Share

Ranjang Hangat Sang Mafia
Ranjang Hangat Sang Mafia
Author: Alana Karin

chapter 1. menjebak dan di jebak

"Namanya Shena Claudia Walker, model terkenal yang sedang naik daun berkat penampilannya yang anggun di catwalk beberapa ajang modeling," jelas Joseph kepada pria di depannya yang tengah memperhatikan selembar foto seorang wanita cantik dengan busana minim.

"Menarik!" balas pria itu sambil tersenyum sinis, penuh arti. Siapa yang tidak terkejut? Di saat semua orang tak berani mengambil risiko berurusan dengannya, wanita yang baru saja diketahui identitasnya ini berhasil membobol data pribadi perusahaannya.

"Apa lagi yang kau temukan?" tanyanya.

"Wanita itu akan menyamar sebagai pelayan hotel saat Anda menginap di The Langham nanti malam!" ungkap Joseph.

"Baiklah, cukup. Aku tidak ingin kau membocorkan semua rencana gadis malang ini dulu. Aku ingin berpura-pura tidak tahu, supaya bisa lebih lama bermain-main dengannya," ucap pria itu sambil mengepulkan asap rokok ditangannya.

Tak perlu bertanya bagaimana Joseph bisa mengetahui semua rencana wanita ini, Joseph bukan hanya sahabat baik dari CEO tampan dan arogan Gerardo Ortiz Marcelo, tetapi juga asisten pribadi yang sangat cekatan dan cerdas dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi tuannya.

***

The Langham

Saat acara bisnis berlangsung lancar, para pengusaha dan pebisnis dari berbagai kalangan berkumpul menikmati jamuan. Alunan musik merdu mengiringi pesta malam itu, sementara suara dentingan gelas saling bersulang terdengar di udara.

"Aku akan langsung beristirahat malam ini, karena besok aku harus bangun sangat pagi sebelum bersiap kembali ke Jakarta," ungkap Gerardo kepada asistennya.

"Baik, Tuan. Oh iya, ini kuncinya," sahut sang asisten sambil mengulurkan sebuah kunci.

"Jika ada yang menanyakan atau mencariku, kau urus saja semuanya. Aku sedang tidak ingin diganggu," ucap Gerardo sambil menepuk pelan pundak rekannya dan menjauhi keramaian itu.

Ia berjalan menyusuri lorong hotel yang temaram, mengurut pelipisnya sejenak. Dengan langkah lebar, ia berharap segera menemui kasur empuk, bantal, dan guling yang akan menghiburnya setelah seharian bertemu banyak orang.

Ceklek!

Ia membuka pintu kamar perlahan, melepaskan jasnya, lalu mengambil handuk untuk dibawa ke kamar mandi. Namun, tak lama setelah ia mulai mandi, ketukan pintu terdengar menggema hingga ke dalam.

"Oh, sial! Siapa yang menggangguku?" gumamnya sambil segera mengguyur rambutnya yang masih berbusa. Ia buru-buru melilitkan handuk putih itu, menutup setengah tubuhnya, lalu keluar dari kamar mandi dan mendekati pintu kamar.

"Room service!" teriak suara dari luar. Ceklek!

Begitu pintu terbuka, Gerardo langsung disambut oleh seorang wanita berpakaian pelayan, dengan celemek hitam terikat di pinggangnya. Rambutnya dikepang dan kacamata bulat menutupi matanya.

'Tidak ada yang menarik! Apakah Joseph salah mengira wanita ini sebagai model?' gumam Gerardo sambil mengamati wanita di depannya, berpikir bahwa dia adalah targetnya.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya sambil menunjukkan baki berisi gelas dan minuman yang dibawanya. Gerardo mengangguk, mempersilakan wanita itu masuk dan meletakkan nampan di atas meja. Sejenak, ia memperhatikan tubuh tegap pria di sebelahnya, mencuri pandang di balik kacamata lebar yang menutupi matanya.

"Oh, betapa tampannya Mr. Marcelo, tapi sayang sekali wajahmu tak sebanding dengan hatimu yang iblis!" umpat Shena yang cukup terpesona dengan tubuh atletis Gerardo di depannya. Gerardo tahu wanita ini sedang mencuri pandang ke arahnya, namun saat Shena menyadari hal itu, ia langsung memalingkan wajahnya dan menuangkan sebotol sampanye ke dalam gelas. Tentu saja, minuman ini sudah diracik olehnya. Ia sudah merencanakan strategi ini dengan matang.

"Segelas minuman ini, untuk Anda, Tuan!" ucap Shena.

"Terima kasih!" balas Gerardo.

"Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tawar Shena.

Sungguh menarik, di saat kucing liar yang tengah lapar seperti dirinya dipancing-pancing seperti ini, ia menyadari bahwa trik ini dilakukan semata-mata untuk membuatnya terjebak dalam perangkap wanita ini. Namun, ia berusaha untuk tetap santai dan menikmati setiap permainan yang ada.

"Sebentar, aku akan berganti pakaian bisakah kamu berbalik dulu?" pinta Gerardo.

Oh, sial, apa ini? Gerardo tak mempersilahkan Shena pergi, malah menyuruhnya berbalik dan tetap berada di ruangan ini saat ia berganti pakaian!

Tapi tidak apa, karena sebentar lagi Shena akan melihat reaksi pria ini setelah meminum minuman yang diberikannya.

"Hanya lima menit!" ujar Gerardo lagi sambil mengangkat telapak tangannya memberi isyarat. Shena pun berbalik sambil merapatkan kakinya.

Lima menit berlalu, Gerardo berjalan mendekat lalu menepuk pundak Shena yang membuatnya sedikit tersentak. "Selesai!" bisik pria itu di samping telinga Shena.

"Em, iya, Tuan." Pria itu belum menyuruhnya pergi, ia mengambil segelas minuman itu dan menenggaknya hingga habis. Cairan berwarna kekuningan itu terasa sangat pahit dan memberikan sensasi menyengat di tenggorokan, rasanya sedikit aneh dari yang biasa ia rasakan.

'Sial! Apa dia ingin meracuniku?' gumam Gerardo menerka. Wanita itu tersenyum di balik diamnya saat melihat hal itu, tentu saja minuman itu sudah diberi racikan olehnya dengan menambahkan kadar alkohol yang lebih tinggi. Gerardo menyesap lagi minumannya, menuangkan segelas lagi cairan itu. Ia semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi padanya, sungguh ia tak takut dengan apa pun yang akan terjadi selama wanita ini ada bersamanya.

Bau alkohol terasa begitu menyengat, Gerardo mulai curiga bahwa wanita ini telah menambahkan sesuatu di dalam minumannya karena tenggorokannya terasa seperti terbakar. 'Sial! Wanita ini menambah kadar alkohol, apa dia ingin bermain-main denganku malam ini juga? Baiklah!' gumamnya.

Ia menuang lagi minumannya hingga beberapa gelas dan meneguknya untuk meyakinkan wanita ini, lalu berpura-pura mabuk dan berjalan sempoyongan di depannya. Namun, Gerardo cukup kuat dalam urusan alkohol, ia hanya ingin tahu apa sebenarnya yang akan dilakukan wanita ini setelahnya.

"Oh ya ampun, Tuan! Kau mabuk!" Shena terkesiap saat Gerardo tiba-tiba saja ambruk di depannya.

Shena mencoba memapah Gerardo dan berjalan mendekati tempat tidur. Seulas senyum terukir di wajahnya, merasa berhasil menjalankan langkah pertamanya. Setelah ini, ia akan melancarkan aksi mencuri berkas-berkas penting yang ada di kamar ini, merampas data ponselnya, dan jika perlu, merampas seluruh uang miliknya. Ia ingin menghancurkan Gerardo dan perusahaan raksasanya.

"Oh, kepalaku berputar," rintih Gerardo sambil memegangi pelipisnya.

"Saya akan membantu Anda terbaring."

Pria itu tergelak di atas kasur dan kemudian terpejam. Pusing yang dialaminya saat acara tadi bercampur dengan efek alkohol membuatnya tak berdaya.

Shena terdiam berdiri di sisi tempat tidur, menunggu reaksi Gerardo untuk memastikan apakah pria ini benar-benar telah kehilangan kesadaran. Beberapa menit kemudian, ia tak melihat pergerakan dari Gerardo. Ia pun mencoba menguji kesadarannya dengan menggerakkan telapak tangannya di depan wajah pria itu. Setelah yakin bahwa Gerardo benar-benar terlelap, Shena bersiap untuk melanjutkan aksinya.

"Bagus! Tidurlah, kalau perlu tidur saja selamanya." Ucapnya sambil tersenyum licik.

Ia berjalan perlahan, menyusuri setiap sudut kamar ini, mencari tahu di mana letak koper Gerardo, ponsel, atau dompet miliknya. Suara hentakan pantofelnya ia redam sebisa mungkin agar tidak terdengar. Ia mendekati sebuah meja kecil di sampingnya, berjongkok, lalu membuka laci paling atas.

Srrkk!

Laci kayu itu terbuka, memperlihatkan sebuah ponsel milik Gerardo. Ia segera mengambilnya dan menyalakannya. Sinar biru dari layar ponsel itu langsung menyinari matanya, memperlihatkan wallpaper dengan foto tampan seorang pria di latar belakang indah gurun pasir Joshua Tree, California.

'Atletis!' satu kata itu terucap dalam hatinya. Ia tak bisa menyangkal bahwa Gerardo memang memiliki nilai plus tersendiri dari segi ketampanan. Namun, begitu ia mencoba menggeser layar, ternyata pria ini telah mengaktifkan kode pengaman layar.

"Oh, sial! Aku bisa membukanya, tapi ponsel ini harus tetap berada di tanganku. Bagaimana ini?" Gumamnya, mencoba memikirkan rencana selanjutnya.

Gerardo yang tergeletak, sedikit memicingkan matanya untuk mengintip di balik remang-remang kelopak matanya. Ia melihat wanita itu yang sedang berjongkok di bawah.

'Apa yang akan kau lakukan dengan ponselku? Setelah kau mengumpati ku untuk tidur selamanya, hmm..?' gumam Gerardo dalam hati, lalu bangkit tanpa diketahui wanita itu. Ia meraih sebuah revolver di bawah bantalnya, lalu bergerak turun dari tempat tidur dan mendekati wanita itu.

Dengan tiba-tiba, ia mengarahkan senjata itu tepat di pelipis wanita itu. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.

Shena terkejut dan menjatuhkan ponsel itu di atas nakas. Ia menoleh ke samping dan melihat senjata yang sudah menodong ke arahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status