Share

Bab 5

Author: Ratu As
last update Last Updated: 2025-12-15 15:23:52

“Oh, tidak masalah. Dia justru unik dan lucu,” sahut Anara dengan senyum cerah.

“Mmm, baiklah, kamu bisa turun untuk sarapan lebih dulu.” Rey mengalihkan pembicaraan. Dia menyuruh Anara untuk turun sementara dia menyusul Zavi.

“Oke!”

Rey lihat, gadis itu terlihat sangat percaya diri dan mempunyai aura positif yang kuat. Selain ramah, dia juga selalu ceria, padahal Rey yakin ada banyak beban hidupnya sampai harus bekerja keras bahkan rela menjual ginjal.

***

“Ginjal kami cocok?” Anara berbinar senang saat Rey memberitahu tentang hasil pemeriksaan kemarin.

Anara hampir saja meloncat kegirangan. Akhirnya dia punya kesempatan besar bisa melunasi hutang!

Euforia membuat ekspresi Anara tidak terkendali.

Anara jadi canggung ketika ditatap oleh dua lelaki berbeda usia itu dengan tatapan yang aneh. Buru-buru dia berdeham dan memperbaiki posisi duduknya.

“Mmm, syukurlah. Karena cocok, berarti operasi bisa cepat dilakukan kan? Zavi harus cepat sehat,” ucap Anara perhatian.

Zavi justru memalingkan wajah. Dia mungkin diam-diam malu ditatap oleh Anara. Namun dalam hati kecilnya dia senang. Senang karena punya harapan untuk hidup sehat, senang karena akhirnya akan lepas dari rasa sakit yang selama ini dia rasakan, dan senang karena ada seorang wanita yang tulus mau berkorban untuknya.

“Tentu–” Rey lalu bicara cukup panjang menjelaskan pada Anara apa saja yang dibutuhkan dan harus Anara persiapkan selama proses operasi akan dilakukan.

***

Hari berganti begitu cepat, pada akhirnya sampai di hari yang mereka tunggu-tunggu. Operasi transplantasi ginjal akan dilakukan.

“Jangan takut–” Anara tersenyum pada Zavi ketika mereka hendak memasuki ruang operasi. “Aku selalu bersamamu.”

Berbeda dari biasanya, anak itu tiba-tiba mengulas senyum dan mengangguk. Sesuatu yang terlihat manis.

Anara pun tersenyum balik, dengan dada berdebar keduanya didorong masuk ke ruang operasi. Sepenuhnya Anara hanya bisa berserah, berdoa semoga operasinya berjalan lancar. Dan dia tidak mati muda.

*

Rey menunggu di depan ruang operasi, sudah berjam-jam dan dia tidak beranjak sedikit pun. Yang ada dalam benaknya hanya tentang anaknya juga gadis itu.

“Pak Rey, minum dulu?” Asistennya memberikannya sebotol minuman. Dia melihat Rey yang sejak tadi tampak gusar dan cemas.

Rey mengambilnya dan hanya meminumnya sedikit. Bahkan air pun terasa tidak enak.

“Anda belum makan Pak Rey, apa saya perlu belikan–”

“Tidak.” Rey menggeleng cepat. “Aku hanya ingin menunggu sampai operasi ini selesai. Aku bisa makan nanti.”

Rey begitu bersikeras. Dia tetap duduk dan berdoa untuk mereka.

Hingga akhirnya pintu ruang operasi terbuka, Rey baru beranjak dari duduknya. Dengan penuh harap dia menyongsong rombongan dokter yang keluar.

“Bagaimana kondisi anak saya dan gadis yang mendonorkan ginjalnya, Dok?” Rey tak mampu menyembunyikan kegelisahannya, suaranya terdengar terburu-buru.

Dokter itu tersenyum menenangkan. “Operasinya berjalan lancar. Kondisi keduanya stabil, namun kita masih perlu menunggu hingga mereka sadar sepenuhnya.”

Rey mengangguk, dia bisa sedikit lega setelah mendengar itu dan mempersilahkan para dokter untuk beranjak.

***

Rey menggenggam tangan putranya yang masih memejam. Anak itu seperti sedang tertidur pulas usai operasi, mungkin masih ada efek obat biusnya.

Sebagai ayah, Rey terbilang sangat perhatian pada Zavi. Selain karena sayang, dia juga menyimpan sedikit rasa bersalah karena Zavi tumbuh besar tanpa mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Jadi dia yang memberinya rasa itu sepenuhnya.

Zavi ditinggal ibunya sejak bayi usai orang tuanya bercerai. Hingga kini wanita itu tidak ada kabarnya sama sekali.

Bahkan pihak keluarga wanita pun tidak tahu keberadaannya. Beberapa tahun lalu, Alesha pamit untuk pergi keluar negri, namun semenjak itu dia seolah lenyap.

Kelopak mata Zavi bergerak, anak itu tersadar dan membuka matanya pelan. Hal pertama yang dia lihat ayahnya, namun hal pertama yang dia tanyakan justru gadis periang itu.

“Ayah, di mana Kak Nara?”

Pertanyaan Zavi jelas membuktikan jika anak itu cukup perhatian dan menganggap Nara orang yang penting saat ini. Memang beberapa hari menjelang operasi, keduanya semakin dekat.

“Ada di ruang rawat–”

“Kak Nara juga baik kan, Yah?”

Rey mengangguk. “Harusnya dia juga sudah sadar. Kamu tidak perlu cemas.”

Rey mengusap kepala putranya. Dia senang Zavi terlihat baik, anehnya anak yang biasanya cuek itu langsung menanyakan kabar Anara. Menunjukkan jika Zavi memiliki perhatian untuknya.

“Zavi mau lihat Kak Nara–” pinta anak itu dengan wajahnya yang masih pucat.

“Baiklah, kita tunggu dokter datang ya, kamu harus diperiksa lebih dulu.” Rey menyarankan. Bagaimanapun kesehatan anaknya lebih penting.

***

Di ruang lain, Anara sudah sadar sejak tadi. Dokter juga sudah datang untuk memeriksanya. Dia dijaga oleh seorang perawat yang Rey tugaskan.

Kondisi Anara tampak baik-baik saja, selain luka bekas operasi, tidak ada rasa sakit lain yang Anara rasakan.

Gadis itu berbaring dengan tenang. Dia sempat memainkan ponselnya sebentar, hingga sebuah pesan dari temannya masuk.

[Anara, ayo ikut investasi. Modalnya bisa balik tiga kali lipat. Teman-temanku sudah pada mencoba dan hasilnya nyata, enggak zonk! Ini kesempatan bagus, jangan disia-siakan kalau mau jadi miliarder dadakan!]

Anara menyipitkan mata saat membaca pesan itu, lalu menatap tangkapan layar rekening yang ikut disertakan. Angkanya fantastis, seolah menjadi bukti keberhasilan program investasi tersebut.

Senyum Anara mengembang beberapa saat. Ide baru muncul di kepalanya.

[Benarkah? Oke, aku akan mencobanya.]

Dia membalas dengan cepat. Kepalanya nyaris tak diisi pertimbangan apa pun selain rasa tertarik yang mendominasi.

Uang memang belum ada di tangannya, tetapi Anara yakin tak lama lagi Rey akan mentransfer ratusan juta. Uang itu bisa dia gunakan untuk melunasi utang, dan sisanya, untuk hal lain. Termasuk investasi ini.

Membayangkan akan jadi OKB (orang kaya baru) membuat Anara tidak sabaran.

“Kamu terlihat bahagia sekali, padahal satu ginjalmu sudah berpindah,” tegur Rey yang kini berada di pintu. Dia melihat Anara yang senyum-senyum tak jelas seolah begitu bahagia.

Anara tertegun, senyumnya berubah menjadi kegugupan.

“Eh, Pak Rey–” Anara meringis canggung. “Tidak masalah, karena berpindah ke Zavi. Aku harap anak itu bisa sehat sepertiku. Apa ada sesuatu yang ingin Anda katakan?”

Rey mengangguk lalu berjalan ke arah Anara dan duduk di kursi dekat ranjang. Dia bisa melihat Anara yang tulus meski mungkin imbalan uang adalah tujuan utamanya.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih, karenamu Zavi punya kesempatan untuk sembuh dan sehat–”

Rey bicara dengan tenang, wajahnya pun terlihat ramah dan bersahabat.

Anara mengangguk.

“Soal uang, saya akan transfer segera. Kamu bisa menerimanya hari ini.”

“Makasih, Pak Rey,” ucap Anara dengan mata berbinar.

Rey ikut tersenyum, namun ketimbang senyum bahagia, senyum itu lebih mengandung rasa miris. Dia bersyukur untuk kesembuhan putranya, tapi tidak memungkiri ada rasa perihatin untuk kehidupan Anara.

“Ke depannya, hiduplah dengan baik, Nara. Kamu bisa gunakan uangnya untuk membuat perubahan. Jangan bekerja di tempat seperti itu lagi,” pesan Rey mengandung perhatian yang tidak Anara sangka.

Anara menatap Rey lekat. Dia mengulas senyum, trenyuh karena merasa ada yang peduli padanya.

“Permisi, Pak Rey, maaf… putra Anda pingsan. Saat ini sedang ditangani oleh dokter.”

Seorang perawat yang bertugas menjaga Zavi, menyusul Rey. Dia bicara dengan tergesa-gesa.

“Zavi pingsan?” Rey berdiri kaget. Saat dia tinggalkan tadi kondisi Zavi masih baik-baik saja, apa yang terjadi padanya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ratu As
belum ada y Kak. kalau sistem di sana membaik cerita akan dilanjutkan. ... tapi tidak dilanjut di sini, Kakak boleh baca ceritaku yang lain dulu. terimakasih .........
goodnovel comment avatar
Rosi Aslami
ka ratu ada lanjutan nya suami ndeso pewaris tunggal ga jangan di gantung cerita nya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 5

    “Oh, tidak masalah. Dia justru unik dan lucu,” sahut Anara dengan senyum cerah. “Mmm, baiklah, kamu bisa turun untuk sarapan lebih dulu.” Rey mengalihkan pembicaraan. Dia menyuruh Anara untuk turun sementara dia menyusul Zavi. “Oke!”Rey lihat, gadis itu terlihat sangat percaya diri dan mempunyai aura positif yang kuat. Selain ramah, dia juga selalu ceria, padahal Rey yakin ada banyak beban hidupnya sampai harus bekerja keras bahkan rela menjual ginjal. *** “Ginjal kami cocok?” Anara berbinar senang saat Rey memberitahu tentang hasil pemeriksaan kemarin. Anara hampir saja meloncat kegirangan. Akhirnya dia punya kesempatan besar bisa melunasi hutang! Euforia membuat ekspresi Anara tidak terkendali. Anara jadi canggung ketika ditatap oleh dua lelaki berbeda usia itu dengan tatapan yang aneh. Buru-buru dia berdeham dan memperbaiki posisi duduknya. “Mmm, syukurlah. Karena cocok, berarti operasi bisa cepat dilakukan kan? Zavi harus cepat sehat,” ucap Anara perhatian. Zavi justru m

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 4

    Setelah meminum obat dari Rey, Anara tertidur selama beberapa jam. Dia terbangun dengan kaget dan linglung. Dipikirnya dia ketiduran di club, namun saat otaknya mengingat kembali satu per satu yang dia lewati semalam, Anara pun berdecak frustasi. “Astaga, apa yang sudah kulakuan–” Anara baru teringat sudah bertindak tak sopan pada Rey. Dia begitu berani ingin mencium, bahkan memeluk dan meraba-raba dada lelaki itu. Sungguh biadab, untung Rey tahu Anara sedang dalam kondisi mabuk. Kalau tidak, bisa kena pasal pelecehan! Anara memindai sekeliling, dia berada di kamar mewah yang asing, namun dia bisa menembak jika itu bukan kamar hotel tapi mungkin rumah Rey. Anara melihat jam yang menunjuk pukul setengah empat, di luar masih gelap. Namun Anara tidak bisa kembali tidur. Kepalanya masih sedikit pusing tapi tidak terlalu parah, dia memilih ke kamar mandi dan membersihkan diri agar lebih segar. ***Saat keluar kamar, Anara mendengar suara anak menangis dan meracau lalu suara Rey yang

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 3

    Rey tidak menjawab pertanyaan Anara, dia fokus pada lelaki yang tadi memukulkan botol minuman. Rey menatap lelaki itu dengan tajam, namun ditanggapi dengan tak acuh dan omelan tak jelas. “Pak Rey, dia mabuk karena tadi minum banyak. Sepertinya dia tidak sadar siapa Anda. Tapi tolong… maafkan teman saya ini,” kata pria lain yang kini gugup dan tidak menyangka dengan kehadiran Rey. “Saya yang akan memberinya pelajaran–” Rey tidak memperpanjang masalah, kedatangannya ke sana juga bukan untuk berdebat. Jadi dia memilih untuk mengabaikan hal tadi, masih ada hal yang lebih penting harus dia bahas. “Saya ada perlu dengannya–” Rey beralih menatap Anara yang memijit pelipisnya. “Pak Rey, Anda mencariku?”Rey mengangguk lalu memintanya ikut keluar, tidak ada yang berani mencegah. Semua orang tahu jelas siapa Rey, mereka tidak mungkin berani menyinggung. Anara mengikuti langkah Rey dengan berjalan memegangi dinding. Perlahan, dia merasa banyak yang tidak beres. Selain kepalanya pusing, kak

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 2

    “Kamu salah paham, dia memang bekerja di club. Tapi aku membawanya kemari karena dia berniat menolongmu. Bukankah kamu belum dapat pendonor ginjal untuk Zavi?”Rey yang tadinya tak acuh kini berjalan mendekat. Dia menyambut Erik dan Anara untuk duduk lalu bicara serius. “Kamu sungguh ingin melakukannya?” Anara mengangguk yakin. “Benar, Pak Rey. Saya sehat, saya yakin bisa jadi pendonor untuk putra Anda. Semoga saja ginjal kami cocok,” ucap Anara dengan sesopan mungkin. Rey tampak berpikir, dia menimang sambil memperhatikan penampilan Anara. “Baiklah, besok kita cek dulu ke rumah sakit. Kalau cocok, saya ingin operasinya segera dilakukan–”Rey sedikit ragu karena penampilan Anara yang sangat mencolok, namun masalah kesehatan putranya bukan sesuatu yang bisa diulur. Jadi dia memilih untuk mencoba menerima niat baik dari wanita itu.“Tidak masalah, saya siap–” Anara bicara dengan senyum meringis. “Asal, soal uang itu… ““Saya pasti akan memberinya–” sahut Rey tanpa perlu Anara menega

  • Siasat Menggoda Duda Kaya   Bab 1 Menjadi Wanita Penghibur

    “Denda dua ratus juta? Bapak serius?”Anara menggigit bibirnya kuat-kuat, tangannya sampai gemetar. Dia dituduh merusak barang di galeri tempatnya bekerja--sebuah patung antik peninggalan jaman kuno yang harganya fantastis. Bosnya menagih uang denda untuk sesuatu yang bahkan tidak Anara lakukan. Jumlah sebanyak itu, bahkan jika Anara bekerja tanpa henti selama setahun ini pun tidak akan mungkin mendapatkan sebanyak itu. “Kamu sudah bekerja cukup lama di tempat galeri barang antik ini. Kamu tahu jelas harga patung itu tidak murah–” Patung itu kecil, hanya seukuran dua puluh senti. Namun terbuat dari porselen putih gading berusia ratusan tahun. Berbentuk patung wanita oriental dengan kimono sederhana yang dihiasi goresan warna biru dan merah yang mulai pudar. Kilau glasirnya tampak lembut di bawah lampu galeri, dan stempel dinasti di bagian bawah menjadi bukti keaslian yang membuat nilai patung mungil dan rapuh itu mencapai ratusan juta rupiah.“Ta--tapi… Aku bahkan tidak pernah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status