Share

07 Berhenti Kerja

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2025-05-15 10:34:42

Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.

Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.

Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.

Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.

“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.

Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat keluar dari kamarnya dia mencari suaminya di ruang tamu. Di sana juga ia tidak menemukan Rajendra.

“Mas?” panggil Lidya.

Khanza yang mendengar suara Lidya, ia pun perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah samping. Di mana di sana ada Rajendra yang tidur di sampingnya dengan satu tangan yang memeluknya erat. Khanza memindahkan tangan kekar lelaki itu kemudian dia menajamkan pendengarannya mendengar apakah Lidya masih memanggil Rajendra atau tidak. Ternyata majikannya itu masih memanggil lelaki yang bersamanya.

Kemudian dia bangun dan membangun Rajendra. “Pak? Bangun, Ibu cariin Pak Rajendra,” ucap Khanza dengan suara pelan.

Rajendra sama sekali tidak bangun. Ia justru kembali memeluk erat Khanza.

“Pak? Ibu Lidya nyariin, Pak.” Khanza semakin panik, suara Lidya terdengar ke arah kamarnya.

“Pak? Tolong, sayang tidak mau cari masalah dengan Bu Lidya,” kata Khanza. Ia semakin ketakutan saat terdengar suara pintu kamarnya diketuk.

Tok tok tok

Suara pintu kamar Khanza diketuk oleh Lidya.

“Pak? Bangun!” Khanza mendelik kesal dengan debaran dada yang semakin kencang. Ia sangat takut kalau sampai ketahuan Lidya.

Rajendra perlahan membuka matanya. Lelaki itu segera bersembunyi, justru ia tetap bersikap santai sambil menarik selimut menutup seluruh tubuhnya.

“Khanza?” Suara Lidya memanggil Khanza.

“Za? Ini saya, Lidya,” ucap Lidya dari depan pintu.

“Pak Rajendra harus sembunyi, saya akan temui Bu Lidya,” kata Khanza. Raut wajahnya terlihat sangat panik.

Khanza menarik selimut yang menutup tubuh kekar suami majikannya itu dan meminta lelaki itu untuk istirahat.

Rajendra tetap terlihat santai saja, bahkan raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan sama sekali.

“Kenapa kamu terlihat sangat panik? Hm?” tanya Rajendra.

Khanza yang takut suara lelaki itu didengar oleh Lidya, ia pun dengan cepat membungkam mulut lelaki itu dengan tangannya.

“Bapak sebaiknya sembunyi,” bisik Khanza dengan mata melotot taja.

TOK, TOK, TOK

‘Khanza? Khanza? Apa kamu dengar saya?” Lidya kembali memanggil Khanza dan tentunya semakin membuat Khanza takut.

Rajendra tidak menjawab. Ia menyingkirkan tangan Khanza yang menutup mulutnya, kemudian dia berbisik di telinga wanita itu.

Khanza yang merasa kesal dengan lelaki itu, ia juga menepis kasar tangan Rajendra dan bergegas turun dari tempat tidurnya. Dia akan membukakan pintu untuk Lidya. Ia tidak lagi begitu dengan Rajendra yang tidak mau patuh dengan perintahnya yang meminta untuk sembunyi.

Khanza kembali menoleh ke arah tempat tidur dan lagi dan lagi ia melotot matanya. Setalah itu dia pun membuka pintu menemui majikannya yang sudah lama berdiri di depan kamarnya.

“Ibu panggil saya?” tanya Khansa.

“Iya, Za. Maaf sudah ganggu kamu tidur. saya hanya menanyakan suami saya, apakah kamu tahu dia pergi ke mana? Soalnya di kamar tidak ada. Padahal ini sudah larut malam,” kata Lidya.

“tidak, Bu. Saya tadi langsung tidur, saya tidak tahu di mana pak Rajendra.” Lagi dan lagi Khanza kembali berbohong pada majikannya itu dan itu semua karena semua ulah suami majikannya itu sendiri.

“Oke, baiklah,” ucap Lidya.

Khanza hanya mampu menganggukkan kepalanya. Sesudah itu dia kembali ke dalam kamar dan di sana sudah tidak ada Rajendra. Khanza melirik ke arah jendela, ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat jendela kamarnya yang sedikit terbuka.

Rajendra keluar lewat jendela.

Tidak berselang lama terdengar suara bel rumah berbunyi. Tentunya Khanza sudah bisa menebak kalau itu adalah suami majikannya. Khanza tidak peduli dengan suara bel yang terus berbunyi. Dia lebih memilih naik ke atas tempat tidurnya dan duduk di sana.

Sedangkan Lidya, wanita itu dengan cepat melangkah menuruni anak tangga dan melangkah ke arah pintu. Wanita itu membukakan pintu.

“Mas Rajendra?” Lidya merasa lega meoihat suaminya ada di depan pintu.

“Iya,” jawab Rajendra.

“Mas dari mana? Kenapa tidak pakai baju?” tanya Lidya dengan menatap tubuh kekar suaminya yang tidak memakai baju.

“Tadi Mas tidak pakai,” kata Rajendra. Nyatanya bajunya ketinggalan di kamar Khanza.

“Mas ketiduran di mobil. Tadi Mas dengar suara kamu panggil Mas,” ucap Rajendra berbohong.

“Iya, Mas. aku syok banget saat lihat kamu tidak ada di kamar,” kata Lidya.

“Maaf, sayang. Tadi itu Mas lagi bahas kerjaan dengan Arga, tapi tahu-tahunya Mas sampai ketiduran di mobil.” Rajendra memang benar-benar pintar untuk berbohong.

“Ayo, masuk. Mas mau lanjut tidur,” ajak Rajendra. Ia menggandeng tangan istrinya dan masuk ke dalam rumah. Mereka pun langsung ke kamar.

***

Pagi-pagi sekali Khanza sudah bangun dan mengerjakan pekerjaannya. Pagi ini dia hanya menyapu, mencuci dan memasak. Setelah menyiapkan sarapan di meja makan, Khanza kembali ke kamarnya. Wanita itu merapikan tempat tidurnya, lalu ia melangkah ke arah lemari dan mengambil koper kecilnya. Wanita itu mengemasi pakaiannya.

“Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau jadi wanita yang merusak rumah tangga orang,” ucap Khanza lirih.

Sejak semalam wanita itu sudah memikirkan secara matang untuk berhenti kerja di sana. Dia tidak mau terus menerus melayani nafsu bejat suami majikannya itu dan dia juga tidak mau merusak rumah tangga Rajendra dan Lidya. Apalagi Lidya sangat baik padanya, dia merasa tidak tega untuk menyakiti hati wanita itu.

Apalagi sikap Rajendra yang semakin berani padanya, itu membuatnya takut jikalau sampai ketahuan Lidya.

Setelah mengemasi pakaiannya, Khanza keluar dari kamarnya. Dia akan memberitahu Lidya jikalau dirinya akan berhenti kerja di rumah itu.

Saat ini Lidya dan Rajendra sudah ada di meja makan. Pasangan suami istri itu sepertinya akan menyantap sarapan pagi mereka.

“Selamat pagi, Bu, pak.”

“Pagi juga, Khanza,” jawab Rajendra dan Lidya bersamaan.

“Saya mau bicara sama Ibu dan Bapak,” ucap Khanza dengan sangat hati-hati.

Lidya yang tadinya hendak mengambil makanan, ia kembali meletakkan piring dan sendok di atas meja. kemudian dia meminta Khanza duduk di kursi yang ada di sampingnya.

Rajendra berusaha untuk terus lanjut menyantap sarapannya dengan sesekali matanya melirik ke arah Khanza. Dia tentunya penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh wanita yang selama ini sudah melayaninya dengan baik.

“Apa yang mau kamu bicarakan, Khanza?” tanya Lidya.

“Saya mau beritahu Ibu dan Bapak, kalau saya mau berhenti kerja di sini.” Dengan sangat hati-hati, Khanza mengatakan pada pasangan suami istri itu.

Prang!

Rajendra begitu syok mendengar perkataan Khanza yang ingin berhenti kerja di rumah mereka. Saking syoknya sampai sendok yang ada di tangannya terjatuh ke lantai. Matanya menatap lurus ke arah Khanza dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

“Kenapa berhenti kerja di sini, Za? Apa gaji kamu terlalu kecil, ya?” tanya Lidya.

“Kalau kamu merasa gaji kamu kecil, saya bisa naikin gaji kamu. Atau kamu mau tentuin sendiri kamu?” Lidya sepertinya tidak rela jika Khanza berhenti kerja di rumahnya.

“Saya tahu cari ART yang seperti kamu sangat susah, Za. Apalagi saya sudah percayakan semuanya pada kamu, rasanya tidak rela kalau kamu berhenti kerja di sini sama saya dan suami saya.” Lidya berbicara dengan sangat lemah lembut, seperti sedang memohon pada Khanza untuk tetap kerja bersamanya.

Khanza tidak tahu harus berbicara apa lagi. Apalagi melihat wajah Lidya yang memohon padanya. Ditambah tatapan tajam Rajendra yang membuatnya membeku.

“Kamu tetap kerja di sini, ya? Saya dan suami saya naikin gaji kamu dua kali lipat,” kata Lidya.

“Iya kan Mas?” Lidya bertanya pada Rajendra meminta persetujuan suaminya itu.

“Iya, nanti saya tambahin bonu bulanan buat kamu.” Rajendra akhirnya buka suara.

Khanza kembali tetap diam dengan penuh kebingungan.

Melihat Khanza yang hanya diam, Rajendra mengerakkan kakinya di bawah meja menyentuh kaki Khanza dan tentunya perbuatannya itu membuat Khanza terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.

Dengan seperti itu membuat Khanza semakin murka pada lelaki itu dan semakin tekad untuk berhenti bekerja di rumah ini.

“Tidak bisa, Bu. Saya akan berhenti bekerja di sini,” ucap Khanza tegas. Dia tidak lagi takut dengan tatapan Rajendra.

Lidya terdiam. Wanita itu tidak rela jika Khanza berhenti kerja di sana, karena dengan Khanza berhenti kerja sudah pasti itu tidak akan membuatnya bebas untuk kerja dan ... bertemu atasannya. Apalagi dalam waktu dekat ini dia akan pergi liburan bersama bosnya di luar kota dan liburan mereka kali ini cukup lama. Jadi, dia butuh Khanza untuk mengurus Rajendra di rumah.

“Baiklah, kamu boleh berhenti bekerja di sini, tapi saya mohon kamu jangan dulu pergi sampai saya mendapatkan pengganti kamu.” Lidya memohon pada Khanza.

“Boleh, ya, Za?” tanya Lidya memastikan.

Khansa perlahan menganggukkan kepalanya. Sebagai jawaban pada majikannya itu.

Rajendra langsung bernafas lega.

‘Aku akan gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku akan buat dia bergantung padaku.’ Rajendra bergumam dalam hati dengan mata yang menatap lekat wajah cantik Khanza dan wajah istrinya secara bergantian.

‘Aku akan gunakan kesempatan ini untuk bersama lelaki pujaanku, aku akan menghabiskan waktu berdua dengannya,’ gumam Lidya bersorak senang dalam hati.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   10 Video Perselingkuhan Lidya

    Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   09 Selingkuh Berkedok Kerja

    Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   08 Rencana Liburan

    “Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   07 Berhenti Kerja

    Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Obat Tidur

    Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Selingkuh?

    Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Di Luar Kota

    “Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. “Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. “Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. “Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. “Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Semakin Terikat

    Satu minggu sudah Lidya di luar kota. Wanita itu hanya mengabari Rajendra saat dia sampai di sana dan mengatakan kalau dirinya akan sibuk dan tidak bisa mengabari suaminya itu lagi. Rajendra tidak keberatan dia memaklumi kesibukan istrinya yang seorang jiwa kerja itu. Di satu sisi dia juga merasa senang, karena tidak ada yang mengganggu waktunya bersama Khanza. Ada Khanza di rumah saja sudah buat dia merasa seperti ada istri. Jadi, untuk apa dia memikirkan kabar dari istrinya yang jelas-jelas tidak memberikan perannya sebagai istri untuknya. Saat Rajendra tengah duduk melamun menatap ponselnya, Khanza datang menghampirinya. “Selamat pagi, Pak. Kopinya sudah saya buatkan,” ucap Khanza.“Baik, saya akan segera ke sana. Tolong temani saya minum,” ucap Rajendra. “Iya, Pak.” Khanza berdiri di hadapan Rajendra dengan tubuh yang sedikit membungkuk, layaknya ART pada majikan. Khanza tetap bersikap ramah walaupun lelaki itu bersikap seenaknya pada dirinya. Kalau bukan karena uang untuk

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

    “Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. “Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. “Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. “Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status