Share

Adegan Dewasa

Mobil Prasetyo terus melaju, dan setelah satu jam perjalanan mobil berhenti di depan bangunan mewah yang disebut sebagai hotel berbintang lima di kota itu. Prasetyo keluar dari dalam mobil diiringi oleh Linda. Wanita paruh baya itu tidak memikirkan hal apa pun saat ini, ia hanya mengikuti langkah lelaki yang ada jauh di depannya dengan tenang.

Linda membiarkan Prasetyo mengurus administrasi terlebih dahulu, ia memilih duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Prasetyo menghampiri Linda yang masih memperhatikan lingkungan sekitar, lelaki itu tersenyum tipis melihat tingkah wanita yang ada dihadapannya.

“Kamu belum pernah ke sini? kok kayak orang bingung gitu?” tanya Prasetyo pada wanita dua anak itu.

“Iya, Mas. Saya belum pernah ke sini sbeelumnya, lagian buat apa saya ke sini,” jawab Linda jujur pada lelaki yang menahan tawanya.

Prasetyo meraih tangan lembut Linda dan merangkul pinggul wanita paruh baya itu. Kedua manusia itu masuk ke dalam sebuah kamar yang telah di pesan sebelumnya. Linda memperhatikan isi kamar yang hanya beberapa benda di dalamnya, ia masih belum paham dengan keberadaannya di sana.

“Kamu istirahat aja dulu, Sayang. Aku mau mandi, atau kamu mau mandi juga?” tawar Prasetyo pada Linda.

“Nggak, Mas. Duluan aja, nanti kita gentian aja,” balas Linda pada lelaki yang melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

***

Di universitas yang terlihat sedikit megah dan luas, Rinjani tengah mengasah otaknya di dalam kelas. Para mahasiswa dan mahasiswi sedang fokus pada lembar jawaban mereka masing-masing, karena saat ini mereka tengah mengadakan uji kompetensi harian.

Mahasiswi cantik itu berdiri dan bergegas mengumpulkan lembar jawabannya yang penuh coretan, Rinjani meletakkan lembar jawabannya di atas meja. Ia adalah orang pertama yang menyelesaikan ujian itu.

“Rinjani, kamu gak nyontek atau lihat jimat kan? Kalau itu terjadi, nilai kamu akan bermasalah sama saya untuk seterusnya,” ucap dosen pengawas pada mahasiswi cantik itu.

“Pak, seumur hidup saya gak ada yang namanya nyontek sama lihat jimat ya! memangnya masalah kalau saya orang pertama yang ngumpul jawaban,” tukas Rinjani pada dosen itu.

Semua mahasiswa dan mahasiswi tidak heran dengan ucapan yang terlontar dari bibir Rinjani, karena mereka sudah paham akan sikap mahasiswi cantik itu. Rinjani memang mahasiswi cerdas dan tegas, ia tidak akan terima jika dirinya dituduh tanpa bukti, itu yang mengakibatkan dirinya tidak memilki teman.

Rinjani kembali ke tempat duduknya dan meraih tas seraya melangkah pergi dari dalam kelas. Ia khawatir jika amarah dalam dirinya akan meledak dan itu akan bahaya pada orang lain. Mahasiswi cantik itu keluar dari kampus menuju taman yang ada di sekitarnya.

Mahasiswi cantik itu menatap langit biru yang indah, ia memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya yang tidak kacau, malainkan mengharapkan sesuatu yang mengganjal dalam dirinya dapat normal kembali.

“Hei, sendiri aja? memangnya kamu gak kepanasan memandang matahari itu?” tanya seseorang yang baru saja menghampiri Rinjani.

Mahasiswi cantik itu membuka matanya perlahan dan menatap siapa yang datang. Orang itu tersenyum manis padanya, dan duduk di dekat Rinjani tanpa minta izin terlebih dahulu.

“Apakah kali ini kamu akan menghindari saya, Rinjani? Jika memang begitu, lebih baik saya pergi,” ujar seseorang itu yang tak lain adalah laki-laki yang menjadi dosen di kampus Rinjani.

“Kapan saya menghindari anda, Pak? Jika anda ingin pergi silahkan!” balas Rinjani pada dosen itu.

“Baiklah, saya akan tetap di sini menemani kamu. Akan lebih baik jika kita sedikit mengobrol, bukan?” tanya lelaki itu pada Rinjani.

“Pak Alif, saya duduk di sini bukan nunggu seseorang buat ngobrol, tetapi mencari sedikit ketenangan. Apakah anda bisa diam untuk sementara waktu?” Rinjani memejamkan matanya kembali seraya menengadahkan wajahnya ke arah langit.

“Kamu memang cantik Rinjani, tidak sia-sia saya melabuhkan hati padamu. Akan tetapi, apakah kamu punya rasa yang sama dengan saya?” ujar Alif dalam hatinya sambil memandang mahasiswi cantik itu.

***

“Rindu, kita pulangnya sama aja ya! bentar lagi mama jemput aku kok,” ujar Bintang pada Rindu.

“Memangnya mama kamu jemput pakai apa? kalau pake motor mana muat, Bintang,” balas Rindu pada sahabatnya.

“Kalian tenang aja, kali ini mama jemput pakai mobil. Jadi kita bertiga bisa pulang bareng,” ucap Bintang penuh semangat.

Rindu dan Bulan saling pandang, seolah saling memberi kode persetujuan. Tiga gadis cantik itu keluar dari lingkungan sekolah dan menunggu kedatangan mama Bintang di depan gerbang. Tidak alam kemudian, sebuah mobil putih berhenti di depan mereka, seorang wanita yang terlihat cantik keluar dari mobil dengan stylenya seperti bisnis women. Memang benar, mama Bintang ialah seorang pebisnis.

“Hai, gadis cantik. Maaf saya terlambat, ayo masuk ke dalam mobil!” ajak mama Bintang pada tiga gadis itu.

Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang. Sementara itu mama Bintang memutar lagu kesukaannya yaitu album Ratih Purwasih. Tiga gadis cantik itu menikmati alunan lagu yang mengiringi perjalanan mereka, tidak ada perbincangan khusus hingga mobil berhenti di depan rumah Rindu.

***

Di dalam kamar hotel, Prasetyo keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pada setengah badannya. Meskipun umur sudah cukup tua, tetapi fisik masih terlihat segar dan bugar karena lelaki itu suka berolahraga.

Linda menelan salivanya melihat pemandangan gratis tepat dihadapannya. Entah apa yang ia rasakan, seolah tubuhnya ingin menjamah tubuh Prasetyo yang terlihat sangat atletis. Lelaki itu tersenyum tipis melihat Linda bertingkah begitu, seolah ia tahu apa yang ada dalam pikiran wanita itu.

“Sayang, ini giliranmu untuk membersihkan tubuhmu. Baru setelah itu kita kerja,” bisik Prasetyo pada wanita itu.

Linda beranjak dari kasur dan buru-buru masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, wanita paruh baya itu menunaikan ritual mandinya, ia juga memanjakan tubuhnya di dalam bath up yang dipenuhi oleh busa dari sabun.

Setelah selesai mandi, Linda keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. Wanita dua anak itu malu-malu meletakkan bajunya di tepi kasur karena kamar tampak kosong. Ia memastikan tidak ada orang lain di sana kecuali dirinya.

Linda dengan lihainya hendak memasang kecamata yang membungkus dua gunung kembar miliknya. Akan tetapi kegiatannya itu terhalang oleh sebuah tangan yang menahan dirinya. Prasetyo memeluk tubuh wanita itu dari belakang dan menciumi leher yang terlihat sangat mulus itu.

Linda sedikit mendesah karena mendapat perlakuan yang sudah lama terpendam dalam dirinya. Ia berbalik badan dan menatap wajah Prasetyo dengan intens dan mengharapkan sesuatu yang lebih. Lelaki itu tersenyum dan langsung menjalankan aksinya, Prasetyo mendaratkan bibirnya pada bibir Linda.

Dua manusia itu saling beradu lidahnya dan menyesuri apa yang ada dalam mulut masing-masing. Tangan Prasetyo mulai mengelus wajah wanita itu dengan lembut, lalu turun tepatnya pada punggung Linda dan melepaskan kait kecamata yang membungkus gunung kembar milik Linda.

Perlahan tangan Prasetyo masuk ke dalam handuk dan bermain dengan gunung kembar yang penuh dalam genggamannya. Linda merasakan ada sesuatu yang berbeda, sesekali ia mendesah nikmat dan melepaskan pagutan bibir mereka.

“Ah, kenapa begitu nikmat sekali? Kapan kita akan bekerja?” desah Linda pada Prasetyo.

“Kita sedang bekerja, Sayang. Aku akan memulainya,” ucap Prasetyo lembut.

Lelaki itu menuntun sekaligus merebahkan tubuh Linda ke atas kasur, sementara bibir mereka masih bersatu. Prasetyo tidak bisa menahan hasratnya dan melepaskan balutan handuk miliknya dan wanita paruh baya itu.

Tangan dan bibir Prasetyo menyusuri gunung kembar milik Linda, hanya ada desahan dan kenikmatan yang wanita itu rasakan, ingin sekali ia menolak hal itu tetapi tidak dengan tubuhnya. Dua insan itu menyatukan miliknya dan menuju syurga dunia.

“Ah, ah, ah, pelan-pelan, Mas. Sakit banget tau!” desah Linda kesakitan.

“Aku sudah berusaha pelan, Sayang. Akan tetapi milikmu sangat sempit, seperti seorang perawan,” balas Prasetyo.

Keduanya bermain hampir tiga jam, keringat membasahi tubuh Linda dan Prasetyo. Wanita paruh baya itu memejamkan matanya karena kelelahan, Prasetyo memeluk tubuh wanita itu dengan penuh kasih sayang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status