Share

2. PENGKHIANATAN

"Beritanya sudah tersebar ke mana-mana Raf? Tidak mungkin wartawan memberikan berita bohong!"

"Iya. Memang perusahaan papaku di ambang kebangrutan. Tapi yang harus kamu tahu. Perusahaannya belum sepenuhnya bangrut. Tolong, jangan bicarakan putus lagi."

Akhirnya Rafri bicara keadaan yang sebenarnya pada Ayu dengan tenang.

"Belum kata kamu? Mungkin besok, lusa atau minggu depan, bisa jadi bangrut. Aku tidak mau jika masih bersamamu Raf. Aku ingin akhiri semuanya. Maaf."

"Sayang, kamu bercanda kan? kamu melakukan ini untuk menerimaku kan?"

Rafri melihat sekeliling, berharap ada kejutan yang akan datang padanya. Namun semua itu hanyalah harapan Rafri semata. Tidak ada tanda-tanda waiters mendekatinya.

"Terima kasih untuk 3 tahunnya Raf, tapi maaf aku harus mengakhirinya."

"Jangan gila kamu Yu, kita sudah 3 tahun bersama. Aku cinta sama kamu. Kenapa tepat di hari anniversary kita kamu mengatakan ingin putus? Hah?"

Rafri pun tidak bisa mengontrol emosinya pada Ayu.

"Karena kamu sebentar lagi sudah tidak bisa memberikan apa yang kumau. Lebih baik kita putus saja. Jika kamu tidak mau putus denganku, aku yang akan membuatmu mengatakannya agar putus denganku."

Ayu akan pergi meninggalkan Rafri setelah mengatakan hal itu. Rafri pun menahan tangan Ayu berharap keadaan ini dapat diperbaiki.

"Tunggu! Yang kutahu selama ini kamu mencintaku Yu, bagaimana bisa kamu menginginkan putus di saat keluargaku di ambang kebangrutan?"

"Itu dulu Raf."

"Kamu benar-benar wanita matre ya? Benar yang dikatakan kakakku. Dengan mudahnya kamu menghancurkan hatiku. Kamu yang datang, kamu berjanji seolah menepati, dan sekarang kamu mengacaukan hatiku begitu saja."

Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Rafri.

"Jangan samakan aku dengan wanita matre. Wanita itu realistis. Butuh uang Raf. Aku tidak terbiasa hidup susah. Maaf!"

"Baiklah. Pergilah! Carilah lelaki yang lebih kaya dan yang lebih tampan dariku. Aku yakin tidak ada lelaki yang menginginkan wanita matre sepertimu Yu!"

Rafri menggertak Ayu dan menyuruhnya mencari laki-laki lain. Namun apa yang terjadi Ayu malah menelpon seseorang untuk menjemputnya.

"Sayang, tolong jemput aku di Star Coffie ya?"

Rafri yang mengetahui itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya jika Ayu ternyata tidak sebaik yang dia pikirkan.

"Waaah...Ternyata selama ini kamu main belakang ya?"

Ayu tersenyum sinis dan meninggalkan Rafri.

Rafri menggebrak meja dan menghela nafas panjang lalu dikeluarkannya melalui hidung agar emosinya tidak memuncak di tempat umum. Dia akan menahannya ketika sampai di rumah.

Rafri mengikuti Ayu keluar parkiran dan ingin melihat siapa lelaki yang dijadikan Ayu selingkuhan.

Beberapa menit kemudian, mobil putih berhenti pas di depan Ayu. Ayu pun masuk ke dalam mobil itu. Rafri mencoba melihat siapa orang yang ada di dalam mobil namun Rafri tidak bisa melihatnya karena kaca mobil sangat hitam.

Akhirnya Rafri pun berlari mengikuti mobil itu namun lagi-lagi hasilnya nihil. Mobil melaju kencang keluar parkiran Caffe yang sangat luas.

***

"Waaahh...! Untung saja aku bisa menaikkan kecepatan mobil. Jika tidak, bisa gawat. Rafri bakalan tahu siapa aku sebenarnya."

"Memangnya kenapa?"

"Jangan gila kamu Yu...! Semuanya akan terbongkar. Bagaimana? Kamu sudah memutuskan Rafri kan?"

Pria itu bertanya pada Ayu yang menjadi selingkuhannya setahun yang lalu.

"Aku sudah memutuskannya. Tapi dia belum ingin putus denganku."

"Kenapa? Kamu tidak bilang jika kamu malu dengannya karena perusahaan papanya akan bangrut?"

"Sudah. Tapi dia tetep kekeh. Dia juga bilang jika kamu mengatakan kalau aku cewek matre. Benar kamu bilang begitu dengannya?"

"Maaf ya sayang. Itu semua aku lakukan agar Rafri putusin kamu."

Tidak disangka ternyata pria itu adalah Bayu, kakak kandung Rafri yang menjadi selingkuhannya Ayu.

"Benarkah? Kamu mengatakan itu tidak dari hati kan? Oh ya, tapi kamu tahu dari mana jika papa kamu akan bangrut?"

"Benar sayang. Mana mungkin sih aku setega itu sama kamu. Aku mendengar sendiri percakapan papa di telepon. Konsumen di perusahaan papa beralih ke kompetiror. Jadi mungkin perusahaan papa di ambang kebangrutan."

"Terus yang menyebarkan berita? Kamu?"

"Iya! Kamu tahu Rudi kan? Temanku yang bekerja jadi Jurnalis?"

"Gila ya. Ini papa kamu sendiri loh Bay!"

"Aku tidak peduli. Seharusnya warisan itu diberikan padaku, bukan diberikan Rafri."

Ternyata Bayu adalah dalang dari semua ini karena motif dendam yang tidak diberikan warisan oleh papanya.

***

Sesampainya di rumah, Rafri langsung membuang cincin yang masih berada di dalam kotaknya ke tempat sampah. Dia juga mengacak-acak tempat tidurnya bahkan lembaran-lembaran revisi skripsinya dia hambur-hamburkan ke lantai.

"Aaaarrrrrggghhh........!! Dasar cewek gila. Cewek matre..!"

"Bodooohh....Benar-benar bodoh..!"

Rafri menghela nafas lagi dengan sangat dalam. Dia tau yang dia lakukan hanyalah sia-sia dan hanya membuang waktunya saja.

Dia pun membanting dirinya ke kasur dengan terlentang dan tangan terlentang. Rafri melihat langit-langit yang putih berharap ini hanya sebuah mimpi.

Rafri pun memejamkan mata berharap esok bangun sudah melupakan kejadian malam ini.

***

01.15

'Triiiinggg.....Triiingggg'

Di tengah malam, ponsel Rafri berbunyi. Ternyata dari Niko.

"Ya Ko ada apa? Tumbenan kamu telpon tengah malam?"

"Raf? Kamu lagi check in ya?"

Di saat sedang galau, Rafri berpikir Niko akan melawak untuknya di tengah malam.

"Check in? Maksud kamu apaan? Jangan bilang kamu sedang ngigau? Tidak usah sok menghibur deh."

"Aku melihat Ayu berada di hotel. Aku pikir dia sedang bersamamu?"

"APAA! Hotel?"

Seketika itu, Rafri bangun dari posisi tidurnya.

"Iya. Apa yang kamu lakukan di sana Raf? Jangan bilang DP dulu. Hahahha..."

"Hotel mana Ko?"

"Alaah... Tidak usah Bas-"

"AKU TANYA HOTEL MANA?"

Rafri berteriak tidak bisa menahan emosinya sampai memotong pembicaraan Niko. Benarkah Ayu setega itu menyakitinya dengan check in di hotel bersama pria lain?

"Raf, tenang Raf. Aku di hotel Sakura."

"Oke. Terima kasih ya Ko."

Rafri mematikan ponselnya setelah mengetahui lokasi hotel tersebut. Rafri segera mengambil kunci mobilnya dan berangkat menuju hotel yang disebutkan Niko untuk memastikan apakah Ayu benar-benar setega itu dengannya.

Benar. Di gps, lokasi Ayu juga menunjukkan jika dia sedang berada di sebuah hotel Sakura. Benar yang dikatakan Niko.

Sesampainya di hotel, Rafri langsung menelpon Niko untuk bertanya di mana ayu bermain gila.

"Rafri!"

Niko langsung memanggil Rafri yang berdiri di depan aula hotel.

"Niko. Di mana kamu melihat Ayu?"

"Ayo ikuti aku."

Mereka berdua berjalan menuju koridor hotel untuk mencari kamar yang di tempati Ayu.

"Dia bersama siapa di hotel?"

"Tadi aku melihatnya sendirian menuju kamar. Ku kira bersamamu, jadi aku membuntuti Ayu."

"Terima kasih ya Ko."

"Sama-sama Raf."

Niko berhenti di depan kamar 272.

"Tadi aku melihat Ayu memasuki kamar ini Raf."

Rafri menggertakkan giginya menahan emosi di dalam dadanya. Dia masih tidak percaya dengan Ayu yang setega itu dengan dirinya setelah lamarannya ditolak mentah-mentah.

"Maaf ya Raf, aku tidak bisa menemani kamu. Karena aku sedang dinas bersama bosku."

"Iya tidak apa-apa Ko. Terima kasih ya."

"Sama-sama Raf. Jika itu ternyata Ayu, sabar ya. Memang wanita seperti itu tidak pantas dipertahankan. Tapi aku berharap itu bukan Ayu."

Rafri mengangguk mengiyakan semua kata-kata Niko.

Rafri menunggu di luar kamar berharap yang keluar bukan Ayu. Tetapi Rafri malah mendengar suara desahan serta erangan yang mirip dengan suara Ayu.

Mungkinkah yang di dalam kamar hotel itu adalah Ayu?

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status