Home / Mafia / Sentuhan Panas Tuan Mafia / 123. Memulai Hidup yang Baru

Share

123. Memulai Hidup yang Baru

last update Last Updated: 2025-11-30 23:29:52

Beberapa jam sebelum Leon sampai di apartemen Megan, ternyata Anne sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan kota bersama dengan Megan dan Valerie.

Anne duduk di kursi depan. Matanya memandang keluar jendela mobil dengan tatapan kosong yang tak pernah benar-benar fokus. Jalanan kota yang biasanya ramai kini tampak seperti bayangan buram yang melintas begitu saja. Lampu-lampu lalu lintas, deretan toko, sudut-sudut yang penuh kenangan pahit. Semuanya perlahan menjauh hingga akhirnya tenggelam ditelan kabut pagi.

Setiap detik yang berlalu seperti penegasan bahwa ia akan meninggalkan segalanya.

“Selamat tinggal, Jakarta! Sudah terlalu banyak luka yang kamu torehkan di hatiku. Maka sekarang lah saatnya aku, Mama dan Megan akan pergi dari sini,” ucapnya lirih, tanpa bisa didengar oleh Valerie di sampingnya dan Megan yang kini sedang duduk di depan.

Megan tampak menyetir dengan rahang tegang. Ia berusaha tetap terlihat tenang meski matanya sesekali memantau Anne. Valerie duduk di kursi belak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   144. Anakku Kan?

    Beberapa hari berlalu sejak malam menegangkan itu. Suasana di Hamburg tetap dingin dan kelabu, seolah ikut menyimpan ketegangan yang ada di antara dua pria yang sama-sama memilih diam, tapi tidak pernah benar-benar berhenti bergerak.Leon dan Damara berada di kota yang sama. Mereka tidak pernah saling mendekat dan tidak saling menyerang.Namun keduanya memiliki satu tujuan yang sama, yakni memastikan bahwa Anne baik-baik saja.*Pagi itu, Leon duduk di dekat jendela apartemennya. Cahaya matahari musim dingin menembus kaca, dan jatuh tepat di cangkir espresso yang masih mengepulkan asap. Tangannya menggenggam cangkir itu dengan erat, seolah ia butuh sesuatu untuk menahan pikirannya yang terus berputar.Beberapa saat ia disibukkan dengan pikirannya sendiri, tak lama tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.Tok! Tok! Tok!“Masuk!" perintah Leon tanpa mengalihkan pandangannya, tanpa menoleh sama sekali ke arah pintu.Ceklek!Pintu pun terbuka. Adrian dan Jonathan masuk hampir bersamaan. W

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   143. Cemas dan Takut

    Keheningan di ruang tamu itu terasa semakin menyesakkan, sesaat setelah pintu tertutup di belakang Leon yang kini pergi meninggalkan rumah itu. Tak ada yang berani bicara di sana.Megan menggenggam tangan nenek Anne, sementara kakek Anne hanya menghela napas panjang dan memilih mundur ke kamar, seolah terlalu lelah menyaksikan drama yang seharusnya tak pernah terjadi.Valerie menatap Anne dengan wajah campur aduk antara marah, sedih, dan khawatir.“Anne, masuk kamar!” ucap Valerie akhirnya. “Kau butuh istirahat.”“Iya, Ma." Anne mengangguk pelan tanpa menatap siapa pun. Ia berjalan perlahan dan melewati Damara begitu saja tanpa sepatah kata pun.Gadis itu naik ke lantai atas, dan pintu kamar tertutup dengan suara pelan. Ruangan pyn kembali sunyi. Damara berdiri kaku di tempatnya. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasa menang.Valerie berbalik menatapnya dengan wajah tenang, kali ini tanpa emosi dan tanpa nada tinggi.“Apa kau puas sekarang?” tanyanya datar.Damara menggeleng pelan."

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   142. Leon dan Damara

    Semua orang di ruangan itu sontak menoleh ke arah suara tersebut. Tubuh Anne kembali terasa kaku.Sosok pria itu berdiri di ambang pintu dengan tubuh tegap dan wajah dingin yang jelas menyimpan amarah. Mantel hitamnya masih basah oleh sisa hujan, dan sorot matanya tajam, mengarah lurus ke Leon.“Damara?” suara Anne nyaris berbisik tak percaya.Leon menyipitkan mata. Pandangannya beralih cepat antara Anne dan pria asing itu. Nama yang barusan disebut Anne membuat dadanya mendadak terasa panas.“Damara?” ulang Leon pelan.“Jadi kau …?”Damara melangkah masuk dengan tenang, tetapi aura mengancamnya memenuhi ruangan. Ia berhenti tepat beberapa langkah di depan Leon, lalu mengulurkan tangannya dengan ekspresi datar.“Salam kenal, Leon Dominic,” ucapnya dingin.“Aku Damara Kastanova.”Kalimat itu menghantam Leon seperti petir di siang bolong. Wajah Leon seketika merah padam. Rahangnya mengeras. Nama itu adalah nama yang selama ini hanya ia dengar dari laporan anak buahnya. Nama musuh yang s

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   141. Kau Hamil?

    Anne terdiam dan melamun sesaat. Namun, suara bel pintu itu kembali berbunyi dan kali ini lebih lama. Valerie mengajak Anne untuk turun dan melihat siapa yang datang.“Ayo, Sayang,” ajak Valerie.“Iya, Ma.”Mereka pun pergi ke ruang tamu. Begitu tiba di sana, Anne menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah mendekat. Entah kenapa, dadanya terasa sesak. Tangannya sedikit gemetar saat ia memutar gagang pintu ruangan itu.Ceklek!Pintu itu pun terbuka. Dan ketika melihat siapa sosok di luar sana, tiba-tiba dunia Anne seakan berhenti berputar.“Kau … Leon?” Suara Anne bergetar.Leon berdiri tepat di hadapannya. Wajah pria itu sedikit lebih tirus dari terakhir kali ia lihat. Ada bekas luka samar yang belum sepenuhnya hilang. Namun sorot matanya masih sama. Mata yang tajam, posesif, dan penuh emosi yang berantakan.“Anne,” suara Leon terdengar serak dan nyaris bergetar.Tubuh Anne terasa membeku sepersekian detik, lalu ia refleks melangkah mundur. Napasnya memburu. Tubuhnya bereaksi lebih c

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   140. Siapa yang Datang?

    “Apa?”Valerie pun sontak terdiam. Kata-kata Damara bukan terdengar seperti pembelaan, melainkan sebuah pengakuan yang jujur. Bahkan terlalu jujur untuk pria dengan reputasi yang kelam seperti dirinya.“Pelindung?” Valerie mengulang pelan.“Kau tahu siapa dirimu, Damara. Dunia yang kau hidupi bukan dunia yang aman untuk Anne. Kau sama saja dengan Leon. Kau bukannya membuat Anne merasa nyaman dan lebih baik, tapi kau bisa membuat Anne berada dalam masalah besar.”“Aku tahu,” jawab Damara tanpa ragu. “Justru karena itu aku berdiri di sini, bukan untuk menariknya masuk ke duniaku. Lagipula jangan pernah samakan aku dengan si brengsek Leon itu. Aku jelas berbeda dengannya. Aku punya tanggung jawab yang tidak dia miliki.”Valerie menatap pria itu lama. Ia mencoba mencari celah kebohongan di wajah Damara, tapi yang ia temukan hanya keteguhan yang dingin dan suatu kejujuran yang jarang ia lihat pada pria seperti Damara.“Anne tidak tahu apa-apa tentang dunia kalian,” ujar Valerie akhirnya.“

  • Sentuhan Panas Tuan Mafia   139. Titik Terang yang Mulai Terlihat

    Leon membuka mata dengan napas berat. Bau antiseptik masih menyengat di ruang rawat itu, dan rasa nyeri di tubuhnya belum sepenuhnya hilang. Tapi satu hal yang jelas, bahwa ia masih ditakdirkan untuk hidup lebih lama. Dan selama ia hidup, maka pikirannya hanya tertuju pada satu nama.Anne.“Cari dia,” perintah Leon lirih dan tegas pada Adrian yang berdiri di samping ranjang.“Cari ke mana pun dia pergi. Kita sudah kehilangan jejaknya selama ini. Aku tidak ingin kita sampai gagal lagi. Aku ingin menemukan istriku secepatnya.”Adrian mengangguk.“Semua jaringan sudah digerakkan, Tuan. Di Eropa, Asia, bahkan Amerika Selatan. Semua sudah ditugaskan untuk melacak keberadaan Anne, Megan, dan Nyonya Valerie.”“Bagus. Pastikan kalau semuanya berjalan dengan lancar."" Baik, Tuan.”Leon menyeringai tipis. Luka fisik bisa sembuh, tapi rasa kehilangan itu tidak akan pernah bisa. Ia sembuh bukan untuk beristirahat, melainkan untuk mengambil kembali apa yang menurutnya adalah miliknya.Hari demi h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status