Share

Sang Pengawal
Sang Pengawal
Penulis: Rindu Rinjani

Part 1

“Ka … ka ….”

Erenst McCall mencoba untuk membuka mulutnya dan berbicara pada seorang wanita berparas ayu dengan tubuh seperti biola yang berdiri di sampingnya, Vanessa McCall. Beberapa kali Ernest mengerutkan alisnya menahan sakit akibat kesulitan untuk bernapas apalagi untuk bicara.

Namun pria ini tak menyerah, ia masih berusaha untuk mengangkat tangannya untuk mengambil masker hidung yang terhubung dengan tabung oksigen.

“Kau ingin ini? Ha ha coba saja kalau bisa!” seru Vanessa McCall wanita yang ia nikahi hampir sepuluh tahun lamanya.

Masker hidung itu memang berada di tangan Vanessa, dan itu memang sengaja dilakukan olehnya. Vanessa sudah muak dengan Ernest yang terus menerus berbaring lemah di tempat tidur.

Wanita berambut warna tembaga itu pun menjatuhkan masker hidung yang biasa dipakai suaminya ke lantai. Kemudian ia tertawa dengan keras, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kau ingin mengatakan sesuatu Ernest ku sayang?” tanyanya dengan angkuh.

“Vanessa kumohon kembalikan maskerku. Aku tak bisa hidup tanpa benda itu,” teriak Ernest dalam hati.

Usia Ernest memang terbilang masih muda. Usia matang bagi seorang lelaki, masih empat puluh lima tahun.

Seharusnya pria ini berdiri dengan gagahnya dan merasakan indahnya berada di puncak kesuksesan bisnis yang telah ia bangun selama ini. Namun tidak dengan Ernest, ia justru terbaring lemah di tempat tidurnya sejak dua tahun yang lalu.

Semua berawal dari Ernest yang seringkali merasakan pusing pada kepalanya, hingga tubuhnya mudah sekali kelelahan. Saat itu Vanessa membawanya untuk ke dokter dan ia hanya diberikan vitamin.

Ernest tentunya berharap agar keluhan pada fisiknya segera teratasi. Namun ternyata itu hanyalah harapan. Berkali-kali ganti dokter, tapi tak satupun berhasil menyembuhkan penyakitnya. Justru keadaannya semakin buruk. Puncaknya delapan bulan lalu tubuhnya mulai lumpuh dan kesulitan dalam bernapas.

Perusahaan McCall Enterprise yang ia dirikan pun akhirnya dikelola oleh Vanessa. Istrinya memegang penuh kendali atas perusahaannya, karena tiap kali Ernest mencoba berpikir kepalanya terasa sangat pusing, dan jantungnya terasa melemah.

Kali ini Ernest menatap istrinya yang tengah berdiri di samping ranjangnya. Ini kali pertama ia melihat Vanessa bertindak tak biasa.

Wanita bermata biru yang ia nikahi ini selalu bersikap lembut dan penuh kasih padanya, terutama di saat tubuhnya mulai sekarat. Ia tak pernah mengira kalau Vanessa akan berani mencabut masker hidungnya dan membuangnya ke lantai seperti saat ini.

“Ha ha, kenapa Ernest? Kau kaget melihatku bisa melakukan ini? Dasar kau pria bodoh yang tak berguna!”

Seorang pria seumuran Ernest pun masuk dari pintu kamar yang memang terbuka. Pria itu terlihat gagah dan tegap, kulitnya kecokelatan dengan jambang tipis di pipinya.

Ini pertama kali Ernest melihatnya secara langsung, tapi di surat kabar ataupun televisi ia sudah sering melihat pria itu. Dialah Leon Ramford, yang biasa disebut Tuan atau Don Ramford seorang pebisnis sekaligus pimpinan dunia bawah tanah.

Leon Ramford sama sekali tak memiliki sopan santun di hadapan Ernest. Bahkan ia tak ragu untuk memeluk pinggang ramping istrinya dan mengecup wajah Vanessa yang halus seperti pualam.

Pemandangan ini tentu membuat batin Ernest terkoyak, ingin sekali ia marah dan memukul Ramford yang berani-beraninya bermesraan dengan istrinya yang cantik. Terlebih lagi Vanessa sama sekali tidak menolak apa yang dilakukan Ramford, ia justru membalas belaian dan ciuman mesra itu.

“Sial! Vanessa kenapa kau diam saja. Kau harus marah, pukul dia Vanessa!” omel Ernest dalam hati.

Apa daya tubuhnya begitu lemah, sangat sulit untuk digerakkan. Semakin ia mencoba mengangkat tangannya, semakin sesak dadanya untuk bernapas.

“Vanessa … apa yang kau lakukan? Jangan Vanessa!” sekali lagi batin Ernest berteriak.

“Kau cemburu ya Ernest? Ayo akui saja kalau kau cemburu melihat kedekatanku dengan Ramford. Baiklah agar kau tak mati penasaran aku akan jelaskan semua kepadamu. Aku dan Ramford sudah lama menjalin hubungan, hmm kurang lebih tiga tahun lamanya,” kata Vanessa dengan bangga dan semakin membuat dada Ernest terasa sakit.

Pasangan selingkuh itu kembali berciuman di hadapan Ernest yang sekarat, kemudian Vanessa berkata kembali,

“Kau tahu Ernest, selama ini obat-obat yang kau minum adalah obat palsu yang mengandung arsenik, itulah sebabnya tubuhmu semakin lemah. Kau ingin tahu bagaimana kau mendapat obat itu. Tentu saja atas bantuan kekasihku, Leon Ramford yang begitu hebat dan berpengaruh, hingga semua dokter meracik obat yang mengandung arsenik,” jawab Vanessa culas.

“Sial! Jadi ini semua ulahmu Vanessa!” amuk Ernest dalam hati.

Tatapan matanya yang tadi penuh harap pun berubah tajam ke arah Vanessa dan kekasihnya. Pengkhianatan yang diterimanya ini benar-benar menyakitkan.

Leon Ramford mendekatkan tubuhnya pada pria yang kini terbaring tak berdaya di hadapannya. Mulutnya hanya berjarak dua inchi dari telinga Ernest, lalu membisikkan sesuatu di sana.

“Kau tenang saja, aku akan menjaga istrimu yang cantik setelah kau mampus. Akan kunikmati tiap saat menyentuh kulit halus dan aroma tubuhnya yang begitu menggoda, tentu saja dengan semua uang yang telah kau kumpulkan. Mengenai kedua anakmu, nanti akan kupikirkan lagi, karena aku tak menginginkan kehadiran mereka.”

“Ti … ti,” Ernest tak bisa melanjutkan kalimatnya, dadanya terasa sakit dan tubuhnya mengejang. Sementara Vanessa dan Leon keluar dari kamar itu sambil tertawa.

                                  ***

Leon menuangkan champagne pada gelas berkaki dan memberikannya pada Vanessa yang tengah duduk di sofa ruang tengah mansion Ernest yang megah.

“Silakan cantik,” katanya sambil membungkuk pada wanita yang duduk menyilangkan kaki.

“Terima kasih sayangku,”

Mereka berdua pun bersulang dengan penuh kemenangan dan tertawa dengan begitu bahagia.

“Untuk akhir hidup Ernest yang tragis!” seru Vanessa.

“Untuk kekayaan kita yang melimpah!” seru Leon.

Kedua sejoli itu pun tampak asyik menikmati minuman mahal dalam genggaman mereka, tak mempedulikan Olive dan Daniel, kedua anak Vanessa dengan Ernest yang berteriak di kamar sang ayah. Saat sedang bercengkrama, ponsel di saku jas Leon Ramford pun bergetar mengganggu kemesraan pasangan laknat itu.

“Tunggu sebentar Sayang, ini dari anak buahku dan aku harus menjawabnya,” katanya meminta ijin.

Leon Ramford pun segera berbicara pada anak buahnya yang menelepon, tanpa perlu menyembunyikan dari Vanessa. Wanita yang ia kencani sudah tahu segala hal tentangnya termasuk semua bisnis gelap yang dimiliki.

“Hmm, jadi seperti itu ceritanya. Kau urus saja semuanya, aku mau terima beres!” perintah Don Ramford pada anak buahnya.

Vanessa menoleh pada kekasihnya yang sekarang wajahnya tampak sedikit menegang. Jelas wanita itu terlihat khawatir.

“Kenapa Sayang?”

“Huh hanya masalah kecil, Cantik. Salah satu anggota tim pengawalku mengalami kecelakaan beruntun di batas kota. Sebenarnya berita tentang kecelakaannya tidak begitu penting bagiku karena ia hanya bawahan.”

Vanessa masih menatap kekasihnya dengan matanya yang biru. Ia menunggu keterangan lebih lanjut dari Ramford.

“Hanya saja si bodoh itu membawa salah satu mobil terbaikku dan sekarang mengalami kecelakaan. Untunglah mobil itu dilengkapi dengan asuransi, dan kuminta anak buahku yang lain mengurusnya.”

“Hmm lalu apa pengawalmu masih hidup?”

Ramford menganggkat bahu, “Entahlah, siapa juga yang peduli denngan Maxim si pengawal tak berguna itu?” balas Ramford sambil meminum champagnenya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status