Natuklasan ni Jenna na ang BF niya ay isang gold digging fake. Naglasing siya and she passed out. Topher, another artist from work and a pretty handsome hunk, came to the rescue. Nang magising siya ay nasa bahay na siya nito, and he took care of her because he didn't know where else to bring her. Invited na makasama ito sa lonesome nitong Christmas Eve, she stayed. Nalaman niyang pareho silang broken-hearted, and one thing led to another… by morning they are lovers. Gumanti si Jenna sa kanyang manlolokong ex saka umalis para magbakasyon sa Bali. When she came back, she realized she couldn't forget Topher and their time together. Pero ang kaba niya na baka hindi sila pareho ng nararamdaman ay nawala sa unang sandali pa lang na nagkita silang muli, when he welcomed her with his hot, delicious brand of kiss. They couldn't get back to bed fast enough. Situations seem to help them to continue their fling secretly… and she told herself it was just rebound… nag-e-enjoy lang sila. They both deserve it. And yet, she is starting to feel like she couldn’t let him go anymore. And the problem with rebounds is they have an ex they couldn't move on from… you know. And Topher's ex wanted him back…
View MoreElina menatap dengan kesal ke arah Radit, CEO baru yang baru saja memaksanya untuk menerima tawaran kenaikan jabatan yang sebenarnya tidak pernah ia inginkan. Sebagian orang mungkin akan merasa bahagia dengan hal itu, terutama karena jabatan baru berarti lebih banyak pengakuan dan kesempatan. Namun, bagi Elina, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa begitu saja menerima perubahan ini.
"Kenapa melamun, Elina?" Suara Radit yang berat membuat Elina terkejut. "Eh, iya maaf, Pak Radit." Tanpa banyak bicara, Elina menundukkan kepala dan mengikuti perintah untuk masuk ke ruang kerja pribadi Radit. Begitu berada di dalam, ia terperangah melihat tumpukan berkas yang menggunung di atas meja. Pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab sekretarisnya kini dialihkan padanya. "Kerjakan semuanya dengan cepat," ujar Radit tanpa ragu. "Tapi, Pak... saya..." Elina hendak berargumen, namun Radit dengan cepat memotong kalimatnya. "Kenapa? Mau cari alasan lagi? Jangan sampai ada hal lain yang mengganggu kerjaanmu." Elina terdiam sejenak, merasa ada yang aneh dengan sikap Radit. Ia mengangkat sebelah alis. "Maksud Bapak bagaimana?" Radit mengalihkan pandangannya, lalu dengan nada santai berkata, "Sudah, jangan banyak bicara. Berkas-berkas itu harus segera selesai." Elina memilih untuk menahan segala pikirannya. Tidak ada gunanya menunda-nunda atau berbicara lebih banyak. Dalam diam, ia mulai menyusun berkas yang menumpuk di meja. Tugas ini sebenarnya bukan tanggung jawabnya, tetapi ia tahu, jika tidak segera menyelesaikannya, situasi ini bisa menjadi lebih buruk. Namun, tanpa Elina sadari, Radit memperhatikan setiap gerak-gerikannya. Matanya tak sengaja melirik ke arah lehernya yang tampak jenjang. Sesuatu dalam dirinya membuatnya merasa gelisah, pikirannya mulai berkelana. Radit menelan saliva dengan kesulitan, matanya mulai bergerak dengan pola yang tidak bisa dia kendalikan. Pikirannya melayang ke tempat-tempat yang seharusnya tidak ia bayangkan—berimajinasi tentang apa yang mungkin terjadi jika keadaan ini berbeda. Elina tampaknya fokus pada tugasnya, sementara Radit semakin tidak bisa menahan hasrat yang datang begitu mendalam. Mungkin, dalam benaknya, ada pikiran tentang kekuasaan dan kendali, tapi ia mencoba mengesampingkan perasaan itu untuk saat ini. Tapi, sesuatu dalam interaksi mereka yang terasa tegang ini, membuat keduanya berada di tepi ketegangan yang tak terucapkan. Akankah Elina menyadari apa yang sedang terjadi? Atau, apakah Radit bisa menahan diri dari godaan yang perlahan tumbuh di dalam hatinya? Dia memainkan bunda itu dengan membuka kancing baju kemeja yang digunakan oleh Elina Dia mempermainkan benda tersebut dan mencoba untuk menyentuhnya. "Pak Radit." "Ah iya." Radit mengumpat kesal, dia menggelengkan kepalanya ketika sadar tadi hanya melamun saja. Padahal dia membayangkan ketika main dengan Elina. Sial, Radit mengumpat dalam hati ketika dia hanya melamun saja. Dia sudah membayangkan bermain panas dengan Elina. Elina menaikan sebelah alisnya heran, dalam hati dia mengumpat kesal. Apalagi setelah melihat bosnya itu melamun. Memangnya apa yang ada di dalam pikiran laki-laki tersebut. "Pak Radita lagi mikir kotor yah?" tebak Elina. Radit langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Akan sangat memalukan jika dia mengatakan yang sebenarnya kepada Elina. "Tidak usah sok tahu kamu." Radit mengatakan itu dengan sedikit gugup. Elina malah tersenyum dengan penuh arti ketika mendengar hal tersebut. "sudah mengaku saja." Radit berdiri ketika Elina benar-benar menantang dirinya. Dia berjalan mendekati wanita itu dengan penuh keberanian. Dia memojokkan wanita itu sampai ke dekat mejanya. "Pak Radit mau ngapain?" tanya Elina yang tengah merasa gugup sekarang. Elina benar-benar tidak tahu harus melakukan apalagi setelah ini. Apalagi Elina menatap dirinya dengan penuh arti. Apa yang akan dilakukan oleh bosnya itu. "Menurut kamu, saya akan ngapain?" tanya Radit dengan jarak yang begitu sangat dekat. Membuat Elina merasa gugup sekarang. Radit mendekatkan wajahnya pada telinga Elina dan meniupnya membuat wanita itu merinding dan gugup. Jarak yang begitu sangat dekat dengan beberapa senti saja, membuat jantung Elina menjadi deg-degan. Ingat kalau dia sekarang adalah seorang singel peren, apa Radit sengaja ingin menggoda dirinya. "Kenapa gugup sekali?" bisik Radit pada telinga Elina. Elina tidak menjawab, dia malah berusaha untuk mendorong tubuh Radit agar jauh dari dirinya. Dia tidak mau kalau sampai jarak seperti ini membuat dia tidak tahan. "Jangan macam-macam yah Pak Radit atau saya akan teriak!" ujar Elina dengan nada yang sedikit mengancam. Apalagi dengan perlakuan dari Radit barusan. Radit hanya tersenyum miring sambil melirik kearah Elina yang ada dihadapannya. Dia mendekatkan tubuhnya kearah Elina dan mencoba untuk menggoda wanita itu. Radit menghirup aroma tubuh dari Elina yang begitu sangat memabukkan untuk dirinya. Sampai Radit menarik pinggang Elina dengan jarak mereka tinggal beberapa senti sama. "Tidak akan ada orang yang mendengar kamu beteriak di sini karena tempat ini kedap suara," kata Radit dengan santai. Elina tidak menyangka sama sekali kalau hal ini akan terjadi padanya. Rupanya ruangan ini sudah dipersiapkan oleh Radit. "Pak Radit." Elina tidak bisa berkata apalagi setelah ini. Radit mendekatkan wajahnya dan secara tiba-tiba dia sudah memberikan sebuah kecupan manis pada bibir wanita itu. Elina yang merasakan sensasi tersebut pun hanya memejamkan matanya. Dia tidak bisa mendeskripsikan sentuhan manis itu, sekolah membuat dirinya merasa melayang sekarang. Elina bahkan tidak menyadari kalau tangan Radit kini sudah berkeliaran menyentuh kemeja yang dia gunakan. Sebelum kesadaran dari Elina kini kembali. Dia langsung menyuruh bosnya itu sedikit menjauh dari dirinya. "Eh Pak Radit saya lupa belum menyelesaikan berkas itu," kata Elina yang menjauhi dirinya sendiri dari Radit. Elina menghela napas panjang setelah dia berhasil kabur dan kembali ke tempat duduknya. Hampir saja dia melakukan hal yang tidak-tidak tadi dengan bosnya. Radit mengumpat dirinya dalam hati, bisa-bisanya dia tadi lepas kendali seperti itu. Biasanya dia tidak lepas kendali, tetapi bersama dengan asisten barunya itu, dia tiba-tiba tidak bisa mengendalikan dirinya. "Erika," panggil Radit kembali. "Iya Pak Ramon?" tanya Elina kembali dengan nada yang sedikit santai. Dia tidak mau terlihat begitu canggung ketika dekat dengan bosnya tersebut. "Nanti kamu sebelum pulang, ke rumah saya dulu." "Mau ngapain Pak?" tanya Elina dengan was-was, dia khawatir kalau Radit akan melakukan sesuatu di rumahnya. "Saya yakin kalau kamu sudah mendengar rumor tentang saya, jadi turuti keinginan saya." Elina terdiam membeku ketika teringat kembali dengan percakapan antara teman-teman kantornya yang katanya Pak CEO membutuhkan Asi. Itu memang sangat konyol, dia kira itu hanya gurauan semata dari teman-temannya. Tetapi kalau memang benar seperti itu, dia sendiri yang akan merasa malu. Kalau dia tidak menuruti keinginan bosnya, tidak lucu kalau dia tiba-tiba dipecat. "Apa kamu keberatan Elina?" Elina terkejut ketika mendengar lagi pertanyaan tegas dari Radit. Sampai akhirnya dia hanya bisa mengangguk menuruti keinginan dari bosnya. "Eh baik Pak." Elina menjawab dengan cepat karena dia sedikit gugup. Tetapi pikiran dirinya sudah menjurus kearah lain, Radit memang pria dewasa dan terlihat begitu gagah, terlebih dengan otot kekar dibalik kemeja yang dia gunakan sekarang. "Bagaimana kalau bercinta dengan pria itu?" batin Elina dalam hati, sebelum kesadarannya kembali. "Kamu seperti menatap saya dengan pandangan lapar Elina, apa kamu mau sesuatu dari saya?" tanya Radit Deg Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dia terkejut ketika pandangan mata mereka bertemu satu sama lain. "Pak Radit mau apa?" BERSAMBUNGJENNA“SO, REALLY, when do you want us to get married? This summer na ba o gusto mo pang maghintay. I’m not rushing you, babe. Sina Mommy ‘yon. Pero kung hindi ka pa talaga ready, you can take all the time you need.”Napalabi ako habang tinatapos ang pagdidilig sa mga halaman ko bago kami mag-almusal pagkatapos ay umakyat para ituloy ang painting session niya na ako na naman ang modelo. “Kaya pala araw-araw ka kung magtanoong?”“Umaga, tanghali, gabi…” Ngumisi ito. “Baka lang naman kasi magbago ang isip mo at mag-set ka na ng date.”“Bukas, gusto mo pakasal na tayo.” Tinapunan ko siya ng matamis na ngiti.Sandali siyang natigilan habang nakasandal sa gilid ng dingding, suot pa ang kanyang running outfit at naaarawan ng pang-umagang sikat ng araw. Pagkatapos ay tumingin ito sa kaliwa, saka sa kanan, sa labas ng gate,, at nag-tense ako. Noong tumuwid siya at humakbang palapit sa akin, hindi ko alam kung bakit pero nagulat kasi ako at naitutok ko sa kanya ang hose ng tubig.At iyon, nata
JENNAIT WAS HIM. Ang kidnapper ko ay si Keith!Ang hayup na ‘yon!Nagbangon ang galit sa aking puso at napabangon ako sa kama. Pagkatapos naman ay nagpabalik-balik ako ng lakad sa sahig dahil sa hindi ko halos ma-contain na energy galing sa nagpupuyos kong galit. Biglang lahat ng takot na nagpapanginig sa kalamnan ko kanina ay naging pagkamuhi na ngayon. Noon lamang ako nakadama nang ganito sa isang tao. How dared he kidnap me and frighten me and my loved ones after what he did to me? So I destroyed his career>? So what?! I used to feel tiny pinpricks of guilt whenever I remembered how he’d become a pariah in his cirlce when he used to be crème de la crème after he was scandalously exposed for what he was pero ngayon?1 Nabura nang lahat! He dared defile my uncle’s study—nila ni Loren. He defiled my uncle’s house. And I was going to marry him! Mas mabuti na nangyari iyon kaysa nakasal muna ako sa buhong na Keith na iyon bago ko natuklasan kung anong klase siyang tao talaga!Narinig ko
JENNAKinuha ko iyon noong sigurado na akong malayo na siya sa pinto.Maghintay ka lang. Magpapadala ng ransom ang ina mo. Huwag kang gagawa nang kahit anong gulo para wala tayong problema at makakauwi ka agad. Nakadama ako ng matinding relief sa aking nabasa. So, ransom nga lamang ito. Salamat sa dios! Makakauwi ako nang ligtas. Ano kayang ginagawa nina Mommy? Ano kayang iniisip ni Topher? They must all be frantic with worry! I wished I could do something to let them know that I was okay. I meant, that I wasn’t being hurt. Ligtas ako, kahit kidnap situation ito. Parang takot pa ngang lumapit sa akin iyong lalaki. Ni hindi nga ako kinausap at dinaan na lamang sa note.Napakunot ang noo ko. Bakit nga ba?Takip na takip siya na parang ayaw makikilala. Siguro para hindi ko siya ma-identify pagkatapos kong makauwi at nakausap na namin ang mga pulis.Siguro nga…But…Iyong pagkakakuba nito. why did he have to hide the way he naturally stood. Dahil ba nakita ko na siya? Dahil
TOPHER“Hindi ko talaga alam na ganoon ang koneksyon nila, Topher. I swear,” umiiyak na sabi ni Evette na sobra kong kinaasiwa. Isa nga pala ito sa natagpuan kong absurd sa kanyang ugali, iyong kahit ano na lamang ay iniiyakan niya. Natataranta na naman ako kasi ayaw na ayaw ko pa namang nakakakita ng babaeng umiiyak. Hirap na hirap ang lkalooban ko.Lalo pa’t alam kong na may iba na akong girlfriend ngayon at inamin kong seryoso na kami ni Jenna ang isa sa mga dahilan kung bakit mugto ang kanyang mga mata noong kumatok ako sa kanyang pinto ngayong umaga.“Evette, please… don’t cry. I just wanted to make sure she’s not planning something bad sa girlfriend ko.” I saw her wince“Okay, okay… I’ll call her. Sandali lang. I’ll ask kung pwede ko siyang makausap. I’ll ask kung pwede kaming magkita.”Sa wakas, kumilos siya at kinuha ang kanyang cellphone. Tinawagan niya si Loren. Humiling na makipagkita gaya nang kanyang sinabi at pumayag naman agad
TOPHERTinuloy ko ang indayog ng aking katawan para mapaligaya ko pa siya, batid na ang bawat ungol at hiyaw niya ng sarap ay patunay na kaming dalawa…? We were right for each other from the first day we made love last Christmas. Kung maipararamdam ko lang sa kanya kung gaano ako kasaya. I meant to keep this woman in my arms forever. I couldn’t imagine my life now without her.Hindi nagtagal at nataboy na ang mga iniisip ko ng papasarap at papasarap na pakiramdam ng mga ulos. I was thrusting faster now, harder, and she was getting louder.“Topher… Topher… dios ko! Ang sarap. How can you do this to me? You make me feel so good!”“We’ll do this every day. And every night. And all our free time in between. Oh, Jenna… ang sarap-sarap mo. I’m so crazy about you. And sarap-sarap mo talaga!”“Topher… Topher, malapit na ako! Malapit na—ahhh!”I held her as she convulsed, her inner muscles massaging my cock that I had to grit my teeth so I wouldn’t cum with her… yet. Gusto kong mapatagal pa it
JENNAHalos patapos na kami sa main dish ng meal nang magpasukan ang mga relatives. Nakuha ko agad nang makita ang kanilang ngiting ngiting mga mukha na isa itong surpresang ginawa ni Topher para sa akin.“Kaya pala okay lang na hindi na tayo bumalik, ha?” sita ko sa kanya bago ako tumayo para tanggapin ang unang lumapit at yumakap—si Auntie Claud.And then everyone was there, and it was a happy mess. This time, hindi na ako nakapiyok pa noong in-assert ni Topher ang sarili niya bilang boyfriend ko. Not when Uncle Markus was all about the two paintings of us together. And not when my mother looked so happy for me. Bumulong ang mommy ni Topher na noong una raw ay nagduda pa siya pero ngayon ay hindi na. Medyo naawa pa nga ako kay Maxine dahil halatang nalulungkot siya at pilit lang ang kanyang mga ngiti. Mabuti na lamang at may ilan sa mga artist friends at team ay invited din sa resto sa isa pang mesa at kahit papaano, nawili si Maxine sa pakikipagkwentuhan sa may tatlong binatang na
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments