Share

Chapter 3.

Derap langkah kaki nya berjalan pelan menuju pintu dengan nomor 365, ia berhenti didepannya memegangi knop pintu tanpa ragu lagi lalu membukanya tanpa permisi.

Ceklek!

Ia melirik sekilas kebagian dalam kamar, lalu melangkahkan kakinya masuk dan menutup kembali pintu itu rapat.

Pria itu terhenyak seketika melihat pemandangan didepannya, sungguh menakjubkan pose tubuh Shena yang tengah berdiri membelakangi nya membuat ia bisa menatap jelas lekuk tubuh belakang itu lebih dekat. Tanpa mengetahui kedatangan Gerardo Shena mengangkat kedua lengannya mengikat rambut panjangnya yang tergerai indah, namun apa yang ia lakukan justru membuat Gerardo semakin menatap liar. Leher putih nan jenjangnya terlihat sangat menggodai dengan helaian anak rambut yang tak terikat.

"Sicil, kau sudah kembali?" Seru Shena tanpa berbalik masih dengan membetulkan ikatan rambut nya, ia tak menghiraukan suara pintu itu sebab ia berfikir jika itu adalah Sicilia sebab dimana pun kepergian nya mereka berdua tak pernah pisah kamar.

Gaun malam pendek yang dikenakan nya pun sedikit tersingkap keatas menampilkan tungkai atas yang begitu mulus. Sungguh, pria itu tak bisa bernafas dengan lega saat ini, fikiran liarnya terus membayangkan bagaimana bentuk indah tubuh itu jika tanpa berbalut apapun.

Sedetik kemudian selesai dengan rambutnya, Shena mulai melepaskan kaitan gaun yang dikenakannya. Oh apa yang ia lakukan semakin membuat darah tubuh pria yang bersender menatapnya didepan pintu itu semakin berdesir menghangat berpusat pada satu titik tempat dimana berkumpul nya jutaan syaraf. Semakin lama semakin dalam ia menghayalkan gadis didepannya cukup membuat Gerardo hampir gila, lidahnya terasa kelu, fikirannya kacau.

Pelan-pelan kait gaun itu terbuka dan menampilkan punggung putih nan mulus yang sejak tadi berada dalam hayalan seorang Gerardo, gaun itu mulai terlepas dari tubuh itu, jatuh melewati dua lengan dan saat ini Gerardo sudah bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh yang setengah telanjang itu walaupun dari belakang, pelan-pelan gaun itu pun terlepas ke bawah melewati tungkainya dan berakhir terkulai dibawah kaki.

Oh, sungguh. Pria itu harus menahan nafasnya, menelan dengan kasar ludahnya saat melihat pemandangan erotis didepannya.

Ia sudah merasa sangat sesak dibagian bawah, entah sejak kapan miliknya ini mulai mengeras tapi yang jelas ia sangat menginginkan nya menginginkan gadis yang baru saja diketahuinya.

'shit! Bagaimana bisa hanya melihat seperti ini aku sudah turn on!' ia menggeram menahan dirinya yang tak bisa diajak berkompromi. Ya, ini terlalu cepat ia masih ingin bermain-main dengan nya.

Tubuh yang sudah hampir telanjang itu belum mengetahui keberadaan Gerardo dikamarnya, ia masih percaya diri mengambil seonggok gaun nya yang terjatuh dilantai, berjongkok dan menampilkan bentuk indah bongkahan tubuhnya yang berbalut sehelai kain tipis. Shena meletakkan gaun itu diatas ranjang lalu berbalik dan hendak menyapa Sicilia yang sejak tadi hanya terdiam.

Namun begitu ia memutar tubuhnya, matanya pun langsung membelalak, dan refleks mengumpati pria itu.

"What the fuck?!" Pekiknya menyilangkan kedua lengannya menutup tubuhnya yang hampir terekspos.

Ia pun bergerak meraih sebuah selimut untuk menutup nya.

"Gerardo!" Serunya dengan nada yang tercekat.

"Bagaimana bisa kau berada dikamar ku?!" Ucapnya.

Ups, ia melupakan satu hal. Ia sudah lupa menyebut nama pria ini saat ia menyamarkan dirinya setelah mengganggu nya tempo lalu.

Tapi sepertinya penyamaran apapun itu tak berlaku lagi, setelah Gerardo mengetahui kedok nya lebih awal.

Pria itu tersenyum seketika mendengarnya, senyum itu nampak misterius, dengan tatapan mata yang berkabut. Shena melihatnya dengan tatapan was-was selain itu ia pun mengantisipasi dirinya kalau-kalau pria ini akan berbuat sesuatu didalam kamar yang sudah dikunci olehnya.

Terkunci? Ya pria itu tersenyum dengan memainkan sebuah kunci yang kemudian dimasukkan kedalam jasnya, ia menatap nya dengan tatapan mata berkabut, tonjolan jakun yang ada dilehernya pun terlihat naik dan turun menandakan sesuatu yang bisa dibaca oleh Shena.

"Coba ulangi sekali lagi saat kau menyebut namaku?" Pinta Gerardo dengan nada rendah suara Husky nya. Ia berjalan mendekat kearah Shena berdiri, menggerakkan bola matanya mengitari tubuh yang kini berdiri merapat.

Semakin Gerardo berjalan maju, semakin mundur pula langkah Shena, ia tak ingin pria ini berbuat macam-macam dengannya, ia harus bisa menghindar dan menjauh darinya.

"Ger-Gerardo!" Seru Shena terbata saat pria itu semakin mendekat kearahnya, pria itu semakin dibuat kalang kabut olehnya, bahkan hanya dengan mendengar namanya disebut saja pria itu sudah semakin bergairah dibuat nya.

"Ekh!" Shena tersentak saat tubuh nya sudah membentur dinding kamar ini.

Gerardo menatap semakin lapar kearahnya, melihat tubuh itu sudah tak bisa mundur atau pun menjauh lagi darinya, pria itu melangkahkan kakinya semakin mendekati sang gadis, membuat jarak keduanya semakin terkikis.

"Apa yang akan kau lakukan dengan bertelanjang seperti ini? Apa kau akan mengajak ku—"

"Jangan dekat-dekat!" Peringat Shena dengan mengeratkan selimut nya.

Bukan Gerardo namanya jika memberikan kesempatan untuk mangsanya, pria itu semakin tertantang, ia tersenyum lalu memangkas jaraknya yang hanya terpaut setengah jengkal saja dari wajahnya.

Pria itu mendekatkan wajahnya menatap dengan tatapan lekat objek didepannya, kedua tangannya ia sandarkan pada dinding membentuk kukungan untuk mengepung tubuh itu.

Tatapan tajam bak belati yang menghunus itu membuat degup jantung Shena semakin berdenyut tak beraturan, tubuhnya menegang seketika, ia tak berani membalas tatapan nyalang itu. Merasakan aura yang mencekam dari nya sudah cukup membuat nya terintimidasi.

"Mengapa aku baru tahu jika ternyata Johan memiliki keponakan secantik ini!" Ucap Gerardo mengulurkan tangannya membelai pipi mulus itu hingga ke dagu. Namun dengan cepat Shena pun menepisnya.

"Ups! Kau lupa jika sekali hentak saja aku bisa membuat mu bertelanjang." Pekik Gerardo mengejek merasa tersulut dengan keberanian gadis ini, tatapan mata nya ia arahkan pada kedua telapak tangan yang kini menggenggam erat menahan kain itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status