Share

2. PENGKHIANATAN

Author: Normalitasari
last update Last Updated: 2022-12-15 23:41:59

"Beritanya sudah tersebar ke mana-mana Raf? Tidak mungkin wartawan memberikan berita bohong!"

"Iya. Memang perusahaan papaku di ambang kebangrutan. Tapi yang harus kamu tahu. Perusahaannya belum sepenuhnya bangrut. Tolong, jangan bicarakan putus lagi."

Akhirnya Rafri bicara keadaan yang sebenarnya pada Ayu dengan tenang.

"Belum kata kamu? Mungkin besok, lusa atau minggu depan, bisa jadi bangrut. Aku tidak mau jika masih bersamamu Raf. Aku ingin akhiri semuanya. Maaf."

"Sayang, kamu bercanda kan? kamu melakukan ini untuk menerimaku kan?"

Rafri melihat sekeliling, berharap ada kejutan yang akan datang padanya. Namun semua itu hanyalah harapan Rafri semata. Tidak ada tanda-tanda waiters mendekatinya.

"Terima kasih untuk 3 tahunnya Raf, tapi maaf aku harus mengakhirinya."

"Jangan gila kamu Yu, kita sudah 3 tahun bersama. Aku cinta sama kamu. Kenapa tepat di hari anniversary kita kamu mengatakan ingin putus? Hah?"

Rafri pun tidak bisa mengontrol emosinya pada Ayu.

"Karena kamu sebentar lagi sudah tidak bisa memberikan apa yang kumau. Lebih baik kita putus saja. Jika kamu tidak mau putus denganku, aku yang akan membuatmu mengatakannya agar putus denganku."

Ayu akan pergi meninggalkan Rafri setelah mengatakan hal itu. Rafri pun menahan tangan Ayu berharap keadaan ini dapat diperbaiki.

"Tunggu! Yang kutahu selama ini kamu mencintaku Yu, bagaimana bisa kamu menginginkan putus di saat keluargaku di ambang kebangrutan?"

"Itu dulu Raf."

"Kamu benar-benar wanita matre ya? Benar yang dikatakan kakakku. Dengan mudahnya kamu menghancurkan hatiku. Kamu yang datang, kamu berjanji seolah menepati, dan sekarang kamu mengacaukan hatiku begitu saja."

Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Rafri.

"Jangan samakan aku dengan wanita matre. Wanita itu realistis. Butuh uang Raf. Aku tidak terbiasa hidup susah. Maaf!"

"Baiklah. Pergilah! Carilah lelaki yang lebih kaya dan yang lebih tampan dariku. Aku yakin tidak ada lelaki yang menginginkan wanita matre sepertimu Yu!"

Rafri menggertak Ayu dan menyuruhnya mencari laki-laki lain. Namun apa yang terjadi Ayu malah menelpon seseorang untuk menjemputnya.

"Sayang, tolong jemput aku di Star Coffie ya?"

Rafri yang mengetahui itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya jika Ayu ternyata tidak sebaik yang dia pikirkan.

"Waaah...Ternyata selama ini kamu main belakang ya?"

Ayu tersenyum sinis dan meninggalkan Rafri.

Rafri menggebrak meja dan menghela nafas panjang lalu dikeluarkannya melalui hidung agar emosinya tidak memuncak di tempat umum. Dia akan menahannya ketika sampai di rumah.

Rafri mengikuti Ayu keluar parkiran dan ingin melihat siapa lelaki yang dijadikan Ayu selingkuhan.

Beberapa menit kemudian, mobil putih berhenti pas di depan Ayu. Ayu pun masuk ke dalam mobil itu. Rafri mencoba melihat siapa orang yang ada di dalam mobil namun Rafri tidak bisa melihatnya karena kaca mobil sangat hitam.

Akhirnya Rafri pun berlari mengikuti mobil itu namun lagi-lagi hasilnya nihil. Mobil melaju kencang keluar parkiran Caffe yang sangat luas.

***

"Waaahh...! Untung saja aku bisa menaikkan kecepatan mobil. Jika tidak, bisa gawat. Rafri bakalan tahu siapa aku sebenarnya."

"Memangnya kenapa?"

"Jangan gila kamu Yu...! Semuanya akan terbongkar. Bagaimana? Kamu sudah memutuskan Rafri kan?"

Pria itu bertanya pada Ayu yang menjadi selingkuhannya setahun yang lalu.

"Aku sudah memutuskannya. Tapi dia belum ingin putus denganku."

"Kenapa? Kamu tidak bilang jika kamu malu dengannya karena perusahaan papanya akan bangrut?"

"Sudah. Tapi dia tetep kekeh. Dia juga bilang jika kamu mengatakan kalau aku cewek matre. Benar kamu bilang begitu dengannya?"

"Maaf ya sayang. Itu semua aku lakukan agar Rafri putusin kamu."

Tidak disangka ternyata pria itu adalah Bayu, kakak kandung Rafri yang menjadi selingkuhannya Ayu.

"Benarkah? Kamu mengatakan itu tidak dari hati kan? Oh ya, tapi kamu tahu dari mana jika papa kamu akan bangrut?"

"Benar sayang. Mana mungkin sih aku setega itu sama kamu. Aku mendengar sendiri percakapan papa di telepon. Konsumen di perusahaan papa beralih ke kompetiror. Jadi mungkin perusahaan papa di ambang kebangrutan."

"Terus yang menyebarkan berita? Kamu?"

"Iya! Kamu tahu Rudi kan? Temanku yang bekerja jadi Jurnalis?"

"Gila ya. Ini papa kamu sendiri loh Bay!"

"Aku tidak peduli. Seharusnya warisan itu diberikan padaku, bukan diberikan Rafri."

Ternyata Bayu adalah dalang dari semua ini karena motif dendam yang tidak diberikan warisan oleh papanya.

***

Sesampainya di rumah, Rafri langsung membuang cincin yang masih berada di dalam kotaknya ke tempat sampah. Dia juga mengacak-acak tempat tidurnya bahkan lembaran-lembaran revisi skripsinya dia hambur-hamburkan ke lantai.

"Aaaarrrrrggghhh........!! Dasar cewek gila. Cewek matre..!"

"Bodooohh....Benar-benar bodoh..!"

Rafri menghela nafas lagi dengan sangat dalam. Dia tau yang dia lakukan hanyalah sia-sia dan hanya membuang waktunya saja.

Dia pun membanting dirinya ke kasur dengan terlentang dan tangan terlentang. Rafri melihat langit-langit yang putih berharap ini hanya sebuah mimpi.

Rafri pun memejamkan mata berharap esok bangun sudah melupakan kejadian malam ini.

***

01.15

'Triiiinggg.....Triiingggg'

Di tengah malam, ponsel Rafri berbunyi. Ternyata dari Niko.

"Ya Ko ada apa? Tumbenan kamu telpon tengah malam?"

"Raf? Kamu lagi check in ya?"

Di saat sedang galau, Rafri berpikir Niko akan melawak untuknya di tengah malam.

"Check in? Maksud kamu apaan? Jangan bilang kamu sedang ngigau? Tidak usah sok menghibur deh."

"Aku melihat Ayu berada di hotel. Aku pikir dia sedang bersamamu?"

"APAA! Hotel?"

Seketika itu, Rafri bangun dari posisi tidurnya.

"Iya. Apa yang kamu lakukan di sana Raf? Jangan bilang DP dulu. Hahahha..."

"Hotel mana Ko?"

"Alaah... Tidak usah Bas-"

"AKU TANYA HOTEL MANA?"

Rafri berteriak tidak bisa menahan emosinya sampai memotong pembicaraan Niko. Benarkah Ayu setega itu menyakitinya dengan check in di hotel bersama pria lain?

"Raf, tenang Raf. Aku di hotel Sakura."

"Oke. Terima kasih ya Ko."

Rafri mematikan ponselnya setelah mengetahui lokasi hotel tersebut. Rafri segera mengambil kunci mobilnya dan berangkat menuju hotel yang disebutkan Niko untuk memastikan apakah Ayu benar-benar setega itu dengannya.

Benar. Di gps, lokasi Ayu juga menunjukkan jika dia sedang berada di sebuah hotel Sakura. Benar yang dikatakan Niko.

Sesampainya di hotel, Rafri langsung menelpon Niko untuk bertanya di mana ayu bermain gila.

"Rafri!"

Niko langsung memanggil Rafri yang berdiri di depan aula hotel.

"Niko. Di mana kamu melihat Ayu?"

"Ayo ikuti aku."

Mereka berdua berjalan menuju koridor hotel untuk mencari kamar yang di tempati Ayu.

"Dia bersama siapa di hotel?"

"Tadi aku melihatnya sendirian menuju kamar. Ku kira bersamamu, jadi aku membuntuti Ayu."

"Terima kasih ya Ko."

"Sama-sama Raf."

Niko berhenti di depan kamar 272.

"Tadi aku melihat Ayu memasuki kamar ini Raf."

Rafri menggertakkan giginya menahan emosi di dalam dadanya. Dia masih tidak percaya dengan Ayu yang setega itu dengan dirinya setelah lamarannya ditolak mentah-mentah.

"Maaf ya Raf, aku tidak bisa menemani kamu. Karena aku sedang dinas bersama bosku."

"Iya tidak apa-apa Ko. Terima kasih ya."

"Sama-sama Raf. Jika itu ternyata Ayu, sabar ya. Memang wanita seperti itu tidak pantas dipertahankan. Tapi aku berharap itu bukan Ayu."

Rafri mengangguk mengiyakan semua kata-kata Niko.

Rafri menunggu di luar kamar berharap yang keluar bukan Ayu. Tetapi Rafri malah mendengar suara desahan serta erangan yang mirip dengan suara Ayu.

Mungkinkah yang di dalam kamar hotel itu adalah Ayu?

-Bersambung-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   36. Panggilan Mantan

    Kedua perempuan yang berada di hadapan Rafri, kini tengah menatapnya selagi makan. Dia melihat Harum bertopang dagu menggunakan kedua tangannya, menatapnya seolah berkata 'apakah kue buatanku tidak enak? atau tidak ada rasanya?'Sambil mengunyah pelan, Rafri melihat raut wajah bingung dari kedua gadis itu sambil menyembunyikan senyumnya. Hal ini membuat jiwa tengilnya keluar."Kok rasa kuenya begini ya?"Harum mendongak ke atas menatap Dhea yang berdiri di sampingnya. Mereka saling memandang satu sama lain seolah berbicara lewat tatapan mata."Mm...me...memang rasanya bagaimana Raf? tidak enak ya?"Harum menanyakan rasa kuenya dengan kalimat yang terbata-bata pada lelaki yang berada di hadapannya dengan perasaan was-was.'benar saja. Dia bertanya seperti itu.'Rafri membenarkan feeling-nya jika Harum akan bertanya seperti itu. Namun Rafri hanya ingin Harum dan Dhea merasakannya. Rafri berpikir jika Harum dan Dhea belum mencoba kuenya."Coba deh kalian rasakan. Kalian belum mencobanya

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   35. Kue Buatan Harum

    "Ini kita hanya berdiri saja di sini?"Rafri mulai bersuara di saat mengetahui Harum melihatnya dengan mata bulatnya dan tanpa mempersilahkannya duduk."Ya ampun maaf. Iya...Silahkan duduk Raf."Kemudian, senyum itu melengkung dari bibir seorang ahli waris yang membuat Harum salah tingkah.Penampilan Rafri saat ini membuat Harum sangat penasaran siapa Rafri sebenarnya. Dengan rasa penasaran itu, Harum bertekad untuk mengenal Rafri lebih jauh lagi."Sebentar ya Raf, saya ambilkan minum terlebih dahulu.""Baiklah."Harum meninggalkan Rafri sendiri di ruang tengah dengan berbagai macam pertanyaan yang ada di pikirannya. Sesekali dia menengok ke arah belakang melihat Rafri yang sedang sibuk mempersiapkan bahan skripsinya.'Siapa Rafri sebenarnya? Penampilannya terkesan sangat rapi dan pakaiannya juga bermerk. Berbeda dengan kemarin saat dia datang ke cafe ini. Entahlah'***Mama Ayu membuka kamar putrinya saat putrinya tengah selesai mandi dan masih mengenakan kimono handuk."Mama!"Spont

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   34. Kamu Siapa?

    "Tidak! Tidak! Meskipun Harum seorang wanita yang cantik, manis, ramah, mempunyai eye smile, aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya."Rafri menggelengkan kepalanya meyakinkan dirinya sendiri di depan cermin jika dirinya tidak menyukai Harum.Took....Took...Tok....!"Den Rafri, bangun den. Sudah siang."Rafri menoleh ke arah pintu. Suara bi Ijah yang mengetuk pintu membuyarkan semua pikiran dan perasaan Rafri terhadap Harum."Den Rafri ayo bangun den."Hampir setiap hari bi Ijah menjadi alarm untuk membangunkan Rafri. Apalagi hari libur seperti ini, pasti bi Ijah mengira jika Rafri belum bangun dari tidurnya."Iya bi."Rafri berjalan untuk membuka pintu sambil tersenyum mendengar suara bi Ijah yang sangat keras dari dalam kamarnya. Pantas saja di hari biasa, Rafri segera terbangun. Alarm suara secara langsung dari bi Ijah tidak akan bisa mengalahkan alarm dari ponsel sang ahli waris itu.Segera mungkin Rafri membukakan pintu untuk bi Ijah agar bi Ijah tidak terlalu

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   33. Ada Apa Denganku?

    Suara adzhan subuh terdengar samar-samar di telinga seseorang lelaki yang masih terlelap nyaman dari tidurnya."Ash-shalaatu khairum minan naum"Seiring waktu berjalan, suara adzhan terdengar jelas di telinganya. Seketika itu, dia membuka mata perlahan-lahan sambil mengusapnya.Pria itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu menurunkan kakinya hingga menapak ke lantai. Dia duduk di pinggir kasur dengan mata yang dipaksakan terbuka.Sebelum beranjak, pria itu meminum air putih yang berada di meja dekat ranjangnya sambil mengecek ponselnya terlebih dahulu.Matanya masih belum sepenuhnya terbuka lebar, dia melihat satu notif nama yang belum dihapus dari contak ponselnya. 'Honey' Nama itu yang dahulu mengisi hari-harinya di saat akan tidur dan juga bangun tidur. Namun sekarang keadaannya sudah sangat jauh berbeda.Dia meletakkan gelas yang sudah diminumnya hingga habis. Sekali lagi dia mengucek matanya untuk memastikan apakah benar jika yang mengiriminya pesan adalah Ayu."Ayu! Ng

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   32. Hariku Baik

    "Dengan kamu bertanya seperti itu, sama saja kamu menuduhku!"Suara Bayu yang terdengar berteriak di ponsel Ayu, seketika dijauhkan dari telinganya."Sayang! Kenapa kamu marah-marah? Aku hanya bertanya, bukan menuduhmu."Percakapan Bayu dan Ayu yang berada di telepon, membuat Ayu penasaran siapa sebenarnya yang menyebarkan video pertengkarannya dengan Rafri waktu lalu."Aku sama sekali tidak tahu tentang video itu. Bukan kamu, Bukan mama, sama saja menuduhku. Karena keinginan kamu, aku mempunyai masalah dengan mama"Bayu malah menyalahkan orang lain di saat dirinya ada masalah dengan keluarganya."Loh, kenapa kamu malah menyalahkanku? Itu salah kamu sendiri.""Kamu yang salah! Kamu memaksaku untuk bertemu denganmu. Jika tidak, aku tidak akan terlibat masalah dengan mamaku.""Seharusnya kamu bisa berpikir dong! Jangan seenaknya saja menyalahkanku. Mungkin alasan kamu selalu monoton dan jadul. Cobalah mencari alasan yang logis."Bayu mendengus kesal serta senyum menyeringai saat mendenga

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   31. Kamu yang Lebih Tahu

    "Aaahh...Tidak..tidak...! Mana mungkin aku tiba-tiba mendatangi mereka berdua dan langsung menanyakan perihal video tersebut kepada Rafri. Aku sama sekali tidak mengenal Rafri."Sedari tadi Dhea berdiri sambil membayangkan bagaimana jadinya jika dia tiba-tiba datang menghampiri kedua orang yang baru saja bertemu setelah beberapa minggu terpisah."Sudahlah. Biarkan saja mereka bersenang-senang terlebih dahulu. Mudah-mudahan Rafri seseorang yang baik yang tidak akan menyakiti Harum."Dhea berprasangka baik kepada Rafri. Meskipun dengan ketakutannya, Dhea harus tetap waspada dan tetap menjaga sahabatnya dari seseorang yang mencoba menjahatinya."Lebih baik aku menghampiri mereka dan berterima kasih pada Rafri telah menemukanku pada Harum. Sahabatku sejak di bangku SMP."Dengan membawa nampan yang berisi 2 makanan ringan serta 2 minuman, Dhea berjalan menghampiri Rafri dan juga Harum yang sedang bersenda gurau."Annyeong haseyo."Dhea menyapa mereka berdua dengan gaya khas bahasa koreanya

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   30. Perkenalkan Aku Orang Baik

    Di tempat lain, sosok berjubah hitam duduk di depan layar komputer dengan cahaya remang. Kedua tangannya bersilang di dada menyaksikan video lamaran Rafri dan Ayu yang sedang bertengkar di sebuah restaurant. "Hahahahahaa.....! Sebentar lagi kamu akan hancur Rafri. Hahahahhaa..."Sosok orang berjubah hitam itu tertawa lepas tidak terkontrol menyumpahi akan menghancurkan seorang Rafri Aditya. ***Di sisi lain, kedua orang yang saling berhadapan menyatukan tatapan dalam manik matanya. Tangan mungil yang masih terulur di hadapan Rafri tidak akan lelah dan menyerah sebelum Rafri menjabat tangannya."Bagaimana? Deal?"Rafri masih berpikir keras apakah nanti Harum bisa di percaya atau tidak setelah dirinya mengatakan semuanya."Baiklah. Aku menyetujuinya dan akan menganggap kamu sebagai teman. Deal."Akhirnya mereka berdua berjabat tangan. Degupan kencang yang berada di dada Harum tidak bisa lagi menyembunyikan suhu badannya yang mulai dingin.Bagaimanapun Rafri akan tetap menghargai Harum

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   29. Teman

    Rafri mendengus kesal mendengar perkataan Harum. Dia tidak menerima pernyataan Harum tentangnya."Hanya kamu bilang? Ya, memang saya kehilangan perempuan itu. Tapi apa kamu tahu? Semenjak berpisah dengan perempuan itu, saya semakin mendapatkan banyak masalah yang saya sendiri pun tidak bisa mengatasinya."Harum menatap Rafri dengan senyuman, namun matanya saat ini mulai berkaca-kaca. Rafri seakan lupa jika Harum juga mengalami hal yang sama dengannya. Bahkan dia juga melupakan dari mana Harum berasal."Kamu lebih baik daripada aku Raf. Kamu masih bersama dengan orang-orang yang menyayangimu. Sedangkan aku."Harum terdiam sejenak menatap lekat wajah Rafri yang berdiri di hadapannya. Kini Harum juga masih mengulas senyum kesedihan di depan Rafri sebelum melanjutkan bicaranya."Aku tidak tahu orang tuaku dan juga kakakku berada di mana Raf. Bahkan, identitas pun saya tidak mempunyainya. Jika aku menjadi kamu, aku selalu bersyukur dan tidak akan mengeluh hanya karena masalah ditinggalkan o

  • SEMANIS LUKA SANG AHLI WARIS   28. Pertemuan Kedua

    Senyum sengit yang terlintas di wajah Rafri menandakan dia akan memulai kesombongannya lagi. "Maksud anda apa melupakan nama saya sendiri? Anda tahu, nama saya terlalu bagus untuk disebutkan. Saya berpikir bagaimana caranya agar anda selalu mengingat nama saya."Benar saja, Harum mencebik kesal melihat kesombongan Rafri."Kok ada ya manusia sombong seperti anda di dunia ini?"Gelengan kepala Harum membuat Rafri tersenyum. Kali ini senyumnya terlihat gemas melihat kebencian Harum padanya."Kenapa? Anda heran? Sekali lagi, dengar dan ingat nama saya. Jika perlu, catat nama saya di buku kecil ini."Rafri menunjuk catatan kecil milik Harum yang biasa untuk menulis menu yang dipesan oleh pelanggan."Tanpa saya tulis pun saya tetap mengingat nama anda, terutama saya akan mengingat perlakuan anda terhadap saya.""Baiklah. Simpan di dalam memori kepala anda. Nama saya Rafri Aditya."Kini Rafri dengan bangganya menyebutkan namanya sendiri di hadapan Harum. Harum telah bersiap menulis huruf pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status