Dalam perjalanannya mengusut kasus kematian ibunya, Gerardo Ortiz Marcelo di pertemukan dengan model cantik bernama Shena Claudia Walker yang menaruh benci padanya. Seiring berjalannya waktu, beberapa rencana Gerardo harus tertunda dan gagal karena obsesinya kepada gadis itu. Hingga akhirnya dia mampu melumpuhkan gadis itu keatas ranjangnya. Tapi siapa sangka kala cinta dan pernikahan itu telah terjadi, Shena justru memiliki rahasia besar yang berkaitan dengan Gerardo dan tidak diketahui olehnya. Bagaimanakah kisah mereka berjalan? simak yu ... *** Ig @alanakarin__
Lihat lebih banyak"Namanya Shena Claudia Walker, model terkenal yang sedang naik daun berkat penampilannya yang anggun di catwalk beberapa ajang modeling," jelas Joseph kepada pria di depannya yang tengah memperhatikan selembar foto seorang wanita cantik dengan busana minim.
"Menarik!" balas pria itu sambil tersenyum sinis, penuh arti. Siapa yang tidak terkejut? Di saat semua orang tak berani mengambil risiko berurusan dengannya, wanita yang baru saja diketahui identitasnya ini berhasil membobol data pribadi perusahaannya."Apa lagi yang kau temukan?" tanyanya."Wanita itu akan menyamar sebagai pelayan hotel saat Anda menginap di The Langham nanti malam!" ungkap Joseph."Baiklah, cukup. Aku tidak ingin kau membocorkan semua rencana gadis malang ini dulu. Aku ingin berpura-pura tidak tahu, supaya bisa lebih lama bermain-main dengannya," ucap pria itu sambil mengepulkan asap rokok ditangannya.Tak perlu bertanya bagaimana Joseph bisa mengetahui semua rencana wanita ini, Joseph bukan hanya sahabat baik dari CEO tampan dan arogan Gerardo Ortiz Marcelo, tetapi juga asisten pribadi yang sangat cekatan dan cerdas dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi tuannya.***The LanghamSaat acara bisnis berlangsung lancar, para pengusaha dan pebisnis dari berbagai kalangan berkumpul menikmati jamuan. Alunan musik merdu mengiringi pesta malam itu, sementara suara dentingan gelas saling bersulang terdengar di udara."Aku akan langsung beristirahat malam ini, karena besok aku harus bangun sangat pagi sebelum bersiap kembali ke Jakarta," ungkap Gerardo kepada asistennya."Baik, Tuan. Oh iya, ini kuncinya," sahut sang asisten sambil mengulurkan sebuah kunci."Jika ada yang menanyakan atau mencariku, kau urus saja semuanya. Aku sedang tidak ingin diganggu," ucap Gerardo sambil menepuk pelan pundak rekannya dan menjauhi keramaian itu.Ia berjalan menyusuri lorong hotel yang temaram, mengurut pelipisnya sejenak. Dengan langkah lebar, ia berharap segera menemui kasur empuk, bantal, dan guling yang akan menghiburnya setelah seharian bertemu banyak orang.Ceklek!Ia membuka pintu kamar perlahan, melepaskan jasnya, lalu mengambil handuk untuk dibawa ke kamar mandi. Namun, tak lama setelah ia mulai mandi, ketukan pintu terdengar menggema hingga ke dalam."Oh, sial! Siapa yang menggangguku?" gumamnya sambil segera mengguyur rambutnya yang masih berbusa. Ia buru-buru melilitkan handuk putih itu, menutup setengah tubuhnya, lalu keluar dari kamar mandi dan mendekati pintu kamar."Room service!" teriak suara dari luar. Ceklek!Begitu pintu terbuka, Gerardo langsung disambut oleh seorang wanita berpakaian pelayan, dengan celemek hitam terikat di pinggangnya. Rambutnya dikepang dan kacamata bulat menutupi matanya.'Tidak ada yang menarik! Apakah Joseph salah mengira wanita ini sebagai model?' gumam Gerardo sambil mengamati wanita di depannya, berpikir bahwa dia adalah targetnya."Bolehkah saya masuk?" tanyanya sambil menunjukkan baki berisi gelas dan minuman yang dibawanya. Gerardo mengangguk, mempersilakan wanita itu masuk dan meletakkan nampan di atas meja. Sejenak, ia memperhatikan tubuh tegap pria di sebelahnya, mencuri pandang di balik kacamata lebar yang menutupi matanya."Oh, betapa tampannya Mr. Marcelo, tapi sayang sekali wajahmu tak sebanding dengan hatimu yang iblis!" umpat Shena yang cukup terpesona dengan tubuh atletis Gerardo di depannya. Gerardo tahu wanita ini sedang mencuri pandang ke arahnya, namun saat Shena menyadari hal itu, ia langsung memalingkan wajahnya dan menuangkan sebotol sampanye ke dalam gelas. Tentu saja, minuman ini sudah diracik olehnya. Ia sudah merencanakan strategi ini dengan matang."Segelas minuman ini, untuk Anda, Tuan!" ucap Shena."Terima kasih!" balas Gerardo."Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tawar Shena.Sungguh menarik, di saat kucing liar yang tengah lapar seperti dirinya dipancing-pancing seperti ini, ia menyadari bahwa trik ini dilakukan semata-mata untuk membuatnya terjebak dalam perangkap wanita ini. Namun, ia berusaha untuk tetap santai dan menikmati setiap permainan yang ada."Sebentar, aku akan berganti pakaian bisakah kamu berbalik dulu?" pinta Gerardo.Oh, sial, apa ini? Gerardo tak mempersilahkan Shena pergi, malah menyuruhnya berbalik dan tetap berada di ruangan ini saat ia berganti pakaian!Tapi tidak apa, karena sebentar lagi Shena akan melihat reaksi pria ini setelah meminum minuman yang diberikannya."Hanya lima menit!" ujar Gerardo lagi sambil mengangkat telapak tangannya memberi isyarat. Shena pun berbalik sambil merapatkan kakinya.Lima menit berlalu, Gerardo berjalan mendekat lalu menepuk pundak Shena yang membuatnya sedikit tersentak. "Selesai!" bisik pria itu di samping telinga Shena."Em, iya, Tuan." Pria itu belum menyuruhnya pergi, ia mengambil segelas minuman itu dan menenggaknya hingga habis. Cairan berwarna kekuningan itu terasa sangat pahit dan memberikan sensasi menyengat di tenggorokan, rasanya sedikit aneh dari yang biasa ia rasakan.'Sial! Apa dia ingin meracuniku?' gumam Gerardo menerka. Wanita itu tersenyum di balik diamnya saat melihat hal itu, tentu saja minuman itu sudah diberi racikan olehnya dengan menambahkan kadar alkohol yang lebih tinggi. Gerardo menyesap lagi minumannya, menuangkan segelas lagi cairan itu. Ia semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi padanya, sungguh ia tak takut dengan apa pun yang akan terjadi selama wanita ini ada bersamanya.Bau alkohol terasa begitu menyengat, Gerardo mulai curiga bahwa wanita ini telah menambahkan sesuatu di dalam minumannya karena tenggorokannya terasa seperti terbakar. 'Sial! Wanita ini menambah kadar alkohol, apa dia ingin bermain-main denganku malam ini juga? Baiklah!' gumamnya.Ia menuang lagi minumannya hingga beberapa gelas dan meneguknya untuk meyakinkan wanita ini, lalu berpura-pura mabuk dan berjalan sempoyongan di depannya. Namun, Gerardo cukup kuat dalam urusan alkohol, ia hanya ingin tahu apa sebenarnya yang akan dilakukan wanita ini setelahnya."Oh ya ampun, Tuan! Kau mabuk!" Shena terkesiap saat Gerardo tiba-tiba saja ambruk di depannya.Shena mencoba memapah Gerardo dan berjalan mendekati tempat tidur. Seulas senyum terukir di wajahnya, merasa berhasil menjalankan langkah pertamanya. Setelah ini, ia akan melancarkan aksi mencuri berkas-berkas penting yang ada di kamar ini, merampas data ponselnya, dan jika perlu, merampas seluruh uang miliknya. Ia ingin menghancurkan Gerardo dan perusahaan raksasanya."Oh, kepalaku berputar," rintih Gerardo sambil memegangi pelipisnya."Saya akan membantu Anda terbaring."Pria itu tergelak di atas kasur dan kemudian terpejam. Pusing yang dialaminya saat acara tadi bercampur dengan efek alkohol membuatnya tak berdaya.Shena terdiam berdiri di sisi tempat tidur, menunggu reaksi Gerardo untuk memastikan apakah pria ini benar-benar telah kehilangan kesadaran. Beberapa menit kemudian, ia tak melihat pergerakan dari Gerardo. Ia pun mencoba menguji kesadarannya dengan menggerakkan telapak tangannya di depan wajah pria itu. Setelah yakin bahwa Gerardo benar-benar terlelap, Shena bersiap untuk melanjutkan aksinya."Bagus! Tidurlah, kalau perlu tidur saja selamanya." Ucapnya sambil tersenyum licik.Ia berjalan perlahan, menyusuri setiap sudut kamar ini, mencari tahu di mana letak koper Gerardo, ponsel, atau dompet miliknya. Suara hentakan pantofelnya ia redam sebisa mungkin agar tidak terdengar. Ia mendekati sebuah meja kecil di sampingnya, berjongkok, lalu membuka laci paling atas.Srrkk!Laci kayu itu terbuka, memperlihatkan sebuah ponsel milik Gerardo. Ia segera mengambilnya dan menyalakannya. Sinar biru dari layar ponsel itu langsung menyinari matanya, memperlihatkan wallpaper dengan foto tampan seorang pria di latar belakang indah gurun pasir Joshua Tree, California.'Atletis!' satu kata itu terucap dalam hatinya. Ia tak bisa menyangkal bahwa Gerardo memang memiliki nilai plus tersendiri dari segi ketampanan. Namun, begitu ia mencoba menggeser layar, ternyata pria ini telah mengaktifkan kode pengaman layar."Oh, sial! Aku bisa membukanya, tapi ponsel ini harus tetap berada di tanganku. Bagaimana ini?" Gumamnya, mencoba memikirkan rencana selanjutnya.Gerardo yang tergeletak, sedikit memicingkan matanya untuk mengintip di balik remang-remang kelopak matanya. Ia melihat wanita itu yang sedang berjongkok di bawah.'Apa yang akan kau lakukan dengan ponselku? Setelah kau mengumpati ku untuk tidur selamanya, hmm..?' gumam Gerardo dalam hati, lalu bangkit tanpa diketahui wanita itu. Ia meraih sebuah revolver di bawah bantalnya, lalu bergerak turun dari tempat tidur dan mendekati wanita itu.Dengan tiba-tiba, ia mengarahkan senjata itu tepat di pelipis wanita itu. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.Shena terkejut dan menjatuhkan ponsel itu di atas nakas. Ia menoleh ke samping dan melihat senjata yang sudah menodong ke arahnya.Pagi itu Kalista mengerjapkan matanya yang terasa berat, terbangun dari tidurnya semalam, dia menggeliatkan tubuhnya dan merasakan seluruh badannya remuk, seperti telah di tumbuk. Ototnya seakan menegang, seperti telah melakukan olahraga berat yang jarang dia lakukan. Saat itu pula dia merasakan keanehan pada tubuhnya, dia membuka matanya lebih lebar dan terkejut melihat seorang pria terlelap dengan begitu tenang di sebelahnya, degup jantungnya pun berdebar amat kencang setelah ia menghabiskan malam yang panas dengan seseorang pria asing. Saat itu pula sebuah ingatan mengulang lagi di kepalanya tentang kejadian semalam. Kalista memejamkan matanya menahan resah yang membalut dirinya, dia telah mabuk setelah menenggak alkohol dan berakhir di ranjang setelah berkenalan dengan pria asing. Oh, yaampun. Sekarang baru terasa penyesalan itu, Kalista menyandarkan tubuhnya pada headboard dengan air mata yang berlinang, dua tangannya menangkup wajah menahan semua kesedihan dalam kenyataan
Gadis dalam balutan gaun selutut itu lalu mengerlingkan mata, "sudah ku katakan aku tidak sedang patah hati jadi jangan bicarakan tentang mantanku atau siapapun itu," "Tapi aku tidak bisa kau bohongi dengan sorot matamu, katakan saja jika kau memang ingin marah, aku akan mendengarkan semua celotehanmu." Kalista terdiam, jika keluarganya telah mengabaikannya seakan tak peduli padanya tapi pria asing ini malah menawarkan dirinya untuk mendengarkan keluh kesahnya. "Baiklah, jika kau memaksa, seharusnya beberapa hari yang lalu aku sudah menikah, tapi satu hari sebelum pernikahan itu tiba kekasih ku datang dan membatalkan pernikahan itu jika mantan kekasihnya hamil. Lalu dia mengundang ku ke pernikahan itu, aku tidak tahu akan datang dengan siapa." Pria itu menyimak dengan pandangan lurus ke depan lalu magut-magut dan menghela nafas, entah apa yang dia tangkap dari cerita lawan bicaranya malam itu. "Untuk apa datang ke sana? Itu tidak penting." "Tidak penting? Mungkin menurutmu tidak,
Ting!Pintu lift pun terbuka, pemandangan yang ditunjukkan adalah sebuah ruangan yang sangat luas dengan berbagai furniture modern yang melengkapinya. Dinding kaca transparan yang menutup rapat hunian itu menampilkan pemandangan indah kota Manhattan dari atas, bangunan tinggi, lampu-lampu gedung dan kerlap-kerlip pemandangan jalan menjadi hal yang menarik disini.Namun apa yang ia saksikan tak membuat Shena berhenti meronta, ia terus memukuli punggung pria itu. "lepaskan aku!"Pria itu tak memperdulikan teriakan Shena.Beberapa saat kemudian Gerardo membawa Shena memasuki sebuah ruangan dengan penerangan yang gelap, ia tidak bisa melihat dengan jelas ruangan seperti apa ini, semuanya nampak gelap hanya terlihat sebuah sofa yang tampak dari sorot cahaya ketika pintu itu terbuka.Gerardo menutup kembali pintu kamarnya, mendudukkan Shena disebuah sofa itu, lalu meraih sebuah remote dan menyalakan sebuah layar yang sangat lebar didepannya.Pria itu mendudukkan dirinya disebelah Shena dan
"tidak akan pernah!" Tolak Shena dengan tatapan tajam.Gerardo tak menyerah, pria itu membawa tubuh itu dalam dekapannya dan mencumbui puncak kepalanya."Well. Mungkin kamu belum siap! Ini juga terlalu cepat, tapi tak apa aku suka itu. Aku akan menunggu mu." Ucapnya dengan tenang.Apa-apaan ini, menunggu? Ini tidak bisa. Shena tidak bisa terus berada dalam jerat nya, hidup dalam rasa khawatir akan kemesuman nya."Lepaskan, Gerardo!""Sicilia tolong aku!"Ia terus meronta dari kukungan pria itu, memukul-mukul dada keras didepannya dan menghentakan keningnya mengenai tepat di hidung mancung pria itu."Awh!" Pekik Gerardo lalu melepas dekapan itu, ia menyentuh hidung nya yang sedikit memar akibat pukulan keras Charles semalam.Shena terhenyak melihatnya, ia mencoba mengulurkan tangannya menyentuh hidung itu."Kau perempuan atau laki-laki Hem? Kenapa sejak kemarin kau selalu melukai ku!" Seru Gerardo seakan-akan mengharap belas kasihnya.Ia memicingkan matanya, kenapa pria ini malah seaka
Beberapa pelayan datang menyuguhkan berbagai minuman keras didepannya, berikut dengan beberapa wanita penghibur yang datang menemani Tuan mereka.Didepan sebuah meja persegi seorang joki melempar sebuah dadu menandakan permainan akan segera dimulai."Aku yang mulai!" Ucap sang lawan dengan wajah beringas nya. Gerardo yang berada dikursi depan lawan hanya menyeringai sinis kearahnya."Ingat jika malam ini kau kalah, kau harus menyerahkan seluruh saham perusahaan mu kepadaku.""Bedebah! Bukankah malam lalu kau mengatakan jika putri ku akan menjadi jaminan mu!" Seloroh pria berperawakan tinggi besar dengan brewok yang menutup setengah wajahnya.Gerardo tak gentar ia mengusap dagu tegasnya dengan senyum penuh kelicikan yang tak tertebak. Ya, beberapa hari yang lalu terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai hutang piutang jika malam ini pria itu berhasil memenangkan dan mengalahkan permainan casino ini maka dia akan terbebas dari hutang nya, namun jika kalah ia harus menyerahka
Ponsel itu masih berdering panjang, Shena yakin jika yang menghubungi nya adalah Daniel, ia berusaha mengatur deru nafasnya yang terengah lalu berucap, "Lepaskan tanganku, adik ku menelpon ku!"Gerardo memicingkan mata mendengar kata adik. Oh iya, ia lupa beberapa poin yang pernah disebutkan Joseph kala mengulik informasi tentang gadis ini salah satunya jika Shena memiliki seorang adik laki-laki."Aku tidak akan melepaskan mu dan membiarkan nya begitu saja." Gerardo mengulurkan tangannya mengambil sebuah ponsel yang tergeletak diatas nakas, mengangkat panggilan itu dan mengeraskan suaranya. Tentu Gerardo ingin mendengar juga percakapan mereka."Brengsek! Kau tak memberikan ku kesempatan sama sekali." Umpat Shena menatap pria yang tak berhati sama sekali ini.Sementara pria itu tak melepaskan jerat tubuhnya sama sekali, ia tetap membiarkan gadis ini terkukung dibawahnya dengan bertumpu pada sikunya ia menatap lamat wajah dan ekspresi yang ditunjukkan Shena."Kak Anna aku masih akan menu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen