Share

iblis sepenuhnya

last update Huling Na-update: 2025-03-22 23:48:29

BRAKK!

Pintu sel terbuka keras, menghantam tembok dengan suara gemuruh yang menggema di sepanjang koridor. Langkah kaki Althalan terdengar tenang, tapi aura di sekelilingnya terasa seperti pusaran badai yang siap menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya.

Mata heterochromia sektorial violetnya berkilat tajam dalam kegelapan, mencerminkan kegelapan yang semakin mencengkeram pikirannya. Darah masih menetes dari jemarinya, meninggalkan jejak merah di lantai yang dingin.

"Bagus… Lanjutkan," suara Devil Nightmare bergema di dalam kepalanya. "Lebih banyak… Lebih dalam…"

Althalan tidak menjawab. Dia hanya berjalan, tubuhnya rileks tapi setiap ototnya menegang, siap menerkam siapa pun yang berani menghalangi.

Tahanan lain yang melihatnya langsung mundur ketakutan. Sebagian membungkuk, berpura-pura tak melihat. Yang lain menempel ke tembok, menahan napas. Tidak ada yang berani menantang iblis yang baru saja lahir di dalam penjara ini.

Namun, di ujung lorong, tiga pria bertubuh besar berdiri menghadang jalannya. Mereka bukan tahanan biasa. Seragam mereka berbeda, menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang punya kuasa di sini.

Salah satu dari mereka—seorang pria berkepala botak dengan bekas luka di pelipisnya—menyeringai sinis.

"Lo pikir lo siapa, bocah?" suaranya berat dan dalam. "Baru ngebantai beberapa orang, terus ngerasa paling kuat?"

Dua pria di sebelahnya tertawa kecil.

"Gue suka anak-anak yang sok jago gini," salah satunya berkata, memutar-mutar pisau lipat di jarinya. "Biasa jadi hiburan yang seru."

Althalan berhenti. Kepalanya sedikit miring, ekspresinya tetap datar.

"Siapa kalian?" suaranya dingin, nyaris tak beremosi.

Pria botak itu terkekeh.

"Kami penguasa tempat ini."

SESST!

Althalan menghilang.

Pria botak bahkan tidak sempat berkedip ketika sebuah tinju menghantam dadanya dengan kekuatan mengerikan.

BUGH!

Darah menyembur dari mulutnya. Matanya melebar saat tubuhnya melayang ke belakang, menabrak tembok dengan suara keras.

BRAKK!

Retakan muncul di dinding tempat tubuhnya menghantam, dan dia langsung ambruk ke lantai, merintih kesakitan. Dua pria lainnya membelalak.

"Brengsek!"

Mereka berdua langsung menyerang bersamaan. Yang satu mengayunkan pisaunya ke leher Althalan, yang lain melayangkan tinju ke perutnya.

SESST!

"Ahh shit here again!"

Althalan menghindar dengan gerakan halus. Pisau itu hanya mengenai udara kosong. Tinju itu pun tak pernah mencapai tubuhnya. Dalam satu gerakan cepat, dia menangkap tangan si pria yang membawa pisau dan…

KRAKK!

Tulangnya patah. Jeritan melengking memenuhi lorong. Pria yang satunya mencoba mundur, tapi Althalan tidak memberi kesempatan.

BUGH!

Sebuah tendangan menghantam sisi kepalanya, membuatnya terpelanting ke lantai. Althalan melangkah maju, menginjak dada pria itu dengan keras.

"Ngghh… Sialan…!" pria itu berusaha melepaskan diri, tapi tekanan Althalan terlalu kuat.

Althalan menatapnya dengan ekspresi kosong.

"Lo pikir lo siapa?"

Tangan Althalan terangkat. "Gue penguasa di sini."

KRAKK!

Sebuah pukulan menghantam wajah pria itu, mematahkan hidungnya seketika.

Yang lain hanya bisa gemetar ketakutan. Althalan tidak peduli. Dia menoleh, melihat para tahanan lain yang hanya bisa menyaksikan dengan ngeri.

"Dengar baik-baik," suaranya tenang tapi tajam seperti pisau.

Mata heterochromia sektorial violetnya bersinar dalam kegelapan.

"Mulai sekarang, tempat ini milik gue."

Dan tak ada satu pun yang berani membantah.

Setelah menancapkan dominasinya di dalam penjara, Althalan berjalan santai melewati lorong, meninggalkan tubuh-tubuh yang berserakan di belakangnya. Langkah kakinya menggema di keheningan yang penuh ketegangan. Para tahanan menunduk, menahan napas saat dia lewat. Mereka tidak berani mengangkat kepala, apalagi menantang tatapan matanya yang penuh kegelapan.

Devil Nightmare tertawa puas di dalam kepalanya.

"Kau mulai memahami, Althalan. Rasa takut… adalah kunci kekuasaan."

Althalan tidak menjawab, hanya sedikit mendongak, merasakan udara dingin di dalam penjara yang terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Dia tidak perlu berbicara untuk menunjukkan siapa yang sekarang berkuasa. Satu pertarungan sudah cukup membuat semua orang paham.

Namun, saat dia mencapai area kantin, tatapannya tertuju pada seseorang yang berdiri di sudut ruangan.

Seorang pria bertubuh tegap, dengan rambut hitam sedikit panjang yang diikat ke belakang. Mata pria itu berwarna biru gelap, tajam seperti elang yang mengamati mangsanya. Tidak seperti yang lain, pria ini tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun saat menatap Althalan.

Althalan menghentikan langkahnya.

Pria itu menyeringai.

"Jadi ini bocah yang bikin kehebohan?" suaranya berat, tapi ada nada kekaguman di dalamnya.

Tidak ada yang berani bersuara.

Althalan tetap diam, hanya memperhatikan pria itu dengan ekspresi datar.

"Gue udah denger nama lo, Althalan," pria itu melanjutkan, menyilangkan tangan di dadanya. "Lo ngerebut tahta dalam waktu singkat. Kesan pertama yang cukup gila."

Althalan mengangkat sebelah alisnya.

"Lo siapa?"

Pria itu tertawa kecil.

"Orang yang bakal bikin lo gak bosan di tempat ini."

Dalam sekejap, pria itu menghilang dari tempatnya berdiri.

SESST!

Mata Althalan menyipit.

Dari arah kanan—!

BUGH!

Tinju menghantam perutnya dengan kekuatan luar biasa.

Althalan terhuyung ke belakang beberapa langkah. Napasnya sempat tercekat, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.

Pria itu sudah kembali ke posisinya semula, masih menyeringai.

"Lumayan, lo gak langsung jatuh," katanya santai.

Althalan meluruskan tubuhnya. Matanya kembali bersinar tajam, dan bibirnya sedikit terangkat dalam senyum tipis.

"Lo nyari mati?"

Pria itu tertawa.

"Mungkin."

Dan saat itu juga, Devil Nightmare berbisik di dalam kepalanya.

"Bunuh dia, Althalan."

Althalan mengepalkan tangan.

Hawa dingin merayap di udara.

Di penjara yang sudah dikuasainya, akhirnya ada satu orang yang cukup bodoh untuk menantangnya.

Dan dia akan memastikan pria ini paham siapa penguasa sebenarnya.

Althalan menatap pria itu dengan tatapan kosong yang perlahan berubah menjadi penuh amarah. Matanya yang heterochromia sektorial violet menyala dalam kegelapan penjara. Nafasnya semakin berat, bukan karena pukulan barusan, tapi karena sesuatu yang jauh lebih dalam—sebuah kesadaran yang baru saja menghantam dirinya seperti gelombang badai.

Tatto itu…

Tatapan Althalan jatuh pada leher pria itu, di mana sebuah tatto melingkar jelas terlihat. Seekor ular yang melilit ikan, sebuah lambang yang tidak akan pernah dia lupakan.

Lambang Nebula Daimoniko.

Tangan Althalan mengepal, otot-ototnya menegang. Seluruh dunianya seperti berhenti sejenak, hanya tersisa suara detak jantungnya yang semakin liar, nafsu membunuhnya semakin besar dan semakin terasa oleh Onlow.

Orang ini… adalah Onlow bagian dari mereka, dan dia adalah salah satu dari lima penguasa lainnya.

Pria itu memperhatikan reaksi Althalan dengan ekspresi santai, seolah menyadari sesuatu yang baru saja terbuka di depan matanya.

"Lo tau lambang ini?" tanyanya, menyeringai tipis.

Althalan mengangkat dagunya sedikit, ekspresinya tetap datar, tapi matanya menatap Onlow seolah dia sudah mati.

"Lo bagian dari mereka," suaranya terdengar lebih dingin dari sebelumnya.

Onlow mengangkat bahu. "Nebula Daimoniko adalah keluarga gue, dan kayaknya lo juga tertarik sama mereka."

Althalan tidak menjawab. Dalam kepalanya, suara Devil Nightmare bergema seperti desisan maut.

"Bunuh dia. Cabik-cabik dia. Hancurkan dia sampai tidak ada yang tersisa."

Tangannya bergetar sedikit, bukan karena takut, tapi karena intensitas emosi yang membara di dalam dirinya.

Selama ini dia mencari petunjuk, memburu orang-orang yang terlibat dalam tragedi yang membentuk dirinya. Dan sekarang, salah satu dari mereka berdiri di depannya, dengan penuh kepercayaan diri, seolah tidak ada dosa yang perlu dia sesali.

Pria itu menyadari perubahan suasana di sekitar mereka. Sorakan para tahanan mulai mereda, digantikan oleh keheningan yang mencekam.

"Lo mau nyoba bunuh gue?" tanyanya dengan nada menantang.

Althalan tidak menjawab.

Tapi dalam hitungan detik, tubuhnya sudah menghilang dari tempatnya berdiri.

SESST!

Pria itu tidak sempat bereaksi. Tinju Althalan menghantam dadanya dengan keras, membuatnya terpental beberapa meter ke belakang dan menabrak meja kayu yang langsung hancur berkeping-keping.

BRAKK!

Para tahanan yang melihat kejadian itu langsung berseru kaget.

Pria itu bangkit, menahan napas dengan ekspresi terkejut. Sepertinya dia tidak menyangka kalau Althalan bisa secepat itu.

Althalan berdiri di tempatnya, matanya menatap tanpa ampun.

"Gue gak peduli siapa lo. Yang jelas, malam ini lo bakal gue habisi."

Suara tawa kecil keluar dari mulut pria itu, meski tubuhnya masih merasakan dampak pukulan barusan.

"Heh… menarik."

Dan dalam sekejap, pertempuran sebenarnya pun dimulai.

Pria itu menyeringai liar, matanya berbinar penuh gairah bertarung. Dia melangkah maju, mengendurkan bahunya, seolah menantang Althalan untuk menyerang lebih dulu.

"Lo beneran niat ngebunuh gue?" tanyanya dengan nada santai.

Althalan tidak menjawab. Tubuhnya sudah bergerak.

SESST!

Althalan menghilang dari pandangan, hanya menyisakan desiran angin yang tajam. Pria itu langsung merespons, tapi terlambat.

BUGH!

Pukulan keras menghantam rusuk kirinya, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Tapi pria itu bukan petarung sembarangan. Dia memutar tubuhnya dengan cepat dan melancarkan serangan balik.

Tinju kanannya menghantam perut Althalan, cukup kuat untuk membuatnya sedikit terdorong ke belakang. Tapi Althalan tidak bereaksi seperti manusia normal.

Pria itu mendecak. "Tsk, lo gak ngerasain sakit ya?"

Althalan menegakkan tubuhnya, menatap pria itu dengan dingin. Devil Nightmare dalam dirinya mulai bangkit, memberikan sensasi aneh di dalam tubuhnya—campuran antara amarah, haus darah, dan kegilaan yang sulit dikendalikan.

"Bunuh dia."

Suara itu menggema dalam pikirannya.

Tapi Althalan menahannya. Dia ingin menikmati ini.

Pria itu mengangkat kedua tangannya, bersiap dalam posisi bertarung. "Oke, gue mulai serius."

Dan dalam sekejap—

SESST!

Dia menghilang.

Althalan menggerakkan kepalanya sedikit ke kanan, menghindari pukulan cepat yang hampir menghantam wajahnya.

SESST! SESST!

Serangan beruntun datang dari segala arah, tapi Althalan menghindari semuanya dengan gerakan minimal, seolah dia bisa membaca setiap langkah lawannya.

Pria itu mendecak, frustrasi. Tapi sebelum dia bisa merespons—

BUGH!

Tendangan keras dari Althalan menghantam sisi kepalanya, membuatnya kehilangan keseimbangan.

Dia menghantam dinding dengan brutal. Beberapa tahanan yang menonton langsung berseru kaget, sementara yang lain bersorak kegirangan.

Althalan berjalan mendekat, tatapannya semakin dalam. Devil Nightmare dalam dirinya semakin haus darah.

"Udah selesai?" tanyanya dengan nada dingin.

Pria itu mengangkat wajahnya, darah mengalir dari sudut bibirnya. Tapi yang terlihat di matanya bukan ketakutan—melainkan kegembiraan.

"Sial, lo kuat juga ya."

Dan tiba-tiba, dia tersenyum.

Althalan merasakan sesuatu yang aneh. Instingnya menjerit bahaya.

Lalu dalam sekejap—

KRAKK!

Sebuah pisau kecil menancap di lengan Althalan.

Para tahanan terdiam. Tapi yang mengejutkan bukan pisau itu. Melainkan reaksi Althalan.

Dia hanya menatapnya sebentar, lalu mencabutnya tanpa ekspresi. Darah mengalir deras dari lukanya, tapi wajahnya tetap datar.

Lalu, perlahan… Dia tersenyum. Tapi senyum itu bukan milik Althalan yang biasa. ini adalah senyum Devil Nightmare.

Mata heterochromia sektorial violet itu semakin berkilat, aura gelap menyelimuti tubuhnya.

Pria itu yang awalnya percaya diri, kini menegang. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada yang salah.

Althalan mengangkat pisau yang tadi menancap di lengannya, memutarnya di antara jarinya, lalu...

Dia melemparnya ke arah pria itu dengan kecepatan luar biasa!

Pria itu nyaris tidak bisa bereaksi.

SESST!

Pisau itu meleset tipis dari wajahnya, menggores pipinya dan meninggalkan luka berdarah.

Althalan kini benar-benar berbeda.

"Sekarang giliran gue."

Dan dalam sekejap—

Dia menghilang.

Dalam hitungan detik, Althalan sudah berada tepat di depan pria itu. Matanya yang bersinar dengan heterochromia sektorial violet tampak semakin menakutkan. Aura Devil Nightmare menyelimuti tubuhnya seperti kabut pekat yang mencekik.

Pria itu mencoba mundur, tapi terlambat.

Pukulan telak menghantam dadanya, membuatnya tersentak ke belakang. Sebelum bisa menarik napas, Althalan sudah melanjutkan serangannya.

BUGH! BUGH! BUGH!

Serangan bertubi-tubi menghantam tubuh pria itu tanpa ampun. Tahanan lain yang menyaksikan pertarungan ini hanya bisa terdiam, bahkan beberapa dari mereka merinding. Ini bukan pertarungan biasa—ini adalah pembantaian.

Pria itu berusaha melindungi diri, mengangkat lengannya untuk menangkis serangan. Tapi tidak ada gunanya.

Althalan menghantam lengannya dengan keras, membuat tulangnya patah dengan suara mengerikan. Jeritan kesakitan memenuhi ruangan, tapi Althalan tidak peduli.

Dia meraih kepala pria itu dan menatapnya dalam-dalam.

"Udah puas?" suaranya rendah, hampir berbisik.

Pria itu terengah-engah, darah mengalir dari mulut dan hidungnya. Tapi meskipun tubuhnya remuk, sorot matanya masih menyala dengan tekad.

"Sial... lo lebih gila dari yang gue kira," gumamnya, tersenyum lemah.

Althalan tidak menjawab. Dia mengangkat tinjunya, siap mengakhiri semuanya—

BRAKK!

Sebuah suara keras bergema dari pintu besi ruangan itu. Beberapa petugas penjara masuk dengan senjata lengkap, mata mereka membelalak melihat kondisi ruangan yang hancur.

"HENTIKAN!" salah satu petugas berteriak, mengarahkan senjatanya ke Althalan.

Althalan hanya menoleh sedikit. Pandangannya tajam, penuh ketidakpedulian.

Tapi kemudian, dia menurunkan tinjunya.

Aura gelap yang menyelimutinya perlahan menghilang. Matanya masih bersinar tajam, tapi ekspresinya kembali tenang.

Pria yang dia hajar jatuh ke lantai, tidak sadarkan diri.

Para petugas segera mengamankan situasi, membawa pria itu keluar dengan tandu. Salah satu dari mereka menatap Althalan dengan ekspresi waspada.

"Gue gak tau apa yang baru aja lo lakuin... tapi jangan bikin masalah lagi."

Althalan hanya diam. Dia melangkah mundur, kembali ke sudut selnya.

Tahanan lain masih terdiam, tidak berani berkata apa-apa.

Mereka semua tahu satu hal pasti.

Althalan bukan manusia biasa.

Dan dia lebih berbahaya dari yang mereka duga.

Setelah semua kembali tenang, Althalan duduk bersandar di dinding selnya. Nafasnya masih berat, bukan karena kelelahan, tapi karena pikirannya dipenuhi oleh sesuatu yang lebih dalam. Matanya tetap menatap lurus ke lantai yang berlumuran darah, tanpa ekspresi.

Namun, di dalam kepalanya—

"Heh... lo semakin liar, Althalan."

Sebuah suara berat dan penuh ejekan bergema di pikirannya.

Althalan menghela napas pelan. "Tutup mulut lo."

"Hahaha... tapi lo menikmatinya, kan?" suara Devil Nightmare semakin memenuhi pikirannya, seperti racun yang terus menggerogoti kewarasannya. "Gue bisa ngerasain detak jantung lo, betapa lo suka sensasi itu. Lo tahu betul ini bukan sekadar amarah... ini lebih dari itu."

Althalan mengepalkan tangannya. Tatapan matanya semakin dalam, pupilnya sedikit bergetar.

"Lo cuma ilusi. Gue yang berkuasa di sini."

"Ilusi?" Devil Nightmare terkekeh pelan. "Lo pikir lo bisa terus mengendalikan gue? Kita ini satu, Althalan. Lo gak bisa menghindar dari gue, gak bisa ngelawan gue... karena pada akhirnya, lo bakal jadi gue sepenuhnya."

Althalan terdiam.

Sekujur tubuhnya mulai terasa panas, seakan ada sesuatu yang mendidih dalam darahnya. Nafasnya semakin berat, dan matanya mulai berubah, heterochromia sektorial violet itu berkilau tajam, seperti mata pemangsa yang haus darah.

Dia bisa merasakan energi gelap itu merayap lagi ke dalam tubuhnya, mencoba merayap lebih dalam ke dalam kesadarannya.

"Lo harus ngelepasin semuanya, Althalan..." suara itu kembali berbisik, pelan namun penuh daya hipnotis. "Berhenti membatasi diri lo. Berhenti berpikir kayak manusia lemah. Lo lebih dari itu. Lo adalah mimpi buruk mereka semua."

Althalan mulai menggertakkan giginya. Tiba-tiba, kepalanya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang berusaha mengambil alih pikirannya. Dia mencengkeram kepalanya dengan satu tangan, menekan keras, berusaha menahan sesuatu yang mulai mendesak keluar.

"Gue bilang... LO TUTUP MULUT!"

BRAKK!

Dinding sel yang keras itu retak saat Althalan menghantamnya dengan tinjunya. Para tahanan lain yang masih mengawasinya dari jauh terperanjat. Mereka sudah sering melihat kekejaman Althalan, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Sorot mata itu... energi yang keluar dari tubuhnya... itu bukan sekadar amarah biasa. Itu lebih gelap, lebih dalam—seakan ada monster yang berusaha melepaskan diri dari dalam dirinya.

Namun, sesaat kemudian, Althalan menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan dirinya.

Dan saat dia membuka matanya kembali, sorot itu sudah sedikit mereda.

"Gue yang ngontrol diri gue sendiri," gumamnya pelan, tapi penuh ketegasan.

"Kita lihat sampai kapan lo bisa menahan gue, Althalan." Devil Nightmare terkekeh sekali lagi sebelum akhirnya suara itu menghilang perlahan, tenggelam kembali ke dalam kegelapan pikirannya.

Althalan menoleh ke arah jeruji besinya, melihat para tahanan lain yang masih menatapnya dengan waspada.

Dia menyeringai tipis. Mereka semua tahu bahwa Althalan adalah ancaman terbesar di tempat ini.

Tapi yang mereka tidak tahu—bahwa ancaman terbesar bagi Althalan bukanlah orang lain. Melainkan dirinya sendiri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   eksekutif no 3

    Sejak saat itu, suasana di dalam penjara berubah drastis. Semua tahanan kini tahu bahwa Althalan bukan sekadar orang berbahaya—dia adalah sesuatu yang lebih dari itu. Mereka yang sebelumnya merasa punya kekuatan, kini hanya bisa diam dan menghindari kontak mata dengannya.Tapi Althalan? Dia tidak peduli.Dia duduk di sudut selnya, tetap tenang seperti biasanya, namun pikirannya masih berputar-putar dengan suara Devil Nightmare yang terus menggema di dalam kepalanya."Kita lihat sampai kapan lo bisa menahan gue, Althalan."Ucapan itu masih terasa jelas.Althalan menggerakkan jari-jarinya perlahan, merasakan betapa dinginnya udara di dalam sel ini. Dia tahu satu hal—semakin lama dia berada di sini, semakin besar peluang Devil Nightmare untuk mengambil alih dirinya.Dan itu tidak boleh terjadi. Namun, saat dia mulai mencoba menenangkan pikirannya, suara langkah kaki berat terdengar mendekat dari koridor."Tahanan 712, ada yang mau ketemu lo."Althalan tidak langsung bereaksi. Dia hanya m

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   no dua dan no satu?

    Langkah Althalan mantap melewati lorong sempit yang kini sunyi setelah pertarungan sebelumnya. Tahanan lain memilih menjauh, tak berani mendekat meskipun hanya sekadar melihatnya. Tatapan mereka dipenuhi rasa takut dan ketidakpercayaan.Tapi Althalan tidak peduli. Pikirannya masih dipenuhi oleh suara-suara dari dalam kepalanya."Lebih... lebih... lebih banyak darah..."Tangan kanannya mengepal erat, urat-uratnya menonjol. Aura kegelapan yang berasal dari Devil Nightmare terus merayapi tubuhnya, semakin kuat seiring bertambahnya korban. Matanya yang heterochromia sektorial violet berkilat tajam di bawah penerangan lampu redup lorong itu."Tersisa dua," gumamnya pelan.Di depan, sebuah pintu baja besar terlihat. Dua orang penjaga berdiri di sana, ekspresi mereka menegang saat melihat Althalan mendekat."Lo gak bisa masuk," kata salah satu penjaga dengan suara bergetar.Althalan tidak menjawab. Dia hanya berhenti sejenak, mengangkat kepalanya sedikit, menatap mereka dengan dingin."Pinda

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   bukan Xaviel

    Dalam satu hentakan, Althalan melesat dengan kecepatan mengerikan. Xaviel bahkan belum sempat mengangkat tangannya ketika—BUGH!Althalan meninju dadanya dengan brutal, membuat pria itu terangkat ke udara beberapa meter. Tidak ada waktu untuk bernapas.Serangkaian pukulan menghantam wajah Xaviel secara sadis, tulang hidungnya patah, darah menyembur, matanya membelalak karena guncangan otaknya. Tapi Althalan belum puas."Lo pikir udah cukup?"Xaviel masih setengah sadar ketika tangan Althalan mencengkeram kepalanya, Dia menghantamkan kepala Xaviel ke lantai beton.Lagi.Lagi.LAGI!Darah menyebar, bercampur dengan retakan di lantai. Beberapa narapidana yang menonton dari jauh mulai gemetar. Mereka melihat sesuatu yang lebih dari manusia.Mereka melihat iblis, Tapi Althalan tidak berhenti. Devil Nightmare menggeliat dalam dirinya, mendesaknya untuk lebih, untuk menikmati kesengsaraan lawannya."Bangun."Xaviel menggeliat, setengah sadar, tubuhnya berlumuran darah. Tapi sebelum dia bisa

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Hari kebebasan

    Keesokan harinya, nama Althalan Zeyasel telah menjadi legenda di dalam lapas remaja itu. Tidak ada lagi yang berani menantangnya, bahkan kepala sipir pun memilih untuk menghindari tatapan matanya. Orang-orang terkuat di sana hanya bisa menunduk ketika melewatinya, sadar bahwa tidak ada lagi tempat bagi mereka untuk menantang kekuasaan.Hari ini, Althalan memilih untuk beristirahat. Luka-lukanya masih terasa perih setelah pertarungan yang tiada henti, tetapi pikirannya tetap tajam.Saat itulah seorang sipir mendekatinya dengan wajah sedikit cemas."Tuan Althalan, ada yang menjengukmu."Althalan menoleh dengan tatapan dingin. Tanpa banyak bicara, dia berdiri dan berjalan mengikuti sipir itu menuju ruang kunjungan.Di balik kaca pemisah ruangan itu, duduklah Kazuo, tangan kanan Latozey. Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi seperti biasa, tetapi ada ketegangan di wajahnya. Begitu melihat Althalan masuk, Kazuo hanya menundukkan pandangannya sejenak sebelum akhirnya duduk dengan tenang d

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Luminos Academy

    Matahari pagi menyinari gerbang Luminos Academy, sekolah elite yang dipenuhi anak-anak dari keluarga berpengaruh. Para siswa sudah mulai berdatangan, sebagian sibuk berbicara, sementara yang lain berdiri di sudut koridor dengan tatapan malas.Namun, pagi itu sedikit berbeda. Ada satu rumor yang sudah menyebar sejak kemarin—akan ada murid baru.Banyak siswa, terutama para siswi, sibuk bergosip tentang siapa yang akan masuk ke sekolah mereka. Beberapa bahkan sudah membayangkan seorang anak pejabat dengan wajah tampan dan gaya hidup mewah.Namun, sebelum mereka bisa terus berimajinasi, suara deru mesin mobil sport menarik perhatian.Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan gerbang. Dari dalam, lima orang pria keluar dengan gaya penuh percaya diri. Mereka adalah kelompok yang dijuluki "Most Wanted", sekumpulan anak orang kaya yang menguasai sekolah ini. Galaksi, Thomas, Venro, Ropal, dan Yeon.Mereka terkenal karena ketampanan, kekayaan, dan sikap arogan mereka. Tak hanya itu, mereka ju

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Pisau or pistol?

    Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Suara siswa-siswi yang berhamburan keluar dari kelas terdengar di seluruh koridor. Mereka bercanda, berbicara tentang tugas, atau sekadar merencanakan untuk nongkrong setelah sekolah.Di sisi lain, Althalan berjalan keluar dari gerbang Luminos Academy dengan santai, tangannya masih menggenggam buku yang ia bawa sejak tadi. Meski terlihat tenang, pikirannya masih memikirkan aura misterius yang ia rasakan di perpustakaan tadi."Siapa pun itu… dia pasti memperhatikan gue sejak awal."Althalan tak menunjukkan ekspresi apa pun, namun dalam hatinya, ia tahu ini bukan hal biasa.Langkahnya terhenti sejenak di trotoar depan sekolah. Langit sudah sedikit mendung, angin sore berhembus pelan. Beberapa murid lain yang melihatnya masih berbisik-bisik, terutama para siswi yang sejak tadi menaruh perhatian padanya.Namun, Althalan tidak peduli. Saat dia hendak melanjutkan langkahnya, sebuah suara memanggilnya dari belakang."Hei, Althalan!"Althalan menoleh. Ter

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   kehidupan dunia bawah

    Dunia Bawah Tidak Mengenal Ampun siapapun yang berjalan diatas kekuasaan, maka dialah yang menjadi rajanya.Althalan melangkah keluar dari ruangan itu dengan koper berisi uang di tangan kanannya. Begitu pintu tertutup di belakangnya, atmosfer lantai 13 terasa lebih mencekam. Seakan ada banyak mata yang mengawasinya, menunggu celah sekecil apa pun untuk menancapkan pisau ke punggungnya.Tatapan-tatapan tajam dari orang-orang bersenjata yang berkeliaran di sepanjang lorong itu seperti belati yang menggores kulit. Mereka semua tahu bahwa Althalan baru saja mendapat misi yang hampir mustahil. Tidak sedikit dari mereka yang memasang ekspresi meremehkan, seolah sudah yakin bahwa bocah ini akan mati sebelum fajar menyingsing.Althalan tetap berjalan tenang menuju lift. Namun, tepat sebelum ia menekan tombol, seseorang dari belakang bersiul pelan."Hei, bocah."Althalan tidak menoleh, tapi ia bisa merasakan keberadaan orang itu. Suaranya berat, penuh dengan nada mengejek."Kita taruhan yuk,"

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Amore Jassely

    Langit pagi di atas kota masih tertutup kabut tipis saat Althalan melangkah ke luar dari apartemennya. Udara masih segar, tetapi di dadanya hanya ada dingin yang tak terpengaruh oleh cuaca.Malam tadi, dia telah belajar sesuatu yang penting—berurusan dengan organisasi bawah tanah bukanlah hal yang bisa diselesaikan dengan satu tembakan atau satu kematian. Jika ingin benar-benar mengakhiri semuanya, dia harus mencabut akar-akar busuk yang tersembunyi di balik bayang-bayang.Namun, itu urusan nanti. Saat ini, dia hanya punya satu tujuannya, membalaskan dendamnya pada Latozey.Setelah membersihkan diri dan mengobati lukanya dengan cepat menggunakan kotak P3K, Althalan duduk di sofa, menyalakan sebatang rokok, dan menatap koper berisi uang yang ia dapatkan.Uang ini bukan tujuan hanya alat untuk dia mencapai puncak, Setelah satu tarikan napas panjang, ia memutuskan untuk menyimpannya terlebih dahulu. Esok hari akan menjadi hari baru—dan dia akan menjalani peran barunya di sekolah yang ent

    Huling Na-update : 2025-03-22

Pinakabagong kabanata

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   milikku?

    Malam itu, suasana di mansion Ombra Thanatos terasa tenang. Tapi bagi Amore, Jovenica, Ellen, dan Moreno, ini adalah ketenangan yang terasa aneh.Mereka duduk di ruang tengah, masing-masing dengan ekspresi berbeda. Ellen menatap layar laptopnya dengan mata tajam, Jovenica sibuk mengasah pisaunya, sedangkan Amore duduk dengan kaki disilangkan, memainkan belati kecil di tangannya.Sementara itu, Moreno…"Woi, lo bisa diem nggak?!" Jovenica menggeram, menatap Moreno yang duduk bersila di lantai, mengunyah keripik dengan suara berisik."Lagian kenapa sih mukanya pada tegang gitu? Apa karena kejadian tadi di sekolah?" Moreno mendecak, lalu menyeringai, "Atau karena kalian masih kepikiran cowok iblis itu?"Amore mendelik. "Cowok iblis?""Ya siapa lagi kalau bukan Althalan," Moreno mengangkat bahu santai. "Gue udah lihat rekaman dari hacker kita. Malam ini dia ‘main’ di mansionnya Valentino."Mata Ellen langsung melirik ke arah Moreno dengan penuh minat. "Lo serius?""Ya iyalah. Gue ngapain

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Teror Valentino

    Malam di kota ini tak pernah benar-benar tenang. Lampu jalan berkedip samar, dan suara klakson kendaraan dari kejauhan terdengar sesekali. Di sebuah kawasan industri yang hampir ditinggalkan, berdiri sebuah bangunan besar yang tampak tak mencolok—gudang tua dengan cat yang mulai pudar dan pintu baja yang berkarat.Namun, di balik tampilan kumuh itu, tempat ini adalah salah satu pusat kekuatan Organisasi Rafael. Gudang ini menyimpan berbagai senjata ilegal yang mereka edarkan ke berbagai sindikat di kota.Dua pria bertubuh besar berjaga di depan pintu, masing-masing menggenggam senapan serbu. Sesekali, mereka berbincang santai, merokok, tanpa menyadari bahwa malam ini akan menjadi malam terakhir mereka.Tak jauh dari sana, di atas gedung seberang, sosok bertudung berdiri di tepi, menatap gudang dengan mata tajam. Althalan.Angin dingin malam menyapu jaketnya, namun dia tetap tak bergerak, mengamati pola penjagaan dengan cermat. Lima orang di luar,

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   cari tahu sendiri

    Althalan baru saja tiba di sekolah, berjalan santai melewati gerbang tanpa memperhatikan sekeliling. Tidak ada yang menarik di sini. Sekolah hanyalah formalitas baginya, dan dia tidak punya niat untuk buang-buang waktu.Namun, baru saja dia hendak menuju kelas, suara nyaring yang menyebalkan itu terdengar."Oh? Ternyata Kamu ada disini Althalan. Aku sudah nunggu kamu."Althalan tetap berjalan tanpa peduli, tapi dari belakang, Amore mendesis pelan. "Tch, Medusa."Di sana, berdiri dengan angkuhnya, Runela bersama tiga temannya. Seperti biasa, mereka berjalan seolah-olah sekolah ini milik mereka, dengan senyum penuh kepercayaan diri. Rok seragamnya lebih pendek dari aturan, riasannya terlalu berlebihan untuk standar sekolah, dan ekspresinya jelas menunjukkan bahwa dia tidak datang hanya untuk sekadar menyapa.Runela tersenyum manis ke arah Althalan, berjalan lebih dekat dengan tatapan genit. "Kenapa buru-buru, hm? Aku baru aja datang, sayang

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Moreno

    Ellen mengetik dengan cekatan di laptopnya, wajahnya serius sementara layar menampilkan berbagai informasi tentang Althalan. Jari-jarinya terus bergerak, hingga akhirnya dia berhenti dan menatap layar dengan mata membesar."Holy sh*t…" Ellen berseru pelan, membuat Amore, Deul, dan Jovenica langsung mendekat."Kenapa?" Amore bertanya, melirik layar laptop yang menampilkan sebuah dokumen rahasia.Ellen menelan ludah, lalu memutar laptopnya agar mereka semua bisa melihat. "Althalan… dia bukan orang biasa. Dia anak dari Latozey."Ruangan seketika sunyi. Deul dan Jovenica menegang, sementara Amore menyipitkan mata. Nama itu bukanlah nama asing di dunia mafia. Latozey adalah legenda, seorang pemimpin yang namanya dibisikkan dengan ketakutan di seluruh dunia bawah."Bukan cuma itu," Ellen melanjutkan, suaranya bergetar sedikit. "Althalan juga berhasil menghabisi organisasi Pradipta sendirian. Organisasi itu bukan sembarangan, mereka salah satu j

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Bertemu

    Keesokan paginya, Amore, Ellen, Deul, dan Jovenica dipanggil ke ruang rapat utama mansion. Mereka melangkah masuk dengan santai, meskipun mereka tahu betul bahwa jika ayah mereka memanggil mereka secara langsung, itu berarti sesuatu yang besar akan terjadi. Di dalam ruangan, Razoes sudah duduk di kursi utama dengan ekspresi seriusnya. Di hadapannya, ada empat kotak hitam yang masing-masing memiliki nama mereka terukir di atasnya. "Duduk," kata Razoes dengan suara dalam yang penuh wibawa. Keempatnya mengambil tempat, menatap kotak itu dengan rasa penasaran. "Daddy udah mengamati perkembangan kalian sejak pertama kali kalian Daddy latih. Kalian sudah berkembang, tapi masih ada banyak hal yang harus kalian pelajari." Razoes melipat tangan di depan dadanya. "Jadi, mulai hari ini, kalian akan naik ke level berikutnya." Deul menaikkan alis. "Maksud Daddy?" Razoes menyeringai kecil. "Buka kotaknya." Tanpa banyak basa-basi, Amore dan saudara-saudaranya membuka kotak masing-masing. Begi

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Ombra Thanatos

    Althalan menarik napas dalam, menggerakkan bahunya yang sedikit pegal akibat pertarungan tadi. Malam ini seharusnya dia hanya ingin fokus mencari informasi tentang organisasi Rafael, tapi justru bertemu dengan Maverick yang memaksanya bertarung tanpa rencana. Mesin motor sport barunya meraung pelan saat dia menarik gas, bersiap meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum dia benar-benar pergi, suara batuk kasar terdengar dari belakangnya. "Hah… Lo pikir gue bakal tumbang cuma segini aja, hah?" Althalan melirik dari spion. Maverick masih berdiri, meski tubuhnya penuh luka dan darah menetes dari sudut bibirnya. Matanya masih dipenuhi api perlawanan, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. "Heh, lo masih bisa berdiri?" Althalan mendecakkan lidah, memutar gas motornya sedikit. Maverick menyeringai, lalu meludah ke tanah. "Lo pikir gue bakal kalah semudah itu?" Suaranya parau, tapi tekadnya masih membara. "Gue janji akan ngalahin lo, dan gue nggak akan berhenti sebelum itu terjadi!" Alth

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   organisasi Rafael

    Langit sore mulai meredup saat Althalan berjalan keluar dari apartemennya. Jaket kulit hitam yang membalut tubuhnya sedikit berkibar tertiup angin. Dia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan mulai menelusuri jalanan kota yang dipenuhi kendaraan yang lalu-lalang. Tidak ada misi hari ini. Tidak ada pertempuran, tidak ada darah. Hanya hari biasa yang terasa asing baginya. Althalan menatap ke langit. Entah kenapa, akhir-akhir ini pikirannya dipenuhi dengan sesuatu yang tidak ia mengerti. Sebuah ingatan samar yang terus muncul, seolah ada sesuatu yang ingin dia ingat. Saat melintasi sebuah pertokoan, pandangannya tertuju pada satu tempat—sebuah dealer motor mewah. "Motor..." gumamnya pelan. Langkahnya terhenti di depan kaca besar yang memajang berbagai jenis motor sport dengan desain futuristik dan kecepatan yang menggoda. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah sebuah motor dengan bodi hitam mengkilap, aksen merah tua di sisi bodinya membuatnya terlihat garang dan memat

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   membasmi kartel

    Gudang itu berdiri di ujung dermaga, lampunya redup, dan di sekitarnya ada beberapa truk kontainer yang diparkir berjejer. Suara deburan ombak samar-samar terdengar di kejauhan. Althalan berdiri di balik bayangan sebuah kontainer besar, matanya tajam menatap ke arah gudang. Dia sudah menghitung jumlah musuh dari kejauhan—sebelas orang berjaga di luar, beberapa memegang senjata laras panjang, dan sisanya membawa pistol. "Transaksi ini bernilai lebih dari lima ratus juta... masuk akal kalau mereka mengamankan tempat ini mati-matian," pikirnya. Dia tidak peduli siapa mereka. Yang dia pedulikan hanya misinya: ambil senjata, habisi semua orang yang ada di sini. Althalan menarik napas dalam. Lalu, dia bergerak. Tubuhnya melesat cepat seperti bayangan, tanpa suara, hanya langkah-langkah ringan yang hampir tak terdengar di atas aspal basah. Dia mendekati penjaga pertama yang sedang merokok di dekat kontainer. Tanpa ragu, dia menyergap dari belakang, tangan kirinya membungkam mulut pria i

  • Sang Penguasa Dunia Mafia   Skoteiní Theá dan plíros skoteinó

    Semuanya terjadi dalam sekejap. Satu detik yang lalu, geng Galaksi masih berdiri dengan percaya diri, merasa jumlah mereka cukup untuk menghancurkan siapa pun. Tapi detik berikutnya… dunia berubah. Tulang patah, daging terkoyak, dan jeritan kesakitan mengisi udara. Althalan tidak bisa berkata apa-apa. Matanya hanya terpaku pada sosok di depannya. Amore. Cewek itu bergerak lebih cepat dari yang bisa ditangkap oleh mata manusia biasa. Satu pukulan—hanya satu—dan tubuh salah satu anak buah Galaksi terpental seperti boneka kain, menabrak tembok dengan bunyi keras. "A-Apa...?" Galaksi mundur selangkah, matanya membelalak saat melihat rekannya mengerang di tanah dengan lengan yang patah ke arah yang tidak seharusnya. Tapi Amore belum selesai.Dia menghilang. Menghilang!!. Atau setidaknya, begitulah yang terlihat di mata mereka. Tapi bagi Althalan, dia masih bisa menangkap gerakan Amore—cewek itu bergerak dengan efisiensi yang mengerikan. Satu tendangan ke lutut, dan seorang pria jatuh s

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status