Share

Sang Penata Rias
Sang Penata Rias
Author: Juni Sari

BAB 1 - BERAWAL DARI MIMPI

JAERYN SALIM

Jaeryn! Jaeryn! Jaeryn!” suara sorakan fans terdengar kencang saat aku hendak menaiki panggung. Malam ini, aku akan melakukan siaran langsung dari studio Okay Tv.

“Halo semuanya ... namaku Jaeryn.” Aku menyapa sambil melambaikan tangan ke kamera dan membungkuk memberi hormat kepada penonton.

“Aku akan mempraktekkan makeup natural ala cewek jepang. Makeup ini akan memberikan hasil yang sempurna bagi kalian pecinta no makeup look. Makeup ini akan membuat kulit kalian terlihat super mulus tanpa terkesan cakey.”

“Pertama-tama ... kalian harus menyemprotkan toner, agar kulit kalian menjadi lembab,” ucapku sembari menyemprotkan toner ke wajah. Tetapi entah mengapa, saat itu aku malah merasa sekujur tubuhku ikutan basah oleh karena butiran-butiran cairan toner yang berterbangan tertiup angin.

“Woi! Bangun Jaeryn! Sekarang sudah siang! Udah nganggur bukannya bantuin Bunda jualan di depan! Malah molor aja. Bunda mau boker, nih!” bentak bunda yang membuyarkan mimpi indahku. Ternyata Bunda membangunkanku sambil menyipratkan air.

“Ah ... Bunda ... padahal aku tadi lagi mimpi jadi makeup artist terkenal,” jawabku sembari mengacak rambut.

“Haduh! Buang jauh-jauh mimpimu itu. Buktinya sampai hari ini kamu belum juga dipanggil untuk kerja, kan? Lamaran yang kamu bikin itu hanya buang-buang kertas saja. Kasihan pohon-pohon yang tertebang karena lamaran gak berguna kamu."

“Ih ... apaan, sih! Katanya mau boker? Yaudah sana,” jawabku sambil mengusir Bunda.

Aku pun beranjak ke depan untuk menjaga toko sembari meratapi nasibku yang masih jadi pengangguran. Aku sudah banyak melamar ke berbagi agensi artis untuk berkeja sebagai penata rias di sana. Ini sudah bulan kelima semenjak aku lulus SMA serta mencoba peruntunganku. Dan hari ini, aku masih begini-begini saja. Bangun siang lalu membantu Bunda berjualan di toko kosmetik yang telah dirintis orang tuaku sejak 22 tahun silam. Lebih tepatnya Ayahku. Tetapi karena Ayah dan Bundaku memutuskan untuk bercerai 5 tahun lalu, toko kosmetik ini diambil alih oleh Bunda. Lewat penghasilan dari toko kosmetik ini lah, kami bergantung untuk melanjutkan hidup.

Bosan rasanya jika hidupku hanya begini saja, hanya mampu mengeluh akan keadaan. Sambil meneguk segelas air putih di hadapanku, aku berdoa agar impiaku menjadi seorang penata rias dapat segera terwujud.

Di sela-sela aku berkeluh kesah, seorang pembeli yang masih memakai seragam SMA masuk ke dalam toko.

“Hai Kak, aku mau nyari lipstick yang warnanya natural. Mau aku pakai ke sekolah soalnya. Takut ketahuan guru. Hehehe ...”

“Kalau gitu kamu pakai lipbalm merk Noki-Noki aja. Nih ... aku ajarin kamu caranya supaya nggak ketahuan guru. Pertama-tama kamu pakai dulu ke bibir lalu diamkan selama 5 menit. Setelah itu, hapus pakai tisu. Nanti bibirmu akan merah alami,” jelasku panjang lebar.

“Wah ... gitu, ya, Kak? Oke lah! Kalau gitu aku coba satu.”

“Ashiaaap ... ini harganya 18 ribu, ya,” ucapku sambil menaruh lipbalm itu ke dalam kantung plastik.

“Sip ... makasih, ya, Kak,” ucap pelajar itu sembari membayar. Dia pun pergi meningalkan toko.

Karena merasa sangat lapar, aku pun bergegas ke dapur untuk mengambil sarapan. Tetapi langkahku terhenti karena ponselku berdering. Aku pun memutar langkahku untuk melihat siapa yang menelepon, dan ternyata panggilan itu dari nomor yang tidak aku kenal.

“Yaudalah angkat aja,” pikirku.

“Halo ...”

“Halo ... apa benar ini dengan Mbak Jaeryn?” tanya si penelepon dengan nada ramah.

“Iya benar, saya sendiri. Dengan siapa, ya?” tanyaku kembali.

“Mbak Jaeryn, saya Rudi dari Horas Entertainment. Saya ingin memberi kabar bahwa Mbak diundang untuk uji tes kemampuan ke kantor kami pada hari senin pukul 10 pagi. Apakah Mbak Jaeryn berkenaan untuk hadir?”

“Hah! Saya mas? Saya diundang tes? Tentu saja saya akan hadir,” ucapku antusias.

“Bagus sekali. Tetapi syaratnya Mbak Jaeryn harus membawa bahan praktek Mbak sendiri, ya. Mbak akan praktek langsung bersama artis yang nantinya akan berkerja sama dengan Mbak, jika Mbak diterima,” jelas Mas Rudi.

“Baik Mas Rudi. Saya akan menunjukkan kemampuan terbaik saya. Terima kasih banyak.”

“Ditunggu kehadirannya Mbak Jaeryn,” tutup Mas Rudi.

Aku senang setengah mati setelah mendengar kabar baik itu. Aku pun langsung menyambar kamar mandi untuk memberi tahu Bunda.

“Wah, gila! Bunda!” teriakku sembari menggedor pintu kamar mandi.

Bunda pun keluar dengan wajah kesal akibat kebisingan yang aku timbulkan. Bunda mulai bertanya mengapa aku begitu heboh. Kujelaskan padanya bahwa aku diundang uji tes kemampuan hari senin. Dan tak lupa pula kuberitahu bahwa aku mungkin akan mengambil beberapa bahan makeup dari toko.

Namun, reaksi Bunda sedikit mengecewakanku. Bunda pikir, semua itu hanyalah panggilan dari orang yang iseng. Atau mungkin hanyalah percobaan penipuan. Aku kesal mendengar ucapan bunda yang sama sekali tidak mendukung apalagi mendoakan. Tapi, aku tidak akan menyerah kali ini. Aku akan segigih mungkin, seakan-akan aku akan mati besok.

Daripada meratapi nasibku yang tidak mendapatkan dukungan, aku lebih baik memikirkan look apa yang sebaiknya aku tunjukkan pada hari senin nanti. Tapi, aku baru tersadar bahwa aku tidak tahu siapa artis yang dimaksud Mas Rudi. Jika aku tahu siapa artis itu, tentu akan lebih mudah bagiku. Agar aku juga tidak perlu terlalu banyak berlatih untuk look yang mungkin tidak cocok dengan artis itu.

***

Di dalam kamar, aku sibuk mengotak-atik komputerku.

“Artis yang bernaung di bawah Horas Entertainment.”

Aku mengetik kata kunci itu pada g****e, berusaha mendapatkan ide yang bagus. Muncullah kumpulan nama yang aku cari. Aku pun membuka gambar mereka satu per satu. Sialnya, tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali. Karena jujur saja, aku bukanlah pecandu musik atau hiburan televisi.

Setelah berjam-jam berselancar di internet, aku mulai menyerah. Anehnya tidak ada satu pun ide yang muncul di kepalaku. Tetapi sebelum aku mematikan komputer, aku memutuskan untuk menyelidiki nama terakhir pada daftar panjang orang-orang yang bernaung di bawah Horas Entertainment.

“Oh ... jadi ini yang namanya Geraldy,” gumamku sambil menatap layar komputerku.

Aku kembali teringat masa SMA. Teman-teman sekelasku tidak henti-hentinya mengucapkan nama itu setiap hari. Dan hari ini akhirnya aku mengetahui, apa alasan di balik kekaguman itu. Ternyata ketampanan Geraldy memang tampak tidak manusiawi. Bahkan aku mendadak jadi punya ide bagus.

Aku akhirnya memutuskan untuk membaca biodatanya karena penasaran. Aku tertawa kecil karena merasa terlambat mengagumi Geraldy. Biodatanya yang terpampang di komputer, merangkum lengkap jejak-jejak kelahirnya di bumi ini.

BIODATA GERALDY

Nama Lengkap: Geraldy Pratama

Tempat & Tanggal Lahir: Russia, 9 Desember 1998

Zodiak: Capricorn

Pekerjaan: Penyanyi dan Penulis Lagu

Tahun Aktif: 2018 -  sekarang

Label: Horas Entertainment

Aku akhirnya tahu alasan mengapa Geraldy begitu tampan. Ternyata Geraldy adalah blasteran. Aku sangat berharap kalau artis yang akan berkerja sama dengaku itu adalah benar Geraldy. Sebab, wajah Geraldy benar-benar memberiku begitu banyak inspirasi. Tapi, mau bagaimanapun aku harus mempersiapkan look cadangan. Untuk jaga-jaga apabila nanti artis yang dimaksud Mas Rudi bukanlah Geraldy.

***

Waktu bergulir cepat, hari senin pun tiba. Aku mengawali hari dengan penuh semangat meskipun semalam aku tidak bisa tidur nyenyak karena terlalu khawatir. Aku merias wajahku sesempurna mungkin, guna mempercantik diri sekaligus menunjukkan bakat. Aku harus tampil dengan penampilan yang tidak terkesan berlebihan, tetapi tetap terlihat sebagai sosok yang profesional. Kesan pertama sangat penting bagiku.

Aku berjalan ke ruang depan untuk mengambil beberapa alat makeup di toko. Aku menoleh ke arah bunda sembari tersenyum, tetapi bunda sama sekali tidak membalas senyumanku. Sembari membuka rak kaca aku berkata,

“Bunda aku ambil foundation yang merk Noki-Noki, ya.”

“Kenapa bawa yang mahal? Belum tentu diterima juga, kan. Bikin rugi aja kamu ini,” ucap bunda yang sukses membuatku patah semangat.

“Iya, maaf bunda. Tetapi memulai karir, kan, memang perlu modal. Nanti Jaeryn ganti, deh, kalau sudah punya uang,” balasku dengan nada lemas.

Aku menghela nafas panjang. Entah mengapa Bunda tidak pernah mau mendukung impianku sebagai penata rias. Aku sangat tidak paham mengapa bunda seperti itu. Apa karena Ayah? Aku menghela nafas lagi.

***

Aku memutuskan untuk menaiki taxi online menuju gedung Horas Entertainment. Sepanjang perjalanan, aku jantungan setengah mati. Aku menebak-nebak bagaimanakah nasib impianku setelah ini. Apakah kali ini aku akan berhasil ataukah gagal?

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya aku tiba di depan gedung Horas Entertainment. Gedung itu menjulang tinggi, setinggi harapanku. Di depan gedung, terpampang luas pamflet dengan wajah karismatik Geraldy.

“Dia pasti artis kebangaan Horas Entertainment,” gumamku.

Aku lantas memasuki gedung Horas Entertainment dan segera mengampiri meja informasi. Segera kutanyakan pada staff di balik meja informasi itu, bagaimana caranya agar aku dapat bertemu dengan Mas Rudi. Awalnya staff itu menatapku ragu, tapi akhirnya ia menunjukkan jalannya padaku setelah aku menceritakan apa tujuanku menemui Mas Rudi.

Aku diarahkan untuk naik ke lantai 5 gedung ini. Dan setelah sampai di lantai 5, aku harus mencari sebuah ruangan yang bertuliskan kamar rias.

Pintu lift pun terbuka saat aku telah tiba pada lantai 5. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari kamar rias, tetapi tidak juga aku temukan. Aku memutuskan untuk berjalan sampai ke ujung lorong. Akhirnya, aku menemukannya!

“Tok ... tok … tok ...”

Aku mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan kamar rias itu. Seorang pria  membukakan pintu untukku dan berkata, “Mbak Jaeryn, kan?”

 Aku mengiyakan sembari mengikuti ajakannya memasuki ruangan itu. Di dalam ruangan, terjejer rapi meja-meja rias berserta lampu bercahaya kuning untuk membantu penerangan. Ada seorang pria lainnya di sana, ia duduk membelakangiku sambil menggunakan headset. Setelah kuintip layar ponselnya, dia sedang bermain game. Ku tebak pria ini adalah artis yang nantinya akan bekerja sama denganku.

“Pagi Mbak Jaeryn … saya Rudi yang menelepon kemarin,” ucap Mas Rudi sambil menyodorkan tanganya untuk aku jabat. Aku pun melayani jabatan tangan itu. Kemudian Mas Rudi menepuk pundak pria yang duduk membelakangiku itu. Dia sedaritadi juga tidak menyadari kedatanganku. Pria itu pun menoleh cepat.

“Geraldy?!” Jeritku dalam hati. Aku tertohok menatap Geraldy tanpa berkedip.

Tak bisa kupercaya bahwa pria itu adalah Geraldy. Iya … itu benar adalah Geraldy, seorang pria yang memiliki paras tampan yang tidak manusiawi.

Geraldy pun segera melepaskan headsetnya dan berhenti bermain game setelah menyadari kedatanganku. Geraldy beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiriku. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seorang manusia, wujudnya itu terlalu sempurna untuk disebut sebagai seorang manusia. Tubuhnya berotot tebal dan bahunya lebar. Kulitnya sangat mulus dan kilat persis seperti yang kulihat dari foto. Ketika dia berdiri di depanku untuk berkenalan, aku tebak tingginya pasti diatas 185cm. Matanya sangat besar serta bersinar, hidungnya pun mancung bagai menantang, lalu bibirnya tebal dan juga berwarna segar.

“Kita langsung mulai saja,” ucap Geraldy tidak ingin basa basi. Aku mulai merasa canggung karena Geraldy tampak seperti orang yang tidak bersahabat. Rasa kagumku padanya menjadi runtuh seketika.

Aku memutuskan untuk menyusun alat makeup yang aku bawa satu per satu ke atas meja rias. Sebelum aku memulai aksiku, Mas Rudi meyemangatiku dengan berkata, “Santai aja, ya … jangan grogi.”

Aku menatap wajah Geraldy yang memberikan ekspresi dingin kepadaku. Aku bertanya kepadanya kira-kira hasil makeup seperti apa yang dia inginkan. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku menangkap arti tatapan itu, dia tidak ingin menjawab pertanyaanku. Dengan rasa kesal, aku pun memulai pekerjaanku dengan mengoleskan pelembab pada wajahnya. Geraldy pun memejamkan matanya sembari mencoba untuk tertidur.

Setelah 1 jam berlalu, akhirnya pekerjaanku selesai dengan sempurna. Aku puas dengan hasil riasanku.

“Udah selesai, nih,” ucapku sambil mundur selangkah. Geraldy pun membuka matanya dan mulai berkaca. Dia pun masih tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadaku.

“Bagus, nih … Geraldy jadi terlihat semakin karismatik,” puji Mas Rudi. Aku tersenyum lega mendegar ucapan itu. Aku semakin percaya diri kalau aku akan diterima bekerja.

Tiba-tiba Geraldy beranjak dari tempat duduknya. Dia mengambil ponsel, tas dan jaket bewarna coklat yang tergantung di balik kursi. Dia meninggalkan kamar rias begitu saja. Lebih tepatnya dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan biasanya kalau seseorang tidak meyukai hasil riasanku, mereka akan memaki. Tapi ini pertama kalinya ada seseorang yang pergi begitu saja tanpa mengkritik atau bahkan memuji. Aku terheran-heran dengan sikap Geraldy.

Mas Rudi pun segera meluruskan situasi dengan berkata “Jika Geraldy tidak bilang apa-apa berarti dia menyukainya. Mulai besok, Mbak Jaeryn sudah resmi bekerja pada Horas Entertainment. Selamat bergabung, ya, Mbak Jaeryn.” Mas Rudi menjabat tanganku sekali lagi.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status