Happy Reading*****Setelah kepergian suaminya, Risma menghubungi Iklima. Tadi pagi, dia sudah sempat mengatakan akan datang ke rumah ibu satu anak itu. Cuma sedetik menunggu, balasan chat-nya sudah terlihat."Aku tunggu di rumah. Kebetulan lagi free pagi ini, tapi siang aku harus ke rumah sakit," tulis Iklima, "nggak papa, ya, Say.""Santai, Mbak. Dibolehin main ke sana aja udah seneng banget. Kangen deh sama si imut Dara."Apa yang ditulis Risma adalah ungkapan hati. Betapa dia merindukan sosok mungil nan menggemaskan putri Iklima. Pertemuan mereka beberapa waktu lalu terasa sangat kurang karena terlalu singkat.Baik Iklima maupun Risma dikejar waktu. Ya, keduanya sempat bertemu di suatu rumah makan sederhana bersama dengan Farel. Awal mula ketemuan juga karena dokter muda itu mengatakan rindu pada Dara, tetapi karena panggilan darurat dari klinik. Farel mengajak Risma segera kembali dan melanjutkan pekerjaan."Udah nggak sabar pengen ketemu si kecil yang menggemaskan," gumam Risma
Happy Reading*****"Kenapa ketawa, sih, Dok?" tanya Risma, "apa yang tak omongin tuh beneran. Saking lancarnya acara semalam sampai pengen amnesia, deh."Saat itu ada Mbak Yeni, asisten rumah tangga Iklima datang membawakan minum dan stoples kue kering. Istri Riswan itu langsung mengambil minuman dan memindahkan ke kerongkongan hingga tersisa setengah gelas. Si dokter beserta Iklima menatap Heran."Jadi kamu nggak tahu kalau suamimu keluar rumah? Pantesan dia ngajakin aku begadang semalam. Ternyata kamu tinggal tidur?" Farel terus saja tertawa.Dalam hati, Risma menyesal telah berpikir negatif semalam. Ternyata Riswan malah bersama sahabatnya. "Ngapain begadang sampai malam, Dok?""Mau ngapain lagi selain nge-game.""Ish, kalian berdua itu. Nggak inget umur apa kok masih nge-game aja?" sela Iklima ditengah percakapan Farel dan Risma."Ris, kayaknya kamu harus lebih sabar, deh, ngadepi tingkah Riswan," kata Farel bersungguh-sungguh. "Aku nggak tahu apa yang terjadi sama suamimu, tapi
Happy Reading*****Sebelum jam dua belas siang, Risma sudah kembali ke rumah. Terngiang perkataan Iklima tadi. Salah satu hal yang tak pernah dibayangkan dan terpikirkan olehnya. Aktivitas Riswan pada ponsel dan juga laptop sangatlah tinggi. Hampir seluruh pekerjaannya dilakukan pada dua benda canggih itu. Entah pengetahuan dari mana, perkataan Iklima tadi membuat Risma takut. Jaman semakin canggih dan segala hal yang tidak mungkin bisa terjadi. Sesampainya di rumah, istri Riswan itu tak langsung ke dapur, tetapi berjalan masuk ke kamar tempat suaminya bekerja. Kamar yang menjadi saksi bisu betapa kecewa hatinya semalam. Risma, mencari laptop suaminya. Namun, tak juga ditemukan. Laci yang tidak tertutup sempurna memperlihatkan ada benda pipih milik Riswan tertinggal di sana. Risma mencoba membuka layar, tidak terkunci. Sepengetahuannya, ponsel Riswan selalu memiliki pola untuk membuka layarnya, tetapi ini tidak. Perempuan itu membalik ponsel berwarna silver menelitinya dengan seks
Happy Reading*****Risma berbalik arah ketika mendengar teriakan suaminya. "Aku memang sangat menginginkan ini, Mas. Karenanya yakinkan hatimu bahwa Mas sanggup melakukannya. Bukan coba-coba seperti yang sudah-sudah dan berakhir kekecewaan mendalam." Dia pun melanjutkan langkahnya menuju kamar. Ketakutan akan kekecewaan yang terulang membuat Risma memberanikan diri menolak suaminya. Tahu betul apa konsekuensi yang akan diterimanya nanti, Risma beristigfar sepenuh hati. Kemarahan menguasai Riswan. Dia kembali masuk kamar kerjanya. Membanting pintu hingga berdebum keras. Risma terjingkat, dia yakin suaminya marah besar.Sekitar setengah jam kemudian, Riswan ke kamar yang sama di mana Risma berada. Melewati begitu saja istrinya yang tengah membaca buku sambil rebahan. Masuk ke kamar mandi. "Kenapa Mas Riswan lama sekali mandinya?" Risma mulai bertanya-tanya. Sudah setengah jam lebih, lelaki itu belum keluar. Suara gemericik air yang disiramkan ke tubuh pun tak terdengar. Risma begit
Happy Reading*****Risma menutup aplikasi chat dengan cepat. Beralih pada aplikasi sosial media lainnya. Sebuah akun dengan aplikasi berlogo kamere warna pink, di pencet. Bukan nama Riswan yang muncul, tetapi nama lain."Ini tuh beneran HP-nya Mas Riswan bukan, sih? Kenapa nama akunnya bukan dan ini apa profilnya kok aneh banget." Risma makin penasaran. Dia mencoba login, tetapi terkendala pasword yang harus dimasukkan.Mencoba peruntungan dengan mengetikkan tanggal lahir suaminya, tetapi gagal. Risma tampak berpikir dan berbicara sendiri. Mencoba tanggal lahirnya juga salah. Komposisi nama dan juga tanggal lahir Riswan juga salah."Duh, akun siapa ini sebenarnya kenapa susah banget dibuka." Risma meremas rambutnya. Lama mengutak-atik ponsel itu, tetapi belum ketemu komposisi pasword yang pas.Putus asa, Risma mencatat nama akun itu. Akan mencoba membuka isinya lewat akun miliknya. Risma keluar kamar dan meletakkan kembali posel itu.Sebelum berselancar di dunia maya, Risma menyempat
Happy Reading*****Sebuah pesan pribadi dikirimkan Risma pada akun alter suaminya. Tinggal menunggu balasan apa yang akan dikirimkan Riswan nantinya. Sebelum suaminya pulang, Risma membereskan semua kekacauan. Menyiapkan makan malam dan juga mengepel dan acara beres-beres rumah lainnya.Tak akan Risma mempertanyakan tentang akun alter itu pada Riswan. Biarlah lelako itu sendiri yang akan mengungkap kebenarannya. Selesai dengan semua pekerjaan dan kewajiban pada Sang Pencipta, Risma dudu di sofa depan televisi ditemani secangkir susu cokelat hangat dan kukis chococip.Semua yang ada di hadapan Risma berbau cokelat. Sangat cocok untuk mengembalikan mood-nya yang memburuk. Tak berapa lama suaminya mengetuk pintu disertai salam. Risma bersikap senormal mungkin. Memberikan senyum terbaiknya ketika membuka pintu dan saat itu juga matanya mendelik melihat benda pipih yang berada dalam genggaman tangan kanan Riswan.'Mengapa Mas Riswan bawa HP-nya? Lalu, yang di kamar tadi HP siapa? Fix, dia
Happy Reading*****"Hai, salam kenal juga. Umur berapa? Lagi ngapain?" Begitulah chat balasan Riswan atas pesan yang dikirim Risma sore tadi. Kenapa suaminya begitu ramah pada orang yang tidak dikenal. Profil akun Risma saja, lelaki itu tidak tahu. Lalu kenapa bisa begitu sok akrab dengan orang baru? Baru saja akan mengetikkan balasan, Riswan keluar dari kamar mandi dan mengajak berjemaah.Lantunan ayat suci yang dibacakan suaminya begitu menyentuh hati. Keduanya khusyuk menjalankan kewajiban melupakan sejenak urusan dunia mereka. Setelah selesai, Risma mencium telapak tangan sang suami."Kamu tidur saja dulu kalau sudah ngantuk. Besok kerja, 'kan? Mas masih harus melanjutkan pekerjaan." Riswan melipat sajadahnya dan melepas kopiah yang dikenakan, menaruhnya pada rak di sebelah meja rias sang istri. Lalu, lelaki itu keluar kamar setelah mencium kening Risma.Tanpa bicara apa pun, Risma juga melepas mukena dan melipatnya. Segera mengetikkan balasan pada akun lain yang diduga milik sa
Happy Reading*****Keduanya diam dalam keheningan sampai di depan klinik. Sebelum turun dari mobil, perempuan itu menyempatkan mencium pipi suaminya. "Semoga suamiku ini nggak akan berbuat seperti dalam berita tadi," bisik Risma di telinga sebelah kiri suaminya. Susah payah Riswan menelan ludahnya sendiri. Namun, dia tak menjawab apa pun, hanya diam dan segera menjalankan mobil ketika istrinya sudah turun. Sepanjang perjalanan, Riswan merenungi bisikan istrinya. Niat hati, setelah mengantar Risma ke klinik akan meluncur ke warung diurungkannya. Riswan menjalankan mobilnya ke arah taman kota. Memarkirkan mobilnya pada sisi kiri taman kota yang searah dengan jalan ke warung satenya. Riswan turun dan menghirup udara sebanyak mungkin. Sedikit banyak, perkataan Risma tadi mempengaruhi pikirannya. Ucapan sang istri seolah dirinyalah yang sedang dibicarakan bukan berita pada internet. 'Ketika hatimu gelisah dan sedang sangat ingin melakukannya, maka alihkan pada hal-hal positif. Berola