Share

Melamar dan Menikah

Hubungan aku dengan Lia tidak terasa sudah beranjak 5 bulan, berbagai kisah mewarnai, sering juga sayang ku menemani kegiatan aku yang terkadang bermain futsal dan bermain musik disebuah studio band, walaupun dia ngantuk tetap saja mau ikut menemani.

Tak jarang kita ada ribut-ribut masalah kecil, ya itu wajar namanya dua hati dan pikiran yang berbeda. Tapi sayang ku itu walaupun usia muda, pola pikirnya lumayan dewasa dan bijak dalam menghadapi masalah. Jika pun marah karena ada masalah, dia hanya diam tidak banyak mengeluarkan kata, apa lagi sampai teriak-teriak. Ga pernah.

7 bulan sudah jalninan kasih kita lalui dan saat aku datang kerumahnya, tiba-tiba keluarganya mengajak bicara serius.

"De, maaf ya. Kami selaku orang tua, mau tanya, apakah bisa orang tua kamu datang dan melamar anak kami," tanya orang tuanya kepadaku.

"Baik Bu, Pa. Iya bisa nanti aku bicarakan dahulu dirumah kapan kira-kira bisa datang untuk melamar," jawabku pelan.

"Ya udah kalau begitu, maaf ya De, kalau bisa lebih cepat kan lebih baik, kalian kan sudah saling memgenal bukan, jadi mau tunggu apa lagi," jawab kaluarganya.

"Baik Bu, Pa, iya Insya Allah secepatnya aku bicarakan dengan keluarga dirumah dan bisa segera melaksanakan acara lamaran tersebut," ucap aku.

Sepulang dari sana, segera aku bicarakan dengan kedua orang tua aku. Ternyata jawaban kedua orang tuaku menyatakan secepatnya kamu siapkan. Acara melamar dengan membeli cincin tunangan beserta segala kebutuhannya dan juga kamu juga harus menyiapkan untuk acara kelanjutan setelah lamaran pasti diminta kapan acara pernikahan itu.

Aku telah mendapatkan hari yang tepat untuk acara lamaran itu, karena menunggu waktu libur.

"Sayang, Minggu nanti aku dan keluarga besar akan datang melamar dan, tolong kamu sampaikan kepada orang tua kamu ya," aku menelpon sayangku.

"Ya udah sayang nanti aku sampaikan," jawabnya dengan nada bicara bahagia.

"Makasih ya sayang," aku menjawab

"Sama-sama sayang, hati-hati ya sayang," dia mengingatkan aku.

Persiapan untuk pembelian cincin sudah aku lakukan, cincin yang aku beli sederahana hanya berlapiskan silver bukan emas, ini hanya sebagai ikatan dan penentuan tanggal atau kapan jatuh hari pernikahan.

Alhamdulillah semua telah selesai berikut buah-buahan dan makanan yang aku beli untuk keluarga calon mertua. Tiba lah hari itu dimana kita sekeluarga besar berangkat menuju rumah calon mertua, hehehe.

Tidak ada kata yang terucap hanya bisa berdoa, lancarkan lah segala urusan hari ini, sampailah juga kita rombongan, dengan disambut keluarga besarnya dan jamuan disebuah aula kecil bersebalahan dengan rumahnya.

Memulai sesi pembukaan yang dipimpin keluarga ku, berbicara santai dan berbincang antar keluarga sambil bersenda gurau dan akhir dari semua itu ditutup dengan bertukar cincin dan pembacaan doa.

Dag dig dug juga ya, karena banyak juga keluarga besarnya yang berada diluar aula menonton, belum lagi para tetangga. Penentuan tangal dan hari pernikahan juga telah disepakati, aku hanya tersipu malu ketika hendak saling memasukkan sama-sama cincin kejari pasangan. Huhuhuu. Semua bersorak bahagia.

Selesai sudah lalu kami makan bersama-sama menyantap hidangan yang disajikan calon Mertua atau tuan rumah. Mengucap sykur dalam hati aku panjatkan karena telah dilancar urusan hari ini.

Tau ga rasanya itu seperti menaiki mainan kincir angin, wah gimana gitu. Padahal aku juga telah merasakan ini sebelumnya pada pernikahan pertama, tapi masih saja berdebar-debar.

Kelanjutan setalah hari lamaran selesai adalah mewujudkan acara pernikahan itu, tanggal pernikahan sudah ditentukan jadi kami mempersiapkan dari photo dan terutama berkas-berkas surat utuk pernikahan itu.

Tanggal sesudah acara lamaran tidak lah jauh, hanya berjarak 2 bulan menuju acara pernikahan. Aku pun telah memberikan sejumlah uang untuk acara resepsi sederhana. Memesan undangan segera aku dahului.

Berkas dan surat-surat semua sudah selesai, photo praweding juga telah kita lakukan. Tiba lah hari itu acara saklar yang akan digelar dikediaman calon Istriku, dengan mengundang teman-trman kantor ku dan juga teman-trman kantornya.

Berangkat dari rumah menggunakan bus besar karena banyak juga rombongan keluarga yang ikut, tidak lupa membawa serahan berbagai macam isi parcel dan tidak ketinggalan ciri khasnya adalah roti buaya. Juga aku telah bawa.

Menggunakan Jas hitam dan dalaman kemeja putih serta juga mengenakan kopiah hitam, sampailah kami pagi itu

Suara petasan mengiringi kedatangan kami dan rombongan. Warga sekitar sibuk memakirkan kendaran kami yang menggunakan bus agak besar dan satu mobil kecil.

Semakin saja jantung ini berdegub kencang, ah masa iya aku masih aja grogi. Duduk manis menunduk menunggu Bapak Penghulu, didepan aku juga sudah terlihat ayam kampung yang sudah dimasak sebagai acara simbol nantinya. 

Tata rias makeup juga sudah sibuk standby menjaga riasan calon pengantin, warga telah ramai memadati untuk menonton sesi acara Ijab Qobul dengan sound sistem ukuran kecil.

Pak Penghulu pun tiba dan segera duduk untuk memulai Ijab Qobul.

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Lia binti .... Dengam Mas Kawin... Dan seperangkat alat Shalat diayar tunai. Bagaiman saksi..," teriak penghulu.

"Sah... Sah.... Sah..," bersorak ramai mengatakan Sah.

Alhamdulillah kita resmi sekarang menjadi pasangan suami Istri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status