KERUMUNAN ADALAH NERAKA

KERUMUNAN ADALAH NERAKA

By:  ANOMOV  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
4Chapters
122views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kerumunan manusia pada masa pandemi Covid-19 yang ditafsir sebagai neraka. Situasi dan orang lain dialami secara tak sadar sebagai neraka. Pergulatan hidup yang dialami oleh Mudra dan Vanua di Desa berada dalam situasi cinta yang absurd. Diselingi pembelajaran meditasi dan kartu Tarot yang membuat mereka menembus "alam lain". Alam mimpi dalam mimpi. Bermimpi dalam mimpi. Permainan kartu tarot menuntun mereka berpetualang dan kembali dari masa depan. Masa lalu dan masa depan meluruh dalam masa sekarang (here and now). Ya! Kerumunan adalah Neraka. Kesendirian adalah surga tanpa nama.

View More
KERUMUNAN ADALAH NERAKA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
4 Chapters
BAGIAN 1 KERIS PUSAKA PASOPATI
Perempuan berumur tiga puluh lima tahun itu berjalan pelan di depan Balai Desa Gayam. Ia seorang pegiat literasi yang menerima kuasa untuk memegang keris Desa Gayam berjuluk Pasopati.Sejak pagi hingga senja ia menatap benda purbakala itu untuk menemukan kedamaian dalam diri. Tak ada guna mengharap kedamaian di luar dirinya.Dan malam itu ia meninggalkan Balai Desa dengan rasa galau tak berujung. Sambil mengapit buku kumpulan cerita, Sadajiwa. Bibirnya komat-kamit membaca kalimat pada sampul buku tipis berwarna hitam itu: “karena hidup adalah keindahan imajinasi, sedangkan kematian adalah kenyataan yang nestapa.” Anak lelaki semata wayangnya baru kembali dari kota. Anak muda yang kalah dari pertempuran nafkah ojek online. Di rumah kos anaknya sudah ada orang tua yang tetiba sesak napas, mati, terbujur kaku dan akhirnya dikubur dengan protokol kafan plastik.Jarak antara ia dan anaknya hanya satu meter, tanpa pelukan. Terhijab oleh benda laknat bernama plastik isolasi.Jeritan mengge
Read more
BAGIAN 2 VANUA
Vanua sedang perjalanan pulang dari Kampung Tujuh. Dia berjalan kaki sejak matahari belum bangun dari tidurnya menuju kampung yang hanya dihuni tujuh kepala keluarga itu.Ketika Vanua berumur dua puluh tahun, ia meninggalkan kampung kelahirannya di kota Jakarta. Belasan tahun tiada jemu ia menikmati tembok di depan rumah. Kampung sempit dengan jalanan yang hanya bisa dilewati dua orang bertubuh ceking.Suatu hari, ia terbangun bersama matahari yang meninggi, ”Engkau tak bosan memanaskan tembok depan rumahku, memancarkan sinarmu tanpa peduli kegelapan kamar dan kesunyianku.”Saat itu awal bulan April. Berangkatlah ia menuju desa pegunungan Kampung Tujuh Yogyakarta. ”Apakah matahari di kampung sempit masih bahagia, jika aku tidak menikmati sinarnya lagi?” Vanua meyakinkan dirinya sendiri.Setiap pagi ia menatap matahari di pucuk gunung Kampung Tujuh. Jalan berbatu sudah menjadi sarapan paginya. Ia membangun rumah bambu, tepat tujuh meter di atas lahan kompleks makam desa. Dekat rerimbu
Read more
BAGIAN 3 NI GRENJENG
Tidak ada kata menyerah bagi Mudra. Bagaimanapun, Mudra harus menagih cicilan utang pada lelaki di Desa yang punya ilmu kebal: Rontek. Senja yang menawan tak berarti lagi baginya. Cahaya keemasan di ujung senja menimbulkan nyeri di ulu hati. Tiga bulan lebih Mudra tidak memegang uang karena perputaran dana bergulir mengalami kemacetan. Satu orang saja dalam kelompok pemanfaat dana bergulir gagal bayar, maka bisa dipastikan kelompok itu harus tanggung renteng membayar atau terhenti kegiatan produksinya. Apalagi di masa pagebluk seperti ini, nasib kelompok usaha di Desa sedang jatuh ke dasar mata air. Berteriak dari kedalaman pun tak ada guna.“Aku mau menagih cicilannya tetapi wajahnya kalau ditagih pasti bermuka masam. Berbeda sekali kalau mengajukan pinjaman, wajahnya secerah matahari, dan memelas seperti kelinci,” keluh Mudra pada Bu Raisa Kepala Desa. “Ketika aku menagihnya, disuguhi air putih di gelas kecil seukuran mainan anak PAUD, itu sudah lumayan. Pernah, aku dibawakan par
Read more
BAGIAN 4 BERMIMPI DALAM MIMPI
Pagi hari ini Mudra terbangun di atas kasur bejana. Tangannya berkata kepada kaki: “kamu percaya hari ini jam 6 sore di permukaan bulan?” Mudra bergegas mengayun kaki ke langit ketujuh. Barang durjana bernama handphone bertalu-talu mengingatkan sang waktu dengan sederet pesan. “Hari ini jadwalku bersua dengan Vanua.” Tangan Mudra beringsut menimbun kata pada besi titanium: “Kita akan bertemu secepatnya, kak Vanua.” Vanua baru kali pertama akan bertemu sosok lelaki yang didengarnya berkemampuan seperti Manusia Semut. Ant-Man. Manusia yang mampu membesar dan mengkerut di dalam kubangan masalah Desa. Semut bertengger di atas kelapa pun konon akan mengikuti derap kaki Mudra bila diperintah dengan senyuman. Laksana pejabat yang tahu cara mengatur tapi alpa dalam mengurus rakyatnya, Mudra mengeja kalimat yang ditulisnya di atas buku agenda. Ratusan pohon telah ditebang menjadi kertas dan didaur ulang menjadi buku agenda kertas buram coklat. Apabila Mudra jujur kepada luka di kakinya, ma
Read more
DMCA.com Protection Status