Liya meremas kopernya berkali-kali, entah mengapa keberangkatnya kali ini terasa seakan membuahkan sesal dan luka. Biasanya ia akan bersemangat saat harus berangkat belajar lagi, namun kali ini kakinya terasa berat untuk kembali ke Sydney. Mengigit bibirnya berkali-kali, wanita itu masih tetap setia menunggu kehadiran seseorang. Ya, mungkin saja rasa berat itu berasal karena ia harus meninggalkan suaminya lagi. Wanita itu mengulum senyumnya, jutaan kupu-kupu melayang terbang dalam perutnya saat mengingat malam indah yang sudah ia lewati bersama Danial. Bertahun-tahun mengagumi pria itu, dan semalam Liya mendapatkannya. Ia seakan memiliki Danial secara utuh. Liya kembali melihat arlojinya sekali lagi, sisa sepuluh menit lagi sebelum ia naik ke pesawat. Kepala Liya menunduk, ia pun menghela nafasnya berat, Liya hanya bisa pasrah karena suaminya itu belum menunjukkan tanda–tanda kehadirannya. “Hai, maaf. Aku sedikit terlambat,” ujar seseorang yang tiba-tiba saja sudah be
[tw/mature]“Hu um, lalu?” Danial Aktaraja, pria itu tengah melakukan panggilan telepon bersama sang istri yang kini tengah berada di Negeri Kangguru itu. Mencoba fokus pada setiap kata yang Liya ucapkan di seberang sana namun sepertinya sia–sia. Fokusnya buyar saat seseorang yang ada di sebelahnya tengah mencoba menggodanya. Siapa lagi jika bukan Rhea Eleanor, sudah hampir dua minggu ini keduanya saling menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan suami istri seperti yang tidak pernah bercerai saja. Danial selalu pulang ke tempat Rhea atau sebaliknya wanita itu yang akan menginap di apartemen Danial. Dan kali ini, pria itu menginap di rumah Rhea. “Sayang jangan begitu,” lirih Danial sembari menjauhkan ponselnya, takut jika Liya bisa saja mendengarnya. Danial menatap wanitanya itu dengan tatapan memohon, wanitanya itu terus menggodanya dengan mengusap area dada dan sesekali mencubit putingnya. Keduanya sama-sama dalam keadaan telanjang saat ini setelah menghabiskan malam panas denga
“Rhe, kau punya pacar ya?”Ucapan singkat yang keluar dari mulut Isabell lantas membuat sekujur tubuh Rhea Eleanor menegang kaku. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya ini akan datang dan menemuinya. Shit. Umpat Rhea dalam hatinya karena ia sungguh bodoh tidak mengganti sandi rumahnya sejak kebersamaan itu terjalin kembali bersama Danial. Rhea meneguk ludahnya dengan susah payah manakala melihat wanita yang sudah sangat mengenalnya itu tampak memicingkan matanya penuh curiga.Isabell lantas berjalan mendekat ke arah Rhea yang tengah terpaku. Matanya seakan terus mengintimidasi Rhea. Menatap lurus, seakan terus meminta jawaban atas pertanyaannya. Wanita itu berdiri dengan tegap di hadapan Rhea yang sedari tadi hanya bergeming di tempatnya. Menatap Rhea sejenak, lantas Isabel pun mulai mencondongkan tubuhnya ke sisi kanan kepala Rhea, sedikit memiringkan kepalanya lalu membau aroma asing yang menempel pada tubuh sahabatnya itu.“Bau musk,” ujarnya bak hewan yang memiliki indra penciuman y
Rhea Eleanor menyandarkan pipinya pada dada bidang milik prianya setelah menyelesaikan satu ronde percintaan mereka malam ini. Seperti malam-malam sebelumnya, bersama Danial Aktaraja ia merasa penuh ketenangan. Pelukannya yang hangat dan dada bidang yang selalu menjadi tempat ternyamannya untuk bersandar itu adalah hal yang tidak bisa tergantikan oleh siapa pun. Tak hanya Rhea, Danial juga merasakan hal yang sama. Berada dekat dengan Rhea adalah sebuah keharusan mutlak untuknya. Demi Tuhan, ia sungguh mencintai wanita ini. Memutuskan berpisah dengan Rhea adalah kesalahan terbesarnya. Ia tidak ingin kehilangan wanita ini lagi. Bahkan Danial secara terang-terangan juga mengabaikan Liya, istrinya. Wanita cantik itu terkekeh geli saat Danial mengusak-usakkan hidungnya di puncak kepalanya. “Iyal, berhenti!” ujar Rhea sembari berusaha menjauhkan kepalanya. Namun dekapan Danial justru semakin menguat. Sekarang tidak hanya puncak kepala sang mantan istri yang menjadi sasarannya, nam
Ditemani dengan Isabell, saat ini Rhea tengah mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa untuk tinggal bersama Danial. Namun sepertinya Isabell tidak membantu sama sekali karena sedari tadi wanita itu hanya mengoceh, bertanya perihal siapa pria yang sudah membuatnya sampai mau meninggalkan rumahnya seperti ini. Sedari tadi Isabell hanya duduk di atas ranjang milik Rhea sembari bersedekap. “Kau yakin tidak apa-apa jika harus tinggal bersamanya?” tanya Isabell berulang kali. Dan jawaban Rhea Eleanor tetap sama, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, membuat Isabell mendongak jengah sembari menghela nafasnya berat. “Padahal kau hanya tinggal bersama sahabatmu, kenapa ia sangat posesif sekali sampai membuatmu tinggal bersamanya. Tidak adil,” seru Isabell merengut kesal. Padahal ia merindukan Rhea, ia ingin melakukan ‘girl time’ seperti yang mereka lakukan dulu. Tapi wanita ini justru memilih pria itu dan meninggalkan rumahnya sendiri. Sungguh, Isabell sangat penasaran sekali, sia
“Kenapa lama sekali,” ujar Danial saat mendapati sang wanita berdiri dengan koper di depan pintu apartemennya. Wajah pria itu tampak sedikit kesal, karena memang dirinya sudah menunggu kedatangan sangat terkasih cukup lama. Sebenarnya bisa saja Danial menjemput Rhea di kediamannya, namun wanita ini bersikeras agar Danial tidak menjemputnya, takut ketahuan. Dengan terpaksa Danial pun hanya bisa pasrah meskipun sangat ingin rasanya ia menjemput wanita ini karena tak kunjung datang. Rhea terkekeh kecil. ”Aku hanya telat dua jam, Iyal. Kenapa kau merajuk seperti ini,” pungkas wanita cantik itu. Danial lantas mencibir, “dalam dua jam itu kita bisa menyelesaikan satu ronde, Sayang.”Mata Rhea membola, dengan cepat ia menutup mulut Danial dengan tangannya agar pria itu tidak berbicara sembarangan, apalagi ini masih di depan apartemen milik Danial. Takut jika ada yang memergoki. “Sst, baru dateng udah diajak bicara kotor!” cicit Rhea. Pria itu meraih tangan Rhea yang membekap mulutnya. Lal
Sudah seperti pasangan suami istri sungguhan, itulah hal yang dirasakan Danial dan Rhea saat ini. Bahkan seakan mereka tidak seperti pasangan yang pernah berpisah sebelumnya. Danial yang merasakan hidup kembali saat menemukan Rhea menyambutnya saat pulang kerja dengan senyum lebar dan pelukan hangat. Dan Rhea yang mendapatkan dekapan hangat Danial di sepanjang malam saat ia terjaga. Semuanya terasa normal, seperti mereka di saat masih bersama. “Kau suka?” tanya Danial yang tiba-tiba saja mengejutkan Rhea. Wanita itu mendongak, mendapati prianya sudah berada di belakangnya dengan kondisi yang segar, habis mandi. Rambut Danial yang agak panjang, lurus dan halus itu tampak basah. “Iyal? Udah selesai mandinya?” tanya Rhea.Pria itu mengecup bibir Rhea sekilas sebelum berujar, “sudah, Sayang... Kau terlalu fokus sama HP sampai gak tahu akunya udah ada di sini,” ucap pria itu sembari menangkup pipi wanitanya dari atas. Rhea menyengir lebar. “Sorry, Iyal.” Ucapnya sembari memasang wajah p
“Angkat, Iyal. Liya masih istrimu,” pungkasnya. Rhea tahu jika akhir-akhir ini Danial selalu mengabaikan Liya. Ia hanya tidak ingin membuat wanita itu curiga karena sikap Danial. Danial menghela nafasnya pasrah saat Rhea memilih turun dari pangkuannya, meninggalkan jejak basah di celana pendeknya yang tampak mengembung itu. Mengambil ponselnya yang berada di atas meja, lalu menggeser layar ponselnya. Menerima panggilan Liya yang entah sudah keberapa kalinya malam ini. “Hai,” sapa Danial pertama kali sembari melirik ke arah Rhea yang merapikan penampilannya. Danial dalam diam menggeram tertahan. “Danial, kenapa lama sekali. Aku merindukanmu,” seru wanita lain di seberang sana. Terdengar sekali bahwa Liya begitu menunggu Danial mengangkat panggilannya. Danial mengulum bibir sejenak. “Maaf, aku baru selesai mandi.” Ucapnya kembali berdusta. Tentu saja tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia baru saja melakukan humping yang tertahan lantaran harus menjawab panggilan Liya bukan? “Astaga,