Waktu terus berlalu, rumah tangga Harry dan Alena masih saja harmonis seperti awal-awal mereka menikah. Meski usia mereka sudah tak muda lagi, mereka tak segan menunjukan kemesraan mereka di depan orang lain. Satu hal yang membuat mereka selalu sakit kepala dan sedikit bertengkar, yakni kenakalan anak mereka yang masih duduk di bangku SMA.Dua tahun ini, Alex muda sudah di keluarkan dari tiga sekolah. Alena dan Harry cukup frustasi karena itu."Pah, hari ini ultah Alex ke-17. Papah jangan lupa pulang awal. Mamah akan siapkan segala sesuatunya untuk merayakan hari jadi anak kita." ucap Alena di ruang makan sembari menunggu anak semata wayangnya turun dari kamar."Enggak ada pesta apapun. Kamu jangan manjain anak kita terus. Hari ini hari pertamanya masuk ke sekolah baru, jadi Papah punya rencana sendiri untuk membuat anak nakal kita itu berubah lebih baik."Alena menghela nafas melihat suaminya masih saja tersulut emosi. Dia tak tega membiarkan anak semata wayangnya terus saja di hukum
Pov AlexBel istirahat berbunyi, para siswa keluar kelas. Aku yang tadinya ingin memberi pelajaran gadis gendut bernama Aurel itu tak bersemangat. Perutku keroncongan minta di isi. Aku tak mengantongi uang sepeserpun, aku lapar dan tak tahu harus berbuat apa.Nyum...nyum...!Aku menoleh ke sumber suara, aku menggigit bibir sembari memegang perutku yang makin merasa lapar saat melihat Aurel tengah makan di tempat duduknya. Air liurku keluar karena benar-benar menginginkan makanan milik Aurel."Sial, kenapa Bad*k itu makan disana!" gumamku sembari terus menatap Aurel makan."Apa lihat-lihat?" celetuk Aurel. Aku membuang pandangan setelah kepergok. Langsung ku tempelkan wajah diatas meja karena malu. Dalam hatiku menyesal karena tak mendengarkan perintah Mamahku yang menyuruh sarapan.Jam berlalu, waktu pulang sekolah akhirnya datang juga. Aku sangat bersemangat pulang. Bayangan makanan-makanan sedap terhidang di meja makan rumahku membuat perutku makin keroncongan.Aku mengeluarkan pons
Pov AlexLelah hinggap di tubuhku. Aku tak menyangka pekerjaan yang aku anggap sepele ternyata sangat menguras tenaga. Setelah makan malam aku langsung tidur karena merasa sangat kelelahan.Jam menunjuk ke angka enam pagi, bagaimana bisa aku melewatkan bunyi alarm kali ini. Kalau tak cepat-cepat mandi aku pasti akan telat.Cukup hanya dengan lima belas menit, aku telah selesai bersiap berangkat sekolah. Seperti biasa orangtuaku menungguku di ruang makan. Aku menghampiri mereka sekedar meminta uang saku."Mamah suruh Bik Layli masak masakan kesukaanmu, Lex. Duduk sini sayang!" ucap lembut Mamah."Mamah gimana, sih. Kenapa enggak bangunin aku awal. Aku telat jadi enggak bisa ikut sarapan." omelku."Mamah enggak tega lihat kamu yang masih pulas tidur tadi. Telat dikit enggak apa-apa sayang. Makanlah dulu." bujuk Mamah."Enggak, aku mau langsung sekolah saja!" ucapku keras kepala."Kalau mau berangkat ya berangkat saja, ngapain buang-buang waktu marah-marah di sini!" ceplos Papah. Buang-b
Pov Alex"Jangan cepat-cepat, kakiku sakit!" ucap Mbak Calista. Aku menoleh kearah kakinya lalu menyuruhnya membuang high heells miliknya."Buang, high heelsnya Mbak, kita bisa tertangkap nanti!" perintahku. Kami berhenti sejenak, dia membuang high heels lalu kami kembali berlari. Orang suruhan Ayah tiri Mbak Calista masih mengejar kami. Hingga akhirnya aku lihat sebuah taksi, aku hentikan taksi lalu menarik Mbak Calista masuk ke dalamnya."Pak, cepat jalan Pak! kami di kejar orang-orang itu!" ucapku pada sopir taksi."Ok!" ucap sopir taksi itu."Mbak Calista tunggu!" teriak salah satu orang itu, Mbak Calista tersenyum sambil melambaikan tangannya pada lelaki itu."Makasih ya, De. Aku selamat lagi!" ucapnya lega."Mbak kan sudah selamat, sekarang Mbak turun di sini saja!" ucapku pada wanita itu."Aku enggak mau, aku mau ikut sama kamu saja!""Ikut denganku? Jangan gila Mbak, aku bisa-bisa di usir orangtuaku karena membawa wanita ke rumah malam-malam!" tolakku.Wanita itu meletakan dua
"Apa yang sedang kamu lakukan, Mbak?" tanyaku setengah berbisik. Langkahku mendekat. Keadaan dapur sangat berantakan, piring kotor dan kulit beberapa buah berserakan."Aku lapar Lex, aku enggak bisa tidur jadi aku nekad turun mencari makanan!" ucapnya kemudian menggigit apel yang ada di tangannya."Kamu bisa ketahuan kalau begini, Mbak." "Semua orang di rumahmu sedang tidur, Lex. Jadi aman!" jawabnya pelan. Dia terlihat sangat kelaparan, dalam sekejap saja apel di tangannya habis di makannya."Ayo, naik. Nanti aku ambilkan makanan."Dia tersenyum senang mendengar itu. "Sungguh?"Aku mengangguk cepat, "Iya, cepat kita naik sebelum ketahuan." ajakku.Baru saja selesai bicara, ku dengar suara pintu kamar Bik Layli seperti terbuka. Kamarnya memang ada di sebelah dapur jadi suara pintunya terdengar sampai sini."Cepat, sembunyi!" perintahku."Dimana?" tanya Mbak Calista kebingungan."Sini!" jawabku sambil mengarahkan tangan di bawah meja. Mbak Calista jongkok lalu sembunyi di bawah meja.
Pov Alex"Udah makannya sayang?" tanya Mamah saat aku kembali ke ruang makan."Tadi pecah piringnya, Mah. Aku ambil lagi, ya!"Dua orang yang ada di depanku terkejut."Lex, akhir-akhir ini porsi makanmu bertambah dua kali lipat. Papah juga kerja, tapi makannya enggak seperti kamu."Aku terus mengambil nasi tanpa merespon pertanyàan Mamah."Lex, kamu lagi enggak kenapa-kenapa kan?" Papah ikut bersuara."Katanya kalian kerja buat aku, kenapa lihat aku makan sebanyak ini, kalian enggak suka."Wajah dua orangtuaku berubah menjadi segan padaku."Bukan, itu maksud kami. Kami suka kamu banyak makan. Tapi kalau sebanyak itu kami ngerasa aneh saja."Mamah masih memasang heran saat menatapku."Kamu yakin itu habis, Lex?" sahut Papah."Ini pasti habis Pah, jangan khawatir. Aku naik dulu ya?"Aku kembali ke kamar membiarkan mereka penuh tanda tanya.Setelah sampai di kamar aku memberikan semua makanan yang ku bawa pada Mbak Calista."Kamu yakin, enggak ikut makan?" tanyanya."Iya, aku yakin. Aku
Pov Alena"Kenapa senyum-senyum sendiri Pah? lagi sms-an sama perempuan lain, ya?" tanyaku pada suamiku sambil menyipitkan mata."Iya sama perempuan. Tapi bukan selingkuhan Papah." jawabnya masih dengan senyum-senyum sendiri."Sekarang ngakunya gitu tapi lama kelamaan, ceritanya pasti beda Pah, kalau kalian sudah terlanjur nyaman." bebelku menahan geram. Suamiku menatap kearahku lalu menyuruhku duduk di sampingnya."Lihat, Alex lucu sekali." ucapnya sembari memberikan ponselnya."Lucu? Alex tertidur saat pelajaran di kelas. Kok lucu sih?" aku mengernyit bingung."Dia sudah banyak berubah Mah meski belum sepenuhnya. Dulu kenakalannya sangat menakutkan. Tawuran, balapan sama temen-temennya, bolos sekolah juga. Sekarang, meski dia merasa bosan di kelasnya setidaknya dia tak kabur saat jam pelajaran. Aku sudah meminta bantuan wali kelasnya untuk membimbingnya pelan-pelan agar dia bisa semakin lebih baik lagi.""Jadi yang mengirimkan ini wali kelasnya?" tanyaku menahan malu karena sudah me
Pov Alex"Lex, kamu menyembunyikan seorang wanita di kamar ini?" tanya Papah dengan sangat marah. Rahangnya mengeras, aku tertunduk tak bisa berkata-kata.Sebelum aku keluar kamar, Mbak Calista memang bilang mau mandi, mungkin saat dia ada dalam kamar mandi dia panik mendengar suara Papah dan Mamah, jadi dia melupakan barang pribadinya itu hingga akhirnya tertinggal di kamar mandi.Papah menarik kerah bajuku, matanya terlihat merah saat dengan terpaksa aku membalas tatapan matanya."Jawab pertanyaanku, anak nakal!" teriaknya. Tangannya terangkat ingin menamparku tapi Mamah menghentikannya."Pah, jangan!" teriak Mamah. Akhirnya tangan Papah hanya menggantung di udara."Sekarang jawab pertanyaan Papah, kamu menyembunyikan seseorang di kamarmu kan?" tanya lagi Papah, aku tidak bisa terus diam. Aku akhirnya mengangguk karena terpaksa."Maafkan aku, Pah!"Plak!Papah kali ini tidak bisa menahan amarahnya lagi. Satu tamparan darinya terasa sangat menyakitkan. Senakal-nakalnya aku selama ini