Ini kisah yang aku tulis tentang kepergian atau wafatnya Istriku, penuh nuansa kisah haru ada lucu dan bermakna dalam sebuah rumah tangga, kisah awal saat mengenal hingga sampai wafat Istriku, tawa canda sedih dan bahagia disetiap cerita aku tuangkan secara sederhana, bersama juga aku lampirkan beberapa indahnya pahala menikah. Ya karena ibadah paling lama itu adalah menikah.
Lihat lebih banyakAku Erwin bekerja disalah satu perusahaan swasta, memiliki status Duda tanpa anak, bercerai hidup adalah bukan sebuah pilihan yang aku buat, takdirlah yang menentukan.
Hari itu ada acara yang harus aku datangi, karena tidak enak teman mengundang aku ke acaranya, beberapa teman-temannya juga datang diundang.
Malam hari kami berbaur antara Pria dan Wanita yang datang dari berbagai perusahaan dan tempat kerja yang berbeda-beda.
"Bro... Sini," temanku pemilik acara memanggil.
"Ada apa Bro," jawabku.
"Kenalin nih, teman aku," temanku pemilik acara memperkenalkan temannya kepada ku.
Akhirnya aku berkenalan dengan Wanita muda yang bekerja disalah satu perusahaan yang ternyata tidak jauh juga dari perusahaan dimana tempat aku bekerja. Sebut saja namanya Lia, dia Wanita yang usianya sangat muda jauh 10 tahun dibawah usiaku, statusnya masih single belum pernah menikah dan berwajah manis.
Kita mengobrol banyak malam itu hingga bertukar nomor handphone dan akun sosial media, awalnya aku belum menceritakan perihal statusku ini. Biarlah suatu saat nanti pasti akan aku ceritakan.
Obrolan malam itu ternyata berlanjut menjadi sebuah rasa, esok harinya aku memulai mengirim perhatian. Oh perhatianku dibalasnya dengan senang.
Hari kian hari hubungan ini semakin menunjukkan bahwa kita memang telah sama-sama saling suka. Seperti yang pernah ada dalam hatiku bahwa aku akan bicarakan masalah status ku ini, dengan perlahan aku bicara kepadanya.
"Maaf sebelumnya aku mau jujur kepadamu, aku ini sudah pernah menikah dan belum punya anak, apakah kamu masih bersedia menerima aku," tanya aku perlahan sambil menikmati makanan ringan disebuah restaurant.
"Oh jadi kamu sudah pernah minikah," jawabnya agak sedikit kecewa.
"Maaf aku baru bicara sekarang, karena aku ragu mau jujur kepadamu, tapi hal ini memang harus aku katakan," aku menjawab dengan perlahan.
"Iya bagus kamu jujur, tapi ya sudah kalau memang jodoh mau bilang apa lagi, nanti aku akan bicarakan kepada orang tua aku," ucapnya.
"Tapi kira+kira apa orang tua kamu mau menerima aku," tegas ku.
"Ya kenapa tidak, kalau kamu serius dan memang itu sudah jodoh aku, pasti orang tua akan setuju," jawabnya menguatkan aku.
"Terima kasih kalau begitu, sayang," aku menjawab dengan panggilan sayang.
"Eh... Ngomong apa kamu? Coba ulangi lagi," tanyanya meledek ku.
"Sayang... Salah ya kalau panggil sayang," celoteh ku sambil senyum.
"Ya ga, aku becanda kok, iya boleh sayang," jawabnya dengan memanggil sayang juga.
"Tuh... Tadi barusan ada kata sayang, coba ulangi lagi, hehee," ucapku tertawa.
"Udah ah sayang, yuk antar aku pulang," jawabnya malu-malu.
Malam itu lega rasanya setelah aku utarakan semua, kita banyak bercerita dan saling jujur dan terbuka. Aku hanya tinggal menunggu pendapat keluarganya, kalau keluarga aku sih sudah setuju saja apapun keputusan aku.
Kegiatan bekerja masih seperti biasa dan saling komunikasi dengan pujaan hati kian mesra, sudah satu bulan lebih aku komunikasi dan hati menjadi saling peduli. Sepertinya tiba saatnya untuk aku mengenal keluarganya.
"Sayang, kapan aku boleh kenal keluarga kamu," tanya ku.
"Ya kapan aja kalau kamu mau, kamu mau datang kapan sayang," ucapnya kepadaku.
"Ya sudah besok aku main ya sayang," jawabku.
Esok hari aku mempersiapkan diri menjadi sosok dengan penampilan yamg terbaik namun tetap menjadi diri aku sendiri. Mengendarai roda dua sepulang kerja langsung menuju kerumah Mbeb sayang.
Setelah sampai disana aku berkenalan dengan keluarga besarnya, huah rasanya agak nerves juga ya, seperti saat konser naik keatas panggung. Dengan niat yang tekad aku buang semua rasa grogi, apapun pertanyaan dari orang tuanya aku jawab dengan baik. Tidak lupa juga sambil menikmati beberapa makanan yang aku bawa tadi untuk dimakan ramai-ramai.
Alhamdulillah semua berjalan lancar dan terlihat keluarganya juga menyetujui, sikap keluarga yang baik dan ramah membuatku betah lama disana hingga sampai lupa kalau sudah larut malam.
Pembicaraan serius belum terlontar dari keluarganya, masih tahap perkenalan dan obrolan saling mengenal.
Aku masih sendiri dan selalu bersama anak, melewati hari menjalani pekerjaan dan semua kesibukan aku bersama anak aku, mungkin aku tidak lagi memikirkan cepat menikah atau cepat mencari pengganti untuk Ibu sambung.Semua aku jalankan apa adanya, hanya waktu yang mampu bicara, entah sampai kapan, biarlah nanti seiring waktu yang menjawabnya.Memperbaiki diri terus dan berusaha menjadi lebih baik, banyak kebahagiaan yang aku rasakan walau hanya bersama anak, semakin iklash dan mendekatkan diri semua akan terasa lebih tenang dan menikmati hari-hari.Menikah itu penuh makna, banyak pelajaran yang bisa kita ambil, terutama rejeki ketika dua insan menjadi satu dan saling mendoakan.Betapa luar biasa saat aku dan almarhumah Istri, diberikan rejeki yang luar biasa, ketika kita beruda saling mendoakan, pekerjaan aku sebagai bisnis properti, begitu banyak saingan marketing kala itu.
Teror dari mantan Suaminya semakin saja menjadi-jadi, membuat aku tidak nyaman, hingga sering kali menyulutkan emosi dalam percakapan. Sementara Nuna sudah memperingatkan kepada mantan Suaminya, tapi tetap saja dia masih berbuat seperti itu, akun fakenya masih terus inbox dan memberikan hasuat jelek tentang Nuna.Aku juga memperkenalkan diri kepada Ibunya Nuna, walaupun hanya melalui telepon, keluarganya sangat baik dan welcome, tapi yang jadi kendala untuk aku ya itu tentang mantan Suaminya yang rumahnya hanya beberapa langkah saja dati tempat tinggal Nuna.Mantan Suaminya merupakan Pria yang pekerjaannya setiap hari hanya bersenang-senang, mabok dan judi, itulah gambaran yang aku dapati dati cerita Nuna, sudah aku bayangkan jika menikah nanti, bagaikan sinetron, akan ada sebuah dramatisir yang akan terjadi, kemungkinan mantan Suaminya akan berulah karena merasa iri dan
Masih dalam penantian jodoh, terus berusaha bukan aku mencari yang terbaik, tapi namanya juga mencari yang pas di hati, setidaknya bisa saling mengerti.Masuk ke dalam group jodoh adalah hal yang aku coba, yah siapa tau menemukan seseorang yang mau diajak berkenalan dan pas di hati.Aku memposting data diri dan aku upload, tidak beberapa lama masuk komen dan balasan, ada juga yang mengirim inbox. Aku buka inbox itu ada dua pengirim."Assalammu'alaikum, salam kenal aku Janda cerai hidup anak 3 sudah pada besar," sslah satu inbox datang dari akun dengan nama Nuna, Wanita berhijab dengan Wajah manis langsing, umur kisaran seusia dengan aku.Sebelum aku menjawab salamnya, aku buka terlebih dahulu profilnya dan melihat beberapa galery photo-photonya, ternyata memang
Setelah kepergian sesorang yang dekat dengan aku dalam keseharian, ternyata ada satu tetangga yang menyebarkan gosip hingga menyebar ketetangga lainnya. Aku baru mengetahui saat aku membeli sayuran, ada satu Ibu-ibu menanyakan dan menganggap bahwa aku telah nikah sirih. "Bang, kemana Istrinya yang kemarin-kemarin belanja," tanya salah seorang Ibu-ibu sambil memilih sayuran. "Haduh Bu, itu cuma teman bukan Istri dan juga belum nikah, itu kan anak kos," tegas aku menjelaskan. "Loh, ada yang bilang katanya Abang sudah menikah sirih," tanyanya lagi penasaran. "Wah gosip itu Bu, kapan saya menikahnya, Wanita itu anak yang ngekos seminggu Bu, karena di
Saudara aku memiliki kost-kostan yang disewakan, kebetulan aku pernah menawarkan melalui iklan web dan beberapa aplikasi sewa kost.Hari itu ada pesan masuk ke handphone ku dari seorang Wanita"Assalammu'alaikum, siang Mas, mau tanya kostan, bisa sewa perhari atau perminggu ga," pesan dari seorang Wanita namanya Shinta."Wa'alaikum salam, untuk kost sewa perbulan ka," aku menjawab."Tolong Mas, kalau bisa aku sewa seminggu, penting banget soalnya Mas, aku lagi ada urusan di Jakarta, urus berkas," jawabnya memohon."Duh, gimana ya, emangnya urus berkas apa, maaf kalau boleh tau," aku kepo sedikit."Urus surat pasport dan visa Mas, kebetulan
"De, bangun, olah raga yuk," aku mengajak anak berolah raga."Mmmm, iya Yah," anakku terbangun dan semangat.Segera aku mengajak anak membersihkan diri, lalu menyalin dengan pakaian olah raga, kegiatan olah raga memang biasa kami lakukan, walaupun hanya berjalan kaki dan lari-lari kecil di dekat rumah.Minggu pagi ini agak ramai orang-orang menikmati suasana pagi, berbagai kalangan terlihat semangat antusias untuk menyegarkan tubuh."Eh, Fathar, olah raga ya," ada tetangga menyapa memanggil nama anak aku"Iya Bu, biasa nih," aku menjawab sapa nya."Sudah dapet calon Ibu belum?" tanya tetangga mengagetkan aku."Duh, belum Bu, berjalan apa ada nya saja," ucap ku.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen