Compartir

Bab 91. Takut hamil

Autor: Nanitamam
last update Última actualización: 2025-12-13 09:01:18

"Ahhhhh!"

Erlang ambruk terlebih dulu, terbaring di samping tubuh Ghaisa yang sama-sama terengah. Dada mereka naik turun cepat, seolah paru-paru mencari oksigen lebih banyak untuk mengimbangi tubuh yang panas oleh keringat. Malam ini jauh terasa lebih panas dibanding sebelumnya, bahkan AC saja tidak cukup mendinginkan tubuh mereka.

Ghaisa memejamkan mata beberapa detik. Tatapannya kosong ke langit-langit seperti baru saja tersadar akan sesuatu. Erlang yang sedang menenangkan napas mendadak mengernyit bingung.

“Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba diam gitu?” tanya Erlang sambil memalingkan wajah ke arahnya.

Alih-alih menjawab, Ghaisa membuka mata lebar-lebar. Pupilnya mengecil panik.

“Kak Erlang.” Suaranya bergetar. “Tadi Kakak pakai pengaman, nggak?”

Erlang terdiam satu detik, dua detik, tiga detik, lalu menggeleng pelan. “Enggak kita tadi spontan. Aku nggak persiapan apa-apa.”

Bola mata Ghaisa langsung membesar. “SPONTAN?!”

Tanpa aba-aba, ia meraih bantal dan dipukulkannya ke kepala Erlang
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 115. Hidung Ivander sensitif

    Di kantor, udara terasa tenang sampai aroma parfum menyebar dengan cepat. Ivander duduk di depan tumpukan berkas, Erlang dan Rafli berdiri di depannya menunggunya menandatangani giro dan cek. Namun, tiba-tiba aroma parfum melewati hidung Ivander, seolah ada sesuatu yang tidak pas di antara wangi ruangan ini. Ia menoleh, menatap Pak Rafli dengan tatapan tajam. “Parfum apa yang Bapak pakai?” “Limited edition dari merk terkenal, Pak,” jawab Rafli dengan nada yang bangga.“Tapi, kenapa baunya seperti bangkai ayam?”Ivander segera menutup mulutnya. Bau itu bukan cuma tidak sedap yang benar-benar menyengat tenggorokan sampai dia merasa tercekik. Perutnya bergejolak kencang, rasa mual membanjiri badannya. Dia menatap Erlang dengan pandangan yang geram, lalu berdiri cepat dan lari ke arah kamar mandi.Kepergian Ivander yang tergesa-gesa membuat Rafli terbengong. Dengan cepat ia mengendus aroma di sekitar tubuhnya untuk memastikan. Tidak ada yang aneh. Ia mendekat ke Erlang dengan langkah

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 114. Menemui kakak Ernest

    “Apa maksud anda, Tuan? Kenapa bertanya apa bisa aku lakukan jika anda mau membantuku? Apa anda tidak marah pada mereka yang membuat Ernest mati?” cercah Celina dengan wajah heran dan kaget mendapat pertanyaan di luar dugaan. Sejak mendengar kabar kedatangan Ganesha ke Indonesia, Celina telah menguras semua jalur untuk bertemu dia. Pria itu hanya meraih sebatang rokok dan mulai menyalakannya. Tatapan matanya menggelap seraya berdiri. Dengan langkah tegap, ia mendekatinya ke sampai bayangannya menutupi cahaya di belakang Celina. Jemarinya menyentuh dagu Celina, menarik dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kepalanya mendongak. “Aku bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa! Ernest memang adikku. Tapi ayah kami sudah lama mencoretnya dari semua daftar, ahli waris, keluarga, bahkan dari ingatannya.”Bola mata Celina meledak melebar mendengarnya. Ganesha tidak bergerak, hanya menghisap rokoknya dengan santai, lalu menghembuskan asapnya langsung ke wajah Celina. “Huuk! Huuk!”Celin

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 113. Apa yang akan kamu berikan?

    "Akhirnya aku sampai." Celina melangkah keluar dari taksi, tangannya dengan cepat menekan topi agar tidak terlepas oleh angin. Masker di wajahnya membuat napasnya terasa sempit, tapi ia tidak peduli yang paling penting, dia tidak boleh dikenali. Lantas ia mengangkat kepala, dan mata dia langsung terjebak pada mansion mewah di depannya, membuat Celina menghela nafas panjang, dada dia naik turun pelan. “Kamu pasti bisa Celina,” bisiknya pada diri sendiri, berusaha keras untuk menenangkan debaran jantung yang semakin tak karuan. Celina menghela napas panjang sekali lagi, napasnya terasa dingin menyentuh tenggorokan. Ia meremas bagian ujung bajunya dengan kuat, lalu melangkah perlahan menuju petugas keamanan yang berdiri tegak tidak jauh dari gerbang. Sesampainya di depan pria itu, dia menahan napas sebentar sebelum membuka mulut. Lalu, dengan suara pelan, dia gegas mengatakan, “Permisi, Pak. Saya ingin bertemu dengan Tuan Ganesha.” Pria dengan wajah sangar dan mata tajam di de

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 112. Mari bercinta

    Setelah acara resepsi berakhir dan tamu mulai pulang satu per satu, Nyonya Anindita menyampaikan pesan pada Ivander; “Mama sudah menyiapkan kamar hotel untuk kalian berdua. Nikmati malam ini dengan baik. Ingat, Ivander. Kamu jangan kasar melakukannya.” Ivander hanya bisa tersenyum malu, sambil memegang erat tangan Syafana. Mereka tiba di lobi hotel yang sunyi, cahaya lampu hias membikin suasana terasa hangat dan romantis. Ivander membuka pintu lift untuk Syafana, tangan selalu menopang pinggangnya agar dia tidak terjatuh. Saat pintu lift tertutup, Syafana mendekat, kepalanya bersandar di dada Ivander. “Aku senang banget hari ini,” bisik Syafana, napasnya lembut menyentuh kain baju suaminya. “Semua orang juga bahagia. Ditambah, sesuatu yang sudah lama aku tunggu akhirnya tiba juga.” Ivander mencium puncak kepalanya dengan penuh kelembutan. “Aku juga senang, sayang. Kamu adalah wanita tercantik di dunia hari ini. Mari kita nikmati malam ini dengan bercinta.” "Dasar mesum."

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 111. Celana sobek

    "Selamat ya, Syafan. Aku kaget waktu dapet undangan resepsi. Padahal rasanya baru kemarin kita ngerayain kepulangan kamu ke Jakarta," ucap Naya, sahabat sekolah Syafana."Terima kasih sudah mau datang. Maaf, selama ini aku jarang menghubungi kalian," balas Syafana.Suara tawa dan bicara saling bersilang membanjiri ruang ballroom membuat suasana resepsi semakin hangat dan ramai.Di sudut paling depan, Bu Salsa menatap putri tunggalnya yang terlihat begitu bahagia. Mata Bu Salsa mendidih, kemudian tetesan air mata jatuh begitu saja. Hingga tiba-tiba, sebuah lembar tisu putih muncul di depan matanya. “Lihatlah, mereka begitu bahagia sampai hatiku juga terasa penuh,” ujar Nyonya Anindita dengan nada lembut, sambil menepuk bahu Bu Salsa perlahan. Bu Salsa menoleh, ia menerimanya selembar tisu itu seraya mengatakan, “Terima kasih Nyonya Anindita karena anda sudah menerima Syafana sebagai bagian dari keluarga anda.”“Tidak, jangan berterima kasih seperti itu. Justru, akulah yang berterima

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 110. Surat cinta Ivander

    Tuan Alexander langsung mendekapnya dengan begitu erat. Tubuhnya terasa hangat sampai Syafana merasakan sejuknya hati yang selama ini terkurung. “Mulai sekarang, kamu harus memanggilku Papa. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kita, Nak.”Kata-kata itu membuat tangis Syafana langsung pecah, menetes di bajunya Tuan Alexander. Semua waktu yang dia habiskan menunggu restu itu, diganti dengan kebahagiaan yang begitu dalam sampai sulit diucapkan.“Mulai sekarang, aku adalah orang tuamu,” lanjut Tuan Alexander seraya mengusap surai rambut Syafana yang panjang.Di kejauhan, Ghaisa berdiri berdampingan dengan Erlang, tangan pria itu menggenggam pinggangnya dengan lembut. Gadis itu melihat adegan Syafana dan Tuan Alexander, dada terasa sesak.Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tapi air mata tetap menetes. Tanpa berpikir, dia menggapai dasi di leher Erlang, mengusap ke wajahnya untuk mengelap ingus dan air mata yang bercampur.Erlang mendegus pelan, matanya tidak ada tanda kemarahan. “K

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status