jadi saya memesan apa saja yang sekiranya kamu suka," jawab Reyhan santai.

'Astaga, apakah dia sedang menyombongkan kekayaannya?' gerutu Freya dalam hati.

"Apakah ini bisa dibungkus jika kita tidak bisa menghabiskannya?" tanya Freya kemudian.

"Kenapa harus membungkus yang sudah disajikan? Jika kamu ingin membungkus kita bisa memesannya kembali."

"Tidak tidak, bukan itu maksud saya Mas."

"Lalu?"

"Sudahlah tidak usah dibahas," ucap Freya pada akhirnya.

Tak ada jawaban lagi dari Reyhan dan mereka langsung makan dengan hikmat, Freya yang memang sudah merasa sangat kelaparan sejak semalam tidak bisa lagi menahan nafsu makannya, tanpa sadar dia menghabiskan begitu banyak makanan hingga semua pesanan di atas meja hampir habis. Reyhan hanya tersenyum kecil melihat gadis mungil dihadapannya yang melahap makanan dengan penuh semangat, dia tidak pernah menyangka dengan tubuh sekurus itu Freya bisa makan sebanyak itu.

"Pelan-pelan, tidak akan ada yang mencuri makananmu," ucap Reyhan sambil menyeka bekas makanan yang menempel di bibir Freya.

Seketika tubuh Freya seperti membeku, ini pertama kali dia mendapatkan perlakuan semanis itu dari Reyhan dan dia takjub dibuatnya.

'Astaga, apa tadi? Kenapa kulkas delapan pintu ini menyeretku dalam kebekuan,' batin Freya.

Reyhan yang tidak menyadari perbuatannya segera melanjutkan makannya hingga selesai, satu jam kemudian mereka keluar dari restoran dengan perut kenyang.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke apartemen mereka, karena jarak yang lumayan dekat mereka tadi datang dengan berjalan kaki dan kini keduanya pun harus pulang dengan jalan kaki.

Setibanya di unit apartemen mereka duduk di ruang santai, Reyhan mengambil tabletnya dan duduk sambil memeriksa beberapa pekerjaannya.

"Mas Reyhan," panggil Freya lirih.

"Hmmm," sahut Reyhan masih fokus menatap layar tabletnya.

Freya terdiam, urung untuk melanjutkan apa yang hendak dia ucapkan sebelumnya. Awalnya dia ingin bertanya tentang rencana mereka ke depannya, sampai kapan pernikahan itu akan berlangsung, apakah mereka akan bercerai setelah anak yang ada di dalam kandungannya lahir? Bagaimana dengan dengan keluarga Reyhan setelah mendengar kabar pernikahan mereka nanti, sungguh Freya merasa sangat dilema, akan tetapi melihat betapa seriusnya Reyhan pada pekerjaannya saat ini membuat Freya takut untuk bertanya.

"Ada apa?" tanya Reyhan karena tidak mendengar kelanjutan dari panggilan Freya sebelumnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status