Share

2. The Task

(Putri menambahkan Alisa, Nuriya, Ryanho, Phaelus, Aybe, Lesmana, Reza, dan Ilham ke obrolan)

(Hari ini 19:24)

Putri : Assalamu’alaikum.

Alisa : Wa’alaikumussalam Mba.

Nuriya : Wa’alaikumussalam Mba.

Ryanho : Wa’alaikumussalam Mba.

Lesmana : Wa’alaikumussalam. Ada informasi terkait pertemuan sebelum praktikum pertama, Putri?

Putri : Saya sudah coba hubungi Mas Akbar. Kata masnya, Mas Hamid masih belum balik. Aku dikasih kontak dia.

Reza : Coba dihubungi sekarang Dik. Masnya ga suka kalo mepet ngehubunginya, nanti dikasih minus.

Putri : Iya Mas. Saya sudah coba hubungi tapi belum dibalas.

Lesmana : Sabar saja. Mas Hamid itu lumayan slowresp orangnya.

Reza : Slowresp tapi ga suka kalo lambat di respon. Aneh emang. Sekarape dewe.

Lesmana : Reza.

Reza : Iya iya.

Putri : Ini ada balasan dari masnya Mas Mba Dik.

(Foto) Soul : Tolong sampaikan ke semuanya untuk perwakilan ketemu Dragonus_Blade untuk minta link pra-asistensi saya. Saya akan matikan link nya jam 21:00 malam ini. Kalau nggak selesai dan benar dalam mengerjakan pra-asistensi tugas asistensi on the spot saya gandakan kesulitannya.

Reza : Nah kan. Suka banget nih senior. Ini aku masih rapat BEM dan kabem masih ceramah.

Lesmana : Maaf Dik, saya nggak bisa keluar malam.

Putri : Saya masih diluar kota Mas Mba Dik, ada yang bisa bantu?

Ryanho : Saya dekat kampus Mba, kira-kira Mas atau Mba Dragonus_Blade itu yang mana ya?

Lesmana : Langsung ke lab aja Dik, bilang aja kamu mencari Dragonus_Blade.

Ilham : Aku temenin Dik. Kamu di mana?

Ryanho : Saya di kos dekat kampus Mas. Ketemu di mana ya Mas?

Ilham : Depan lab aja.

Nuriya menghembuskan nafas. Dia berharap setidaknya asistennya akan mudah, tapi ternyata dia mendapatkan asisten paling susah di antara semua asisten. Setidaknya, itu yang dia ketahui saat Ryanho sempat bertanya di grup angkatan mereka. Dia membaringkan tubuhnya dan berdo’a untuk tidur. Namun, saat matanya nyaris terlelap, sebuah pesan memasuki smartphone miliknya yang membuat benda itu berdering.

Putri : Mas Mba Dik, ada tambahan.

(Foto) Soul : Selain tugas dari Dragonus_Blade, aku juga mau kasih kalian tugas khusus yang harus selesai pas kita asistensi kelima sebelum proyek akhir semester ini. Untuk tugasnya saya kirim setelah balik dari perjalanan. Kita asistensi selasa malam. Praktikum senin kan?

(Foto) Putri : Iya Mas. Kami giliran senin sore praktikumnya.

(Foto) Soul : Jam 19:30. Telat saya dobel tugas on the spot nya.

Ilham : Aku asistensi listrik Selasa malam. Gimana nih?

Reza : Asistennya siapa?

Ilham : Mas Yusuf angkatannya Mas Reza.

Reza : Ya udah, bilang aja kalo si Soul jadwal sekarape asistensi hari iku. Angkatanku maklum kalau kamu dapat dia. Yusuf biasanya minta foto bukti asistensi lab lain, kirim aja bukti namamu di papan X-106 sama pesan Soul. Aku cover juga kok, soalnya aku juga malam itu asistensi lab listrik sama dia.

Ilham : Makasih Mas Reza. Akan saya hubungi masnya.

Reza : Dapat link nya Dik?

Ilham : Ini lagi bicara sama masnya.

Ryanho : Ini linknya Mas Mba : (link)

Dengan malas Nuriya membuka link yang dikirim Ryanho dan hanya ada satu kata yang bisa dia katakan saat membaca soal-soal pra-lab itu.

Astaghfirullah, soal macam apa ini!” teriaknya secara refleks. Dia membuka grup lagi.

Reza : Parah, gile abis emang ini orang. Senang banget bikin orang ngulang. Aku ga bisa KP bangsat!

Lesmana : Reza. Tata kramamu.

Reza : Iya iya. Tapi serius, ini lho susah semua.

Aybe : Mas Mba, itu sepertinya sangat advanced deh soalnya.

Lesmana : Harap maklum ya Dik. Mas kalian itu memang suka bikin soal rumit-rumit.

Reza : Fix ngulang dah. Les, drop drop!

Lesmana : Nggak boleh putus asa Reza.

Ryanho : Bisa copas aja nggak mas? Itu soalnya susah-susah semua. Aku tanya ke grup angkatan juga nggak ada yang bisa.

Lesmana : Kalau ada yang copas satu kelompok kena imbasnya karena kalau Mas Hamid cek manual seteliti mungkin. Nanti semua kelompok juga di cek sama asisten-asisten mereka kalau ada yang ketangkap. Dua tahun terakhir ada yang nyoba, jadi banyak yang ngulang karena yang di kelompok Mas Hamid ketangkap basah semua.

Aybe : Kalau nggak dijawab sebagian kecil ga apa Mba?

Lesmana : Kalau ada yang kosong nanti soal asistensinya dibuat tambah susah dan tambah banyak Dik.

Reza : Drop drop. Kesal aku.

Lesmana : Dik, besok siang jam 1 di kelas CT-103 kalau bebas ketemu aku ya. Aku ajarin cara ngerjainnya. Tahun lalu soalnya juga dapat soal yang mirip. Ini sedang ku kerjakan. Ada asisten lain juga makai soalnya dan teman-temanku minta diajarin juga.

Ilham : Siap Mba.

Putri : Siap Mba.

Nuriya : Siap Mba.

Phaelus : Mas, bisa drop?

Ilham : Saranku jangan drop kalau kamu dapat Soul Dik, nanti semua di kelompok nilainya bakal dikurangin. Jangan tiru Mas Reza.

Phaelus : Siap mas.

Reza : Sini Ham, kita ngobrol dulu.

Ilham : Ampun Mas Reza :(

Nuriya menghembuskan nafas berat. Sepertinya dia akan benar-benar mengambil SBMPTN tahun depan. Kalau Phaelus dan Aybe aja mengeluh, berarti memang susah asisten ini. Jangan-jangan asisten inilah yang ditakuti angkatan atas. The killer assistant, kalau mereka menyebutnya.

Ada pesan pribadi masuk ke smartphone miliknya. Pesan dari Alisa.

Alisa : Gimana nih? Susah banget soalnya.

Nuriya : Aku tahu Lis. Kira-kira bisa minta tolong lab nggak ya?

Alisa : Mana mau mereka. Kamu datang kan besok siang?

Nuriya : Iya. Kita kelas pagi aja kan?

Alisa : Iya, kelas Matematika 1.

Nuriya : Oke!

Nuriya pun menutup smartphone dan kembali meletakkannya di meja, lalu dia pergi tidur.

Pagi hari tiba. Semangat cerah matahari tidak direfleksikan oleh Nuriya yang telat bangun dan ketinggalan Subuh. Jam menunjukkan 7:15 saat dia bangun dan dia dengan segera melakukan kewajiban Subuh yang telat lalu mempersiapkan diri untuk kuliah. Ibunya telah berangkat beberapa waktu sebelum dia bangun.

Setelah melalui satu kelas matematika yang memusingkan kepala, Nuriya pergi untuk mempersiapkan diri untuk salat Zuhur, namun dia tak lupa menyempatkan diri untuk pergi ke bank untuk menabung sebagian sakunya. Tepat setelah dia balik dari masjid kampus ke jurusan, dia bertemu Putri dan juga seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Putri yang melihat Nuriya menyapanya.

Dik Nuriya!” sapa Putri. Nuriya yang tidak ingin berinteraksi saat ini hanya melihat ke arah seniornya sebelum dia perlahan menjawab.

Iya mba?” jawabnya, dengan nada yang terkesan bertanya.

Maba?” tanya temannya.

Ini Nuriya yang aku bilang segrup sama kita Ilham!” jawab Putri, yang diikuti melengkungkan bibirnya kesal. Ilham hanya tersenyum.

Perkenalkan, saya Ilham. Teman angkatan Putri,” sapa Ilham kepada Nuriya. Nuriya hanya mengangguk pelan sebelum memperkenalkan dirinya.

Nama saya Nuriya... mas,” ucapnya pelan. Putri lalu menarik tangannya, mengajaknya untuk ikut dengannya.

Ayo Nur, kita ketemu Mba Lesmana,” ajak Putri dengan senyuman dan Nuriya hanya mengangguk pelan. Ilham membalikkan arah tubuhnya dan berjalan duluan beberapa langkah sebelum dua perempuan itu menyusulnya. Smartphone miliknya berbunyi saat dia berjalan ke ruangan tujuan mereka, CT-103 yang disebutkan Lesmana kemarin malam.

Mba Putri, saya buka HP dulu ya,” ucap Nuriya meminta izin. Putri mengangguk santai. Perempuan yang satu tingkat lebih tua itu berpikir di dalam hatinya, apa yang dilakukan angkatannya dan angkatan atas sampai ada maba yang setakut ini?

Alisa : Kamu di mana?

Nuriya : Sama Mba Putri dan Mas Ilham.

Alisa : Aku nunggu kamu nih di masjid kampus padahal. Ya udah, aku nyusul ke sana.

Nuriya : Hati-hati

Alisa : Iya.

Nuriya dan kedua seniornya akhirnya tiba dan bergabung di kelas tambahan itu. Lesmana mengajarkan dengan sabar dan telaten. Bahkan beberapa mahasiswa baru yang terus bertanya, entah memang bertanya atau mencari celah modus meski beresiko ribut sama angkatan atas, dijawab dengan lembut namun jelas. Setelah sekitar dua jam berlalu, akhirnya ada tiga anak yang berhasil, yaitu Phaelus, Aybe dan Azhar. Semuanya dari angkatan pertama. Sisanya, baik angkatan pertama, kedua, maupun ketiga, bahkan keempat dan kelima, masih berkutat dengan laptop masing-masing, mencoba menyelesaikan tugas mengerikan itu. Termasuk diantaranya adalah Nuriya dan Alisa.

Susah banget,” keluh Nuriya. Dia menghela nafas kesal saat programnya terus menampilkan berbagai macam error setiap dia melakukan perubahan. Alisa juga demikian, dan begitu pula Putri serta Ilham. Reza sendiri geleng-geleng kepala melihat programnya yang selalu gagal yang membuat dirinya frustasi. Saat mereka masih terus fokus menyelesaikan, Lesmana melihat seorang laki-laki dengan tinggi sepantarannya melewati ruangan itu.

Assar!” teriaknya memanggil laki-laki itu. Laki-laki dengan wajah putih yang menawan itu menoleh ke sumber suara, yaitu Lesmana.

Ada apa?” tanya laki-laki bernama Assar itu menghentikan langkahnya. Matanya melihat ke ruangan Lesmana berada sekarang. Lesmana menaikkan sebelah alisnya, heran dengan Assar yang sibuk menganalisis ruangan itu.

Biar kutebak, sepupuku?” tanya Assar langsung. Lesmana mengangguk.

Mattaku, perlu apa?” tanya Assar lagi. Lesmana memberikan sebuah kertas, dan Assar mengambilnya. Dia melihat ke kertas itu sebelum menggelengkan kepalanya yang diikuti dengan hembusan nafas berat.

Kelompok mana?” tanya Assar lagi.

Kelompokku,” jawab Lesmana, datar. Namun, ada selipan permohonan dalam jawaban itu yang ditangkap oleh Assar.

Aku baca dulu tugasnya baru aku lihat bisa bantu apa nggak. Tugas akhir semester kan?” tanya Assar memastikan arah pembicaraan ini. Dia tahu hobi sepupunya : bikin tugas akhir asistensi yang levelnya sama kayak tugas dosen matkul semester atas. Apaan coba?

Iya. Yakin aja sih bisa, soalnya itu tentang permainan,” jawab Lesmana. Assar tertawa kecil mendengar kata ‘permainan’. Dia menganggukkan kepalanya.

Kirim ke aku lewat pc aja. Aku mau nemuin yang ngasih soal dulu.” Assar tertawa lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Entah apa yang ada dipikiran manusia-manusia di ruangan itu melihat interaksi tadi. Bagi angkatan satu, hal tersebut bukan urusan mereka, namun angkatan lainnya mulai heboh dan akhirnya kelas menjadi ribut.

BAM!

Jangan ribut!” hentakan meja dan teriakan itu menghentikan keributan di ruangan itu. Seorang laki-laki yang sepertinya berada di tahun kelimanya memasang wajah serius.

Disebelah ada kelas pengganti pak prof. Jangan berisik,” tegur laki-laki itu. Semua di ruangan terdiam.

Makasih banyak mas,” ucap Lesmana yang menghela nafas lega. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dosen kelas sebelah datang. Bisa panjang urusannya. Azan Ashar memasuki tempat mereka.

Setelah Azan Ashar selesai, Lesmana menutup kelas tambahan itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lucy
Keren kak Daffa, serasa kembali kuliah lagi hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status