#spinoffcinderellahotstory Akibat pergaulan bebas dan ambisi tanpa batas, Jelita mendapati dirinya hamil di luar nikah dengan suami orang. Kehidupannya pun berubah 180 derajat, saat pria yang seharusnya bertanggung jawab menolak mengakui anak itu dan melimpahkan semua kesalahan pada Jelita. Meskipun tertatih, Jelita akhirnya memilih untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan menjalankan perannya untuk membesarkan anaknya seorang sendiri. Namun, pandangan negatif yang masih saja Jelita terima, membuatnya mengambil sebuah keputusan demi masa depan putranya.
View MoreâLitaaa! Anakmu nangis!â
Lita menarik napas panjang. Tidak jadi menyuap sarapan. Sesaat, ia memejamkan mata, kemudian membuang napas perlahan. Sejak skandal itu, sikap sang bapak kepadanya berubah drastis. Radit tidak lagi memberi perhatian dan kasih sayang seperti dulu. Lita tahu, ia telah membuat malu keluarga dengan hamil di luar nikah. Namun, perubahan sikap Raditlah yang membuat Lita semakin serba salah dalam bersikap.
âTahu begini, ngapain Bapak sekolahin kamu tinggi-tinggi, kalau jatohnya cuma hamil di luar nikah!â Radit masih saja melanjutkan ocehannya. âRindu yang cuma lulusan SMA bisa nikah sama orang kaya! Suaminya anggota dewan, mertuanya punya perusahaan! Kamu apa?â
Lita kembali menarik napas panjang sembari meninggalkan meja makan dengan langkah tergesa. Ia bergegas ke kamar, membuka pintu dengan hati yang gelisah dan mendapati Tirta, bayi laki-laki hasil hubungan terlarangnya terbangun.
Lita segera masuk kamar dan menutup pintu. Duduk di tepi ranjang, lalu membawa bayi berusia empat bulan itu ke dalam pangkuannya. Dengan cepat Lita membuka kancing kemeja dan segera mengASIhi Tirta.
Sejak Lita hamil di luar nikah, Radit kerap membandingkannya dengan saudara tirinya yang bernama Rindu. Anak gadis Tiara, wanita yang dinikahi Radit beberapa tahun yang lalu.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa diketuk. Lita berbalik cepat memunggungi Radit, yang sepertinya masih belum puas melepas emosinya.
âKalau sudah begini, laki-laki mana yang mau sama kamu.â Radit kembali berceramah dari bibir pintu kamar Lita. âPerawan bukan, janda juga bukan, tapi punya anak! Keluarga mana yang mau terima, Ta!â
Lita menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Matanya berkedip berkali-kali dan berusaha untuk tidak menangis ketika tengah mengASIhi putranya.
âIngat baik-baik pesan Bapak,â lanjut Radit. âJangan pernah lagi bikin malu nama keluarga! Jangan lagi berhubungan dengan suami orang di tempat kerja yang baru! Syukur-syukur mertua Rindu mau ngasih kamu kerjaan. Bikin malu aja!â
âBapak!â Tiara yang baru saja berbelanja sayur di depan rumah, segera masuk menghampiri sang suami ketika mendengar suara Radit yang terlampau keras. âSudahlah! Kenapa tiap hari selalu ngomelin Lita dengan masalah yang sama?â
Radit berdecak sambil meninggalkan kamar putrinya. âGedeg! Dibesarkan biar bisa kerja bener, terus cari suami kaya, malah jadi begitu!â
âPak!â hardik Tiara bergegas menuju dapur dan meletakkan semua belanjaan di meja makan. Setelah itu, ia kembali menghampiri Radit yang berada di ruang tamu dan tengah memakai kaos kaki. âJangan begitulah, Pak. Biar begitu, Lita juga anak Bapak.â
âAnak nggak tahu diuntung!â ucap Radit. âKalau begini, siapa yang mau nikahin dia? Lihat aja badannya habis lahiran. Mukanya juga nggak pernah dirawat lagi. Ditambah, punya anak tapi nggak ada status nikahnya. Siapa yang mau sama dia, Bu?â
âHuss! Harusnya Bapak doain Lita biar dapat jodoh yang bener.â
âLaki-laki kaya mana yang mau sama dia?â ulang Radit mulai memakai sepatunya satu per satu.
Tiara menggeleng melihat sikap Radit yang masih saja keras hati, sejak putrinya ketahuan hamil di luar nikah. Bahkan, hati Radit tidak tersentuh sama sekali ketika melihat cucu pertamanya lahir ke dunia dengan selamat, tanpa kekurangan sesuatu apapun. âLita hari ini sudah mulai kerja, jadi doain aja. Siapa tahu dapat jodoh di tempat kerja.â
Radit melepas tawa miris. âSudah bagus-bagus dulu mau dijodohin sama Panji, tapi ogah-ogahan. Padahal Panji itu sudah mapan! Kerjaannya bagus, anaknya juga sopan.â
âAstaga, Pak. Sudah!â pinta Tiara kemudian berdiri, dan mengikuti Radit yang beranjak keluar rumah untuk berangkat kerja. Tanpa ingin memperpanjang masalah, Tiara meraih tangan Radit dan mencium punggung tangan suaminya. âHati-hati di jalan.â
Karena sudah terlampau kesal, Radit pun tidak membalas ucapan istrinya. Ia segera menaiki motor dan melajukannya ke tempat kerja.
Sementara Tiara, kembali masuk dan langsung pergi ke kamar Lita untuk melihat kondisi putri sambungnya.
âOmongan bapak nggak usah dimasukin ke hati,â ujar Tiara langsung duduk di samping Lita yang tengah menyusui Tirta. âSekarang, yang penting kamu kerja yang bener, dan fokus dulu sama Tirta juga masa depan. Masalah jodoh, serahââ
âAku sudah nggak mikirin jodoh, Bu,â putus Lita menatap kosong pada jendela kamarnya. Radit benar. Mana ada pria baik yang mau dengan perempuan seperti Lita. Andaipun ada, Lita tidak yakin keluarga sang pria mau menerimanya dengan apa adanya.
Lita merasa tidak sanggup, jika harus menerima omongan miring dan hinaan dari orang terus-menerus. Belum lagi, jika perbuatanya dahulu kala diungkit-ungkit oleh pasangannya nanti. Untuk menghindari semua itu, Lita sudah memutuskan untuk hidup sendiri dan hanya membesarkan Tirta dengan baik.
Permintaan Lita saat ini tidak muluk-muluk. Ia hanya ingin hidup berkecukupan dan bisa memberi pendidikan yang layak untuk putranya. Di masa lalu, Lita mungkin bukanlah seorang perempuan yang baik, tetapi di masa depan, ia bertekad untuk menjadi ibu yang luar biasa untuk putranya, Tirta.
âTa, kamu masih muda, masih cantik,â kata Tiara menyemangati. âJadi jangan ngomong begitu.â
âNggak.â Lita sudah memutuskan semua hal dengan baik dan penuh perhitungan. âAku cuma mau besarin Tirta, dan buktiin ke ayahnya kalau kami bisa hidup dengan baik tanpa dia, dan juga tanpa nafkah dari dia.â
Tiara mengusap punggung Lita dengan penuh rasa haru dan iba. âAyahnya Tirta sudah tahu kalau kamu lahiran?â
âNggak ngerti, Bu.â Lita mengendik sebentar. Ketika sadar Tirta sudah tidak lagi menyesap ASI-nya, Lita memperbaiki pakaiannya lalu meletakkan sang bayi kembali ke tempat tidur dengan perlahan. âDan, aku juga sudah nggak mau tahu. Biarlah dia hidup sama anak istrinya, dan nggak usah lagi berhubungan dengan kami.â
Lita beranjak sambil mengancing kemejanya dengan menahan air mata yang kembali akan tumpah. Tidak ... Lita tidak boleh lagi menangis dan terpuruk seperti kemarin-kemarin.
Kemudian, Lita menggeleng cepat. Berusaha mengenyahkan pikiran negatif yang hinggap di kepala. Ia mematut diri di cermin, sambil merapikan lagi penampilannya kali ini. Sejenak, Lita menyentuh wajahnya yang kusam dan mengusapnya dengan perlahan. Lita juga melihat tubuhnya yang berisi dan sudah tidak seramping dahulu kala.
Radit benar.
Sejak Lita mengandung, ia sudah tidak pernah melakukan perawatan seperti dahulu kala. Lita sudah tidak memiliki penghasilan, ketika ia memutuskan resign dari perusahaan karena malu dengan aib yang ditanggungnya.
âYa sudah.â Yang bisa Tiara lakukan saat ini hanyalah memberi dukungan pada Lita. âSarapan dulu, terus berangkat kerja. Nanti siang, Ibu bawa Tirta ke tempat Rindu. Ada sopir nanti yang jemput jam 10an.â
Lita yang menoleh pelan pada Tiara. Jika tidak ada Tiara dan Rindu, entah apa jadinya hidup Lita saat ini. Lita pun kerap menyesali perbuatan buruk yang selalu dilakukannya pada saudara tirinya di masa lalu. Itu semua Lita lakukan, karena merasa iri dengan kehidupan Rindu yang selalu beruntung.
Dari paras Rindu yang sangat cantik dan bisa bekerja di perusahaan ternama meskipun hanya lulusan SMA. Ditambah, Rindu selalu lebih dulu memiliki barang yang selalu diidam-idamkan Lita. Karena itulah, dahulu kala Lita tidak pernah menyukai saudara tirinya itu sama sekali.
Lita kemudian mengangguk kecil, karena sudah mempercayakan Tirta sepenuhnya pada Tiara. Lita berjanji dalam hati, akan segera mencari pengasuh untuk Tirta ketika menerima gaji pertamanya nanti. Ia tidak ingin berlama-lama merepotkan ibu sambungnya seperti sekarang.
âHati-hati, ya, Bu, dan ⊠sampein salamku buat Rindu.â
~~~~~~~~~~~~
Haluu, Mba beb, kita melipir ke Jelita dulu yaaa ⊠spin-off Cinderella Hot Story ... hepi ridiing ~~ Kissseesss đđđ
âAban ... jangan lari di tangga!â Reno sudah melarang, tetapi bocah yang sebentar lagi berusia tiga tahun itu tidak mau mendengarnya. âKalau jatoh kita nggak jadi ulang tahun.ââTak jatuh pun.âReno menarik napas mendengar jawaban Tirta yang berucap dengan logat melayu. Benar-benar mirip Fathiya jika sudah berbicara. Reno tidak heran, karena Tirta memang sering menghabiskan hari-harinya dengan Fathiya. Terlebih lagi, Fathiya benar-benar memanjakan Tirta dan selalu menuruti semua permintaan bocah tersebut. âHati-hati turunnya,â sambar Lita yang berjalan di belakang Reno dan jauh lebih kalem ketika menghadapi sikap putranya. âKalau jatuh yang sakit Aban, bukan Ibu tau?ââTau ...âReno berdecak dan berhenti di ujung tangga. âKalau jatuh, bahaya.âLita menepuk keras bĂČkong Reno sebelum berhenti di sampingnya. Ia terkekeh, karena Reno sontak melotot padanya. âTirta sudahâââKalau pengen bilang,â putus Reno lalu membalas Lita dengan perlakuan yang sama, hingga Lita memekik lalu terkekeh. âK
âMutasi?ââKata bu Debby begitu.â Lita mengangguk untuk menjawab pertanyaan Rindu. Matanya tertuju pada Dewa dan Tirta yang sedang berlatih di dojo. Ia sebenarnya datang untuk memberikan oleh-oleh dari Malaysia dan ngobrol santai dengan Rindu. Namun, ternyata Dewa malah membawa anak-anak ke dojo di belakang rumah.Lita melihat Dewa sibuk mengajari Tirta menendang kick pad yang ada di tangan pria itu. Sementara Dewi, hanya duduk bertepuk tangan dengan tawa geli ketika melihat sepupunya berhasil menendang. Tawa kecil itu selalu pecah, seolah menikmati setiap aksi Tirta yang memang terlihat menggemaskan.Sedangkan di sisi lain, Reno tampak lebih sibuk dengan kameranya. Merekam setiap momen dengan senyum bangga di wajahnya.âPak Zaldy dimutasi ke Denpasar, tapi naik jadi wakil dirut di sana,â sambung Lita menerangkan. âJadi ini masih sibuk bolak balik, karena sekalian ngurus pindah sekolah anaknya sama ini itunya. Pantas aja nggak pernah ngerecokin Tirta lagi.ââEmang mau direcokin dia lag
Lita berdiri di balkon hotel, memandang ke luar dengan kekaguman. Pemandangan kota yang megah dan hiruk-pikuk kehidupan malam yang berbeda, membuatnya merasa seolah sedang bermimpi.Ia menoleh ke arah Reno, yang menghampirinya lalu memeluk dari belakang. Rasanya, setiap detik liburan yang dihabiskannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Dari pengalaman pertamanya naik pesawat, hingga menjelajahi tempat-tempat baru yang menakjubkan.Mereka sempat dua hari berada di kediaman Fathiya dan sisanya Reno memilih memboyong semua anggota keluarga menginap di hotel. Semua itu dilakukan agar Lita, Tiara, maupun Fandy bisa mendapatkan pengalaman baru.Pada liburan kali ini, Radit tidak bisa ikut karena jatah cutinya dari perusahaan sudah habis. Jadi, pria itu menetap di Jakarta dan tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa.âAban sudah tidur,â bisik Reno memberitahu tepat di telinga Lita. âKapan kita tidur?âLita terkekeh mendengar ajakan Reno. Beberapa hari ini, pria itu memang tidak meminta ja
Meskipun tidak sebesar dan semegah resepsi pernikahan Rindu, bagi Lita, acara pernikahannya memiliki keindahan dan kesempurnaan tersendiri. Dengan dekorasi sederhana nan elegan, suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dari keluarga serta teman-teman terdekat, membuat hari itu begitu istimewa."Abang, makasih." Lita berucap pelan sambil menatap Reno, kaki-kakinya bergerak canggung saat mereka berdansa di tengah ruangan. Langkah Lita terasa kaku dan hanya berusaha mengikuti irama. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ke mana langkah Reno membawanya. âSebenarnya aku pengen nangis, tapi air matanya nggak keluar.âReno terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya. Entah sudah berapa kali, Lita mengucapkan kata terima kasih pada Reno, karena telah mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan yang tidak terbayangkan. Padahal, semua ini jauh dari kata mewah seperti pernikahan Rindu, tetapi sikap Litalah yang membuat Reno benar-benar merasa sangat dihargai.âSebenarnya, aku juga mau minta maaf ka
âKe Malaysia?â Lita menatap Reno dengan mata membesar, jantungnya berdebar kencang. Bibir Lita bergetar, seiring rasa gugup dan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti. Masih mencoba mencerna ucapan Reno, karena tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. âMaksudnya, kita ... ke Malaysia? Aku sama Tirta ikut?ââKita semua.â Reno mengangguk lalu menangkup wajah Lita. Namun, kedua tangannya langsung disingkirkan Tirta yang sedang berada di pangkuan Lita. âDitambah ibu sama Fandy,â ucapnya kembali menangkup wajah Lita, tetapi tangannya kembali ditepis, sehingga Reno dengan sengaja kembali melakukan hal tersebut untuk menggoda Tirta.Lita terkekeh melihat tingkah putranya. âCemburu dia.ââNo no cemburu sama Ayah, tau.â Reno menggeleng saat memberi tahukan hal tersebut pada Tirta. âNggak boleh! No no.ââNana!â seru Tirta sambil geleng-geleng.âIya, nana,â ulang Reno lalu menangkup gemas wajah gembil itu dengan kedua tangan, tetapi Tirta segera memberontak. Namun, sejurus itu Tirta justru
âBahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,â ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. âMacam tak ada beban.ââMakasih, Ma.â Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. âMaaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.ââDah terjadi, dah,â ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. âYang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.ââNggak usah ditanya.â Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. âAku bahagia.ââBuatkan Tirta adik kalau macam tu.âReno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments