แชร์

Bab 7

ผู้เขียน: Calla Widjaja
Pada Senin pagi.

Baru saja Shanaya tiba di Lumina Bioteknologi, dia pun menerima telepon dari Julian.

"Bu Shanaya, Pak Stanley ada waktu di Rabu pagi. Aku sudah aturkan janji temu pengambilan akta cerai di hari itu. Tolong datang tepat waktu."

"Baik."

Setelah menutup telepon, Shanaya menarik napas dalam-dalam. Dua hari lagi, dia sudah bisa mengakhiri pernikahan yang penuh tekanan ini.

"Kamu Shanaya, 'kan?"

Ketika melihat Shanaya, karyawan dari departemen SDM mengundangnya masuk.

"Meja kerjamu di sini. Tugas utamamu adalah bantu tim pengembangan obat dalam jalankan eksperimen dan kompilasi data. Fokus riset perusahaan yang terbaru adalah obat antikanker bertarget. Ini adalah materi yang terkait. Kamu baca saja dulu."

Shanaya melamar posisi asisten tim pengembangan obat. Karyawan departemen SDM pun menyerahkan setumpuk dokumen yang tebal kepadanya.

Pengembangan obat adalah proses yang panjang dan rumit. Jika ingin cepat bergabung dalam eksperimen, Shanaya harus memahami situasi proyeknya sesegera mungkin.

Shanaya duduk di meja kerjanya untuk meneliti dokumen-dokumen tersebut hingga lupa makan atau istirahat. Dia juga tidak lupa menandai poin-poin penting, lalu menambahkan pemikiran dan wawasannya sendiri.

Tanpa disadari, sudah waktunya pulang kerja.

Berhubung masih ada seperempat bagian dokumen yang belum dibacanya, Shanaya memutuskan untuk lembur. Ketika dia selesai membaca semua dokumen, waktu sudah menunjukkan lewat pukul sembilan malam. Langit di luar sudah gelap dan dia satu-satunya orang yang tersisa di kantor.

Shanaya bangkit dan pergi ke kamar mandi. Ketika kembali, dia mendapati sosok seseorang yang tinggi dan tampan sedang berdiri di dekat meja kerjanya. Pria itu membaca catatannya di dokumen dengan saksama.

"Pak Zevon," panggil Shanaya dengan sopan.

Mendengar suaranya, Zevon pun mendongak.

"Orang yang bisa baca habis dokumen-dokumen ini dalam tiga hari sudah termasuk cepat, tapi kamu cuma butuh sehari?"

"Emm .... Aku cuma pahami garis besarnya, masih ada beberapa detail yang perlu diteliti."

Zevon menutup dokumen di tangannya. "Kamu belum makan malam, 'kan? Ayo kubawa kamu pergi makan."

"Nggak usah, Pak Zevon."

Shanaya ingin menolak, tetapi Zevon berkata dengan nada setengah bercanda, "Kamu langsung lembur sampai selarut ini di hari pertama kamu kerja. Orang-orang yang nggak tahu mungkin akan kira aku ini bos yang keterlaluan. Demi reputasiku, setujui permintaanku, ya?"

Berhubung Zevon sudah berbicara begitu, Shanaya juga tidak bisa menolak lagi dan akhirnya mengangguk. "Oke."

Shanaya berjalan di depan sambil membawa tasnya, sedangkan Zevon berjalan di belakangnya. Melihat sosok Shanaya yang ramping dan cantik, sudut bibirnya tanpa sadar sedikit melengkung.

Hari ini, Zevon mengikuti sesi wawancara untuk majalah pebisnis. Ketika melewati perusahaan dan melihat masih ada lampu kantor yang menyala, dia pun masuk untuk melihatnya. Dia tidak menyangka bahwa yang sedang lembur adalah Shanaya.

Sebenarnya, Zevon sudah makan. Namun, jika bisa makan malam bersama Shanaya, tak ada salahnya dia makan lagi.

Zevon membawa Shanaya ke sebuah restoran khas. Saat memesan makanan, dia berbicara keceplosan, "Jangan taruh cabai atau jahe di makanannya."

Shanaya sedikit terkejut. Semua makanan yang dipesan Zevon adalah makanan favoritnya, sedangkan cabai dan jahe adalah makanan yang paling tidak disukainya. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana Zevon tahu kebiasaan makannya?

Seolah-olah menyadari kecerobohannya sendiri, Zevon segera berkata, "Akhir-akhir ini, tenggorokanku lagi sakit. Jadi, aku nggak tahan makanan pedas atau jahe. Kalau kamu mau, pesan saja beberapa makanan yang pedas."

Shanaya menggeleng. "Nggak usah. Makanan yang kamu pesan sudah cukup."

Mungkin, dia dan Zevon kebetulan punya selera yang sama. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana mungkin Zevon tahu seleranya?

Setelah makan malam, Zevon bersikeras mengantar Shanaya pulang.

"Gimanapun, kamu itu karyawanku. Nggak aman kalau kamu pulang sendirian selarut ini. Itu akan membuat bosmu kelihatan nggak berperasaan."

Di bawah tekanan moral, Shanaya lagi-lagi masuk ke mobil Zevon.

Damian yang sedang berkencan dengan seorang model muda kebetulan melihat hal ini dan segera mengambil fotonya. Kemudian, dia mengirimnya ke obrolan grup kecil yang hanya berisi dirinya, Stanley, dan Rafael.

[ Stanley, apa istrimu benar-benar punya selingkuhan? ]

[ Maybach S-Class nggak murah, lho! Apa karena nggak dapat keuntungan apa pun darimu, dia sudah pindah hati ke orang lain? ]

Stanley baru saja mendapatkan kerja sama bernilai triliunan. Dia pun mengklik pesan di obrolan grup. Ketika melihat foto Shanaya masuk ke mobil mewah pria asing, dia langsung marah besar.

Pantas saja Shanaya yang sebelumnya menolak bercerai malah berinisiatif mengajukan cerai kali ini. Dia pasti telah berhubungan dengan pria lain. Beraninya wanita ini berselingkuh secara terang-terangan saat masih terikat hubungan pernikahan dengannya. Shanaya benar-benar tidak menghormatinya!

Stanley ingin menelepon Shanaya untuk mengonfrontasinya. Namun, setelah mencari begitu lama, dia tetap tidak menemukan nomor Shanaya.

Selama empat tahun pernikahan, Stanley tidak pernah menyimpan nomor telepon Shanaya, apalagi meneleponnya. Dulu, Shanaya akan meneleponnya setidaknya dua atau tiga kali seminggu, lalu dengan hati-hati menanyakan apakah dia akan pulang atau tidak.

Setiap kali perlu menghubungi Shanaya, Stanley dapat dengan mudahnya menemukan nomor Shanaya hanya dengan melihat riwayat panggilan. Namun, dia telah mencari cukup lama dan tidak menemukannya kali ini. Setelah menghitung waktu, dia menyadari bahwa sudah sebulan Shanaya tidak meneleponnya.

Stanley menemukan nomor Shanaya di riwayat obrolannya dengan Eva. Dia menekan tombol menelepon dengan kesal.

Di sisi lain, Shanaya sedang duduk di mobil Zevon ketika ponselnya berdering. Melihat nomor yang familier di layar, dia pun tertegun.

Agar tidak melewatkan panggilan Stanley, Shanaya menyetel nada dering yang berbeda untuknya. Dulu, dia tidak berhenti berharap bisa mendengar nada dering itu. Akan tetapi, dia selalu dikecewakan.

Meskipun membutuhkan Shanaya, Stanley tidak pernah meneleponnya. Stanley selalu menghubungi Siska atau asistennya. Sekarang, ketika mendengar nada dering itu, Shanaya tidak tahu harus berbuat apa.

Melihat Shanaya yang termenung, Zevon yang berada di samping bertanya, "Kenapa kamu nggak angkat teleponnya?"

Shanaya menekan tombol menolak panggilan tersebut dan menjawab dengan suara datar, "Itu panggilan dari nomor nggak dikenal, mungkin salah sambung."

Zevon menyadari ada yang janggal dengan Shanaya. Jika itu hanyalah panggilan salah sambung, kenapa ada pergulatan di matanya?

Meskipun menyadari hal ini, Zevon memilih untuk diam.

Di hotel.

Begitu mendengar bahwa panggilannya ditolak, Stanley seketika murka. Wanita itu berani menolak teleponnya! Apakah dia merasa bersalah sehingga tidak berani menjawab telepon?

Stanley mengirimkan foto mobil itu kepada asistennya.

[ Selidiki siapa saja di Kota Himar yang punya mobil ini. Aku mau semua informasinya dalam tiga hari! ]

Stanley ingin tahu siapa yang begitu nekat hingga berani merebut istrinya. Meskipun dia tidak menyukai Shanaya, Shanaya tetap adalah istri sahnya. Selama mereka masih belum bercerai, Shanaya tetap adalah miliknya. Jika kabar mengenai wanitanya disentuh orang lain tersebar, bagaimana dia bisa mempertahankan harga dirinya di Kota Himar?

Tidak lama kemudian, mobil Zevon berhenti di pintu masuk sebuah kompleks perumahan. Shanaya pun membuka pintu dan keluar.

"Pak Zevon, terima kasih."

"Aku juga searah kok. Kamu nggak perlu begitu sungkan."

Shanaya berjalan masuk ke kompleks. Sementara itu, Zevon yang duduk di dalam mobil menatap punggungnya untuk waktu yang lama sebelum melaju pergi.

Di Kota Himar, kompleks ini hanya termasuk area menengah ke atas. Seingat Zevon, suaminya Shanaya adalah seorang pengusaha dan keluarganya termasuk yang paling kaya. Tidak mungkin mereka tinggal di tempat seperti ini. Satu-satunya kemungkinan adalah mereka telah pisah rumah.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 50

    Stanley mengerutkan kening dan menjawab, "Aku akan segera kembali."Setelah menutup telepon, dia menatap Shanaya. "Jangan lupa oles obat tepat waktu."Shanaya tidak menjawab.Baru saja keluar dari kamar Shanaya, Stanley kebetulan bertemu dengan Zevon yang baru keluar dari kamar sebelah. Saat tatapan mereka bertemu, udara terasa membeku.Zevon melirik ke arah Stanley dan pintu kamar 1806 secara bergantian. "Pak Stanley? Apa yang kamu lakukan di sini selarut ini?"Stanley membetulkan kancing kemejanya dengan santai dan menjawab, "Pak Zevon perhatian banget ke bawahan sampai rela berjaga di luar pintu malam-malam begini."Zevon menyahut dengan nada yang jauh lebih dingin daripada biasanya, "Setidaknya, aku melakukannya secara terang-terangan, nggak kayak seseorang. Kalau kamu nggak mencintainya, untuk apa kamu mengganggunya malam-malam begini?"Bibir Stanley melengkung, tetapi senyumnya tidak mencapai matanya."Sebaiknya Pak Zevon pahami situasinya. Shanaya itu istriku. Meski aku tidur di

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 49

    Sekarang, Shanaya malah terkesan lebih ingin bercerai daripada dirinya. Stanley menatap wajah Shanaya yang tenang, lalu tiba-tiba merasakan kejengkelan yang tak terjelaskan."Tok, tok, tok."Terdengar ketukan di pintu."Bu Shanaya, aku datang untuk antarkan gantungan baju yang kamu minta."Shanaya secara refleks ingin menjawab, tetapi takut orang lain mengetahui Stanley sedang berada di kamarnya. Ketika dia merasa ragu, terdengar lagi suara ketukan pintu. "Bu Shanaya? Apa kamu ada di dalam kamar?"Pintu kamar sebelah terbuka dan suara lembut Zevon bergema. "Ada apa?"Karyawan itu menjelaskan situasinya kepada Zevon.Zevon pun mengambil gantungan baju itu dan berujar, "Berikan saja padaku. Aku akan memberikannya kepadanya."Setelah karyawan itu pergi, Zevon mengetuk pintu kamar Shanaya."Naya, gantungan bajunya sudah dibawa kemari. Kamu ada di dalam?"Suara Zevon terdengar dekat, tepat di luar pintu. Detak jantung Shanaya tiba-tiba bertambah cepat, sedangkan jari-jarinya tanpa sadar me

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 48

    "Dia disengat ubur-ubur. Segera suruh dokter pergi ke kamar presidensial di lantai teratas!" perintah Stanley sebelum menggendong Devina masuk ke lift.Saat Stanley melewati Shanaya, ujung-ujung baju mereka saling bergesekan. Namun, rasanya seperti ada dinding tak terlihat di antara mereka. Rekan-rekan kerja Shanaya memandang punggung Stanley dan Devina dengan rasa iri."Wow! Pak Stanley baik banget ke pacarnya! Jarang banget ada pria yang begitu tampan, kaya, dan setia seperti dia. Pacarnya pasti pernah selamatkan galaksi di masa lalunya, makanya dia seberuntung itu di kehidupan ini."Zevon melirik Shanaya dengan khawatir. "Ya sudah, kalian semua kembali saja ke kamar untuk istirahat."Sementara itu, di kamar presidensial, dokter sedang merawat luka Devina. "Ini cuma sengatan kecil dan akan membaik setelah dioleskan obat."Setelah dokter pergi, Stanley mengambil jasnya dari kursi dan bersiap untuk pergi."Istirahatlah yang baik."Devina meraih tangan Stanley dan berkata, "Stanley, k

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 47

    "Pak Zevon!"Semua orang sontak berseru terkejut. Mereka mengira Zevon tidak bisa berenang. Tak disangka, gaya renangnya malah begitu sempurna, layaknya atlet profesional. Di tengah keterkejutan semua orang, Zevon dengan cepat menyelamatkan Sonny.Semua orang pun tercengang."Pak Zevon, kamu masih berani bilang kamu nggak bisa berenang?"Zevon menyeka air dari wajahnya dan tersenyum malu. "Waktu kuliah, aku itu anggota tim renang ....""Pak Zevon, kamu terlalu rendah hati!"Para karyawan pun berseru kagum."Ayo kita lomba!"Zevon diseret semua orang ke dalam air.Melihat Zevon kembali dengan selamat, Shanaya yang duduk di tepi pantai langsung menghela napas lega. Rekan-rekannya sedang bermain di laut. Shanaya yang bosan pun bermain ponsel. Tiba-tiba, ada sebuah notifikasi yang merekomendasikan trending topic kepadanya.Akun Devina baru saja diperbarui dengan serangkaian foto. Itu adalah foto dirinya yang sedang berjinjit untuk mencium pipi Stanley, dengan seekor lumba-lumba yang melom

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 46

    Stanley melihat dengan jelas tangan Zevon menyentuh pinggang Shanaya selama tiga detik. Dia juga melihat bagaimana Zevon menyampirkan jaket UV itu ke bahu Shanaya, tetapi Shanaya tidak menolak."Lagi lihat apa kamu sampai bengong?"Damian tiba-tiba mencondongkan tubuh dari belakang dan langsung merebut teropong dari tangan Stanley. Stanley masih tetap memasang ekspresi datar, lalu mengambil sampanye dari atas meja dan menyesapnya."Eh, bukannya itu calon mantan istrimu?" Damian bersiul dan melanjutkan, "Perkembangan mereka cepat banget! Stanley, menurutmu, mungkin nggak mereka sudah lama bersama ....""Memangnya kenapa?" sela Stanley. Ekspresinya terlihat dingin dan acuh tak acuh.Menyadari bahwa orang yang dilihat Stanley dari teropong adalah Shanaya, ada secercah kesuraman yang melintasi mata Devina. Namun, dia segera memasang senyum cerah. Dia berjalan cepat ke arah Stanley, lalu merangkul lengannya. "Stanley, dengar-dengar, sering ada lumba-lumba yang muncul di daerah ini pada sor

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 45

    Matanya pun berkilat tajam. Saat melewati Shanaya, dia berpura-pura tidak sengaja menabrak Shanaya."Ah!"Sup panas itu langsung tumpah dan sebagian besarnya mengenai pergelangan tangan Shanaya yang ramping. Bekas merah yang mengerikan langsung muncul di pergelangan tangan yang putih itu.Stanley segera memegang bahu Devina dan bertanya dengan khawatir, "Apa kamu terluka?"Devina menggeleng dengan tampang sedih. "Aku baik-baik saja." Dia melirik pergelangan tangan Shanaya yang bengkak dan merah, lalu pura-pura berkata, "Tapi tangan Naya sepertinya terluka ...."Stanley melirik luka Shanaya dengan dingin, lalu menyahut dengan acuh tak acuh. "Dia bisa mengurusnya sendiri."Shanaya pun terpaku di tempat. Nada Stanley yang dingin dan setiap patah kata yang terasa bagaikan untaian es yang menancap dengan mendalam di hatinya.Zevon yang menyaksikan kejadian ini dari kejauhan segera berlari mendekat."Minggir!"Dia mendorong Devina yang menghalangi jalannya, lalu mengambil sebotol air minera

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status