Share

Chapter 2.

Oh, Shena sedang dalam bahaya saat ini. Ternyata Gerardo hanya pura-pura tertidur, namun Shena tetap berani menghadapi senyum sinis pria itu.

Ia berusaha tetap tenang dan mengendalikan dirinya.

"Kau tak bisa menjebakku hanya dengan minuman! Kau tahu sebotol alkohol tak akan cukup untuk menghilangkan kesadaranku!" ujar Gerardo dengan tatapan tajam yang menusuk wanita di hadapannya.

Shena tampak merunduk, ia tak bisa melihat ekspresi terkejutnya saat ini. Gerardo pun berjongkok, menyeimbangkan tubuhnya untuk mendekati wajah Shena dari samping, lalu menatap wajahnya yang tetap tenang. "Anna! Mengapa kau nakal sekali, hm?" bisik Gerardo dengan senyum sinis. Shena semakin terkejut saat mendengar nama kecilnya disebut, 'dari mana dia tahu nama kecilku?' gumam Shena dalam hati.

Astaga, sepertinya Gerardo sudah mengetahui semua rencana Shena. Ia tak bisa berlama-lama lagi di sini atau nyawanya akan terancam seperti pamannya yang kini menjadi tawanan pria kejam itu. Shena bersiap-siap, sebelum Gerardo berhasil menangkapnya, ia bergerak lincah memutar tubuh dan menghantamkan siku ke pelipis pria itu, lalu menendang kuat senjata yang diarahkan kepadanya hingga terjatuh. Saat Gerardo merintih kesakitan, Shena memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri keluar kamar.

"Sial! Oke, kali ini kau berhasil kabur!" gerutu Gerardo sambil mengusap matanya yang terasa perih akibat serangan tadi. Ia ingin mengejar Shena namun kepala yang semakin pening membuatnya urung melakukannya. "Tapi tidak untuk selamanya!" gumamnya.

Gerardo pun memutuskan untuk merebahkan diri, mengumpulkan energi untuk esok hari, karena setidaknya masih banyak permainan yang harus ia hadapi dari wanita itu.

**********

Pelan-pelan Gerardo membuka matanya yang masih menyisakan sakit dibagian pelipis matanya, ia menggerang kesal karena ia sudah terlambat dari jam penerbangan yang seharusnya.

Pria itu mendudukkan tubuhnya disisi ranjang, meremas kasar wajahnya dan menyangga dengan siku yang bertumpu diatas paha.

Ceklek!

"Kau sudah bangun Tuan?" tanya Joseph menghampiri Tuan nya.

"Mengapa kau tak membangunkan ku? Arghh! Sial wanita itu cukup berani dia berhasil mengerjai ku."

Joseph tertawa kecil mendengar curahan pria keras kepala yang tak pernah mengeluh ini.

"Apa kau benar-benar terluka hanya oleh wanita malang sepertinya?"

"Dia memukul pelipis ku!"

Joseph mendengarkan penjelasan itu, lalu memberikan sepotong sandwich kepadanya.

Namun pria itu sama sekali tak tertarik dengan sarapan pagi seperti ini, Joseph melamati bekas pukulan dipelipis mata yang terlihat membiru.

"Apa yang kau fikirkan?" tanya Joseph melatakkan lagi piring berisi makanan breakfast itu.

"Apa kau yakin wanita seperti nya seorang model yang cantik dan seksi seperti foto yang kau berikan kemarin? Itu semua terlihat sangat berbeda dari yang aku lihat semalam!"

"Tentu! Apa dia melakukan penyamaran dengan merombak penampilan nya?"

"Aku rasa seperti itu."

"Berarti anda belum beruntung Tuan. Sepertinya anda memang harus melihat versi aslinya."

"Maksudmu?"

"Nanti malam dia akan ada fashion show di Marriott Marquis. Beruntung sekali kau terlambat bangun pagi ini karena kau tak akan sia-sia dan memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dengan nya lagi." Jelasnya.

Tak ada yang menarik dari kesempatan yang ditawarkan Joseph, tapi apa salahnya untuk membuktikannya.

"Oke." pria itu membangkitkan tubuhnya berjalan meraih sampanye sialan yang membuat tidurnya benar-benar kelewat lelap. Dia memutar-mutar botolnya diudara lalu membuang begitu saja ke kotak sampah. Lalu memilih segelas air putih yang diberikan Joseph dan meminumnya.

"Owh iya ada yang ingin aku sampaikan." ucap sang asisten lagi.

"Apa itu?"

"Tuan besar Robert, sudah mengetahui jika kita berhasil menangkap Johan Louise."

"Lalu?"

"Beliau mengatakan jika kita harus menghentikan nya dan melepaskan dia."

"Apa-apaan ini? Aku tidak akan membiarkannya begitu saja, Johan yang sudah membunuh ibu ku dia juga harus mati ditangan ku. Tak akan ada yang boleh menghalangi ku, sekalipun ayahku." tekadnya begitu kuat.

"Aku akan selalu mendukung mu Tuan." balas Joseph.

Gerardo masih terhenyak memikirkan perintah yang diberikan ayahnya, bagaimana bisa pria paruh baya itu menyuruhnya untuk menghentikan pembalasan kepada pembunuh istrinya sendiri.

'aku tidak mempedulikan itu, aku akan terus mendalami kasus ini. Jika sampai aku menemukan kaitannya dengan papah, aku tidak akan memaafkan mu jika target selanjutnya yang harus aku bunuh adalah dirimu.' geramnya mengepalkan telapak tangan besarnya.

Bukan karena tiba-tiba hasutan setan yang membuat nya berfikiran seperti ini, tapi memang sejak kecil perlakuan ayahnya terhadap sang ibu sudah cukup kasar.

Satu hal yang masih ia ingat betul adalah saat Gerardo kecil pernah berbuat ulah meracuni ternak kuda milik keluarga Marcelo dan saat itu juga ayahnya menyalahkan sang ibu karena gagal mengawasi Gerardo, ayahnya langsung menyeret sang ibu ke kandang kuda menyiramnya dengan kotoran hewan itu dan mencambuknya dengan kasar hingga membuat tubuhnya merintih kesakitan.

Saat itu tubuh Gerardo kecil dihukum diikat disebuah tiang dan menyaksikan sendiri bagaimana kekejian ayahnya, dari jarak sepuluh meter ia melihat sang ayah mencambuk tubuh ibunya puluhan kali, ia meluapkan emosinya dengan brutal menghancurkan segala barang yang ada didalam kandang itu hingga menimbulkan suara pecahan barang yang terdengar mengerikan.

Gerardo kecil pun terlihat sangat ketakutan melihat hal itu, namun tubuh kecil nya hanya bisa menangis melihat nya, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menyesali nya, bahkan tak selesai disitu ayahnya kembali berulah menarik kembali tubuh lemah ibunya dan ikut mengikatnya ditiang sebelahnya berdiri. Membiarkan nya diterpa terik hingga langit mendung gelap menyapa, tak memberi nya makan seharian, tubuh kedua anak dan ibu itu dibiarkan kedinginan diterpa hujan semalaman.

Bahkan hal itu menjadi trauma terbesar bagi Gerardo saat ia melihat ibunya menangis kalut, berurai air mata yang menyatu dengan lebatnya hujan. Suara gelegar, dan kilat yang menyambar tak memandang tempat terlihat menakutkan dan mengerikan, semua ingatan buruk itu terekam dalam memorinya hingga saat ini, yang jika didalam fikiran lelahnya ia bisa bermimpi buruk tentang masalalu nya ini.

Gerardo kecil benar-benar dibentuk dari keluarga yang keras, tanpa orang lain ketahui perlakuan keras ayahnya lah yang membentuk ia menjadi pribadi yang sama kerasnya. Perlakuan buruk itulah yang membuatnya bertekad kuat untuk tak mudah dikalahkan, ia besar dari didikan kasar ayahnya namun dibelai dengan kasih sayang nan tulus dari ibunya.

"Siapkan saja mobil dan pakaian ku menuju kesana nanti malam."

Joseph mengangguk mengerti.

***

20.00 pm,

Hingar bingar, suasana mendebarkan sudah terasa bagi semua peserta fashion show malam ini, seluruh model sudah berbaris rapih sebelum melenggang diatas runway. Deretan model yang anggun nan seksi berbaris menampilkan kaki jenjangnya serta bentuk lekuk tubuh.

Fashion show malam ini menampilkan parade busana mid summer yang sudah dirancang oleh beberapa designer terkenal dunia, Shena Claudia Walker adalah salah satu peserta yang beruntung bisa melenggang disini berkat kerja keras dan agency besar yang dinaungi nya.

Hentakan aransemen mengalun mengiringi satu persatu peserta yang berjalan melenggang dengan tatapan lurus kedepan, gaun summer yang dikenakan terlihat melambai-lambai indah disepanjang panggung.

Tatapan mata seluruh undangan yang melihat pun tertuju pada satu wanita yang pamornya tengah naik itu, gadis berkebangsaan Indonesia yang tengah melebarkan sayapnya didunia modeling mancanegara itu kini tengah melenggang, gaun summer bermotif floral dengan belahan dada yang sangat rendah itu terlihat sangat mempesona membuat lekuk tubuhnya tercetak sangat jelas, tak ayal seluruh mata kaum Adam pun tertuju pada satu titik itu.

Gadis cantik dengan kaki jenjang nan mulus berhias heels tinggi melenggang melewati tatapan mata yang sejak tadi tak berpaling dari nya. Tinggi gaun yang cukup pendek pun menampilkan paha putih nan mulus yang membuat siapapun pria yang melihatnya akan berfantasi liar tak terkecuali pria yang saat ini menatap lekat kearahnya hingga Shena sudah menjauh dari panggung runway itu.

"Kau cari tahu siapa managernya aku ingin berbicara dengan nya." pinta Gerardo pada Joseph. Pria itu pun hanya manut menuruti kemauan bosnya karena ia yakin setelah ini Gerardo akan begitu menggilai gadis ini.

Penampilan Shena malam ini terlihat begitu berbeda dari saat ia menyamar menjadi pelayan. Ini cukup membuat Gerardo tertarik untuk melihat lebih jauh sisi tubuhnya. Ya sisi tubuhnya, bukan sisi hidupnya.

Gerardo adalah pria dewasa yang suka menjajahi sisi kelembutan wanita, baginya tak ada cinta atau pernikahan, ia tak percaya itu semua, hubungan kekeluargaan antara ibu dan ayahnya sudah cukup memberikan gambaran yang jelas.

Tidak akan ada cinta yang ia beri untuk wanita lain selain ibunya, dia pria alpha yang percaya wanita hanya untuk dipuaskan diberi uang tidak untuk dinikahi, dipenjara seperti ibunya yang sangat tersiksa dengan posisinya sebagai istri. Ia tahu itu karena ia merasa jika ibunya sangat tertekan dengan pernikahan itu.

Semua sesi pertunjukan malam ini selesai.

Gerardo berjalan mendekati seseorang yang sejak tadi juga mengamati kehadiran nya diacara ini, tentu siapapun akan mengenalnya sekalipun Gerardo hanyalah tamu di acara ini, pria pengusaha muda yang kaya raya ini menjadi primadona kaum wanita, banyak wanita yang menggilainya bahkan menginginkan untuk tidur bersamanya.

Kesuksesan bisnis nya hingga ke mancanegara membuat pamor nya ikut naik, selain kekayaan yang dimilikinya parasnya nan tampan, didukung dengan tubuh atletis miliknya membuat siapapun berlomba untuk mendekatinya.

"Hei!" sapa Gerardo.

Hati siapa yang tak senang melihat pria yang dikaguminya menyapa dan mendekatinya seperti ini.

"Hai, Mr. Gerardo!" sapa balik Sicilia.

"Kau, Sicilia?"

"Ya, i'm Sicilia."

"Aku tertarik dengan klien mu!" ucapnya to the point.

Wanita itu pun terkejut, dan merubah raut wajah ceria nya menjadi kecut pasalnya Gerardo mendekati nya bukan untuk mengobrol dengan nya melainkan untuk mengatakan ketertarikan nya dengan sang model.

"Oh, yes. Semua pria pengusaha kaya raya banyak mengatakan ini kepada ku." balas Sicilia berusaha tetap profesional.

"Bagaimana caranya, aku ingin bermalam dengan nya, katakan?"

Oh ya ampun demi apa.

Sicilia harus menahan nafasnya kali ini, setelah mendengar ucapan yang lagi-lagi keluar dari mulut seorang pria, tentu tak hanya sekali yang mengatakan tentang ini dan kali ini ia cukup kecewa sebenarnya saat kata-kata ini diucapkan oleh pria incarannya.

Tapi ada sedikit hal lain yang ia fikirkan, Gerardo adalah pria incaran Shena yang saat ini menjadi target untuk kehancurannya setelah ia berhasil menyekap paman nya yang kabur ke Amerika dalam tragedi pembunuhan ibu Gerardo, walaupun Shena sangat yakin jika sang paman bukan pelaku yang sesungguhnya, ia sendiri pun tak rela jika Gerardo pria tampan nan kaya raya ini akan disakiti oleh Shena.

Sicilia masih menimbang-nimbang lagi keputusan nya, tentu ia tak akan membiarkan hal ini terjadi. Sejak awal karir Shena ia tak pernah mengijinkan nya untuk berkencan dengan pria manapun kecuali untuk pertemuan kerjasama nya. Ia memproteksi betul keartisannya, demi menjaga kualitas diri dan nama baik panggung nya ia tak mau jika akan ada pihak warta yang memberitakan buruk kliennya lalu menghancurkan karier yang baru di rintis nya itu.

"Apa yang masih kau fikirkan Sicilia?" ucap Gerardo mengedipkan matanya dengan mengimingi selembar cek.

Mata hijau Sicilia melihat nominal yang tertulis pun langsung membulat sempurna, tentu jika dengan uang semuanya akan terasa mudah. Bahkan nominal yang diberikan Gerardo berkali-kali lipat dari honor Shena malam ini.

Wanita itu menerima cek dengan 8 digit angka.

"Jika aku berhasil tidur dengannya malam ini, maka aku akan menambah lagi cek untuk mu." Imbuhnya, Sicilia pun menatap girang, hanya dengan mengijinkan nya seperti ini ia bahkan sudah bisa mendapatkan banyak uang. Tiba-tiba saja fikiran liarnya berlarian kesana kemari, jika ia ingin beralih profesi lain yang lebih menguntungkan.

'bisnis yang menguntungkan tentunya. Aku harus memikirkan lagi tentang ini, ini bisa jadi pekerjaan sampingan dan bisa dilakukan dengan sangat privat bukan?' batinnya dengan segala fikiran liciknya.

"Silahkan datang ke kamar nomor 365." Balas Sicilia.

Gerardo tersenyum simpul mendengar nya lalu berjalan dengan antusias menuju pintu kamar itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status