Share

BAB 04 Mabuk

Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri.

“Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya

“Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender

“Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna

“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartender

Luna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhirnya sampai pada parkiran Club yang cukup ramai dengan mobil yang berbaris rapi.

“Aish, mobilku di mana?” gerutu Luna

Semua mobil terlihat sama dimata Luna, ditambah dengan pandangan matanya yang sudah mengabur.

“Luna!”

Luna yang merasa dipanggil segera menoleh kebelakang, pandangannya yang menjadi buram bahkan terlihat seolah berputar-putar dimatanya membuatnya sulit untuk mengenali seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini. Berulang kali dia mengerjapkan matanya dengan satu tangannya memegangi kepala yang terasa pusing.

“Siapa?” tanya Luna

“Oh tidak! Sepertinya Kamu sudah mabuk berat sampai tidak mengenaliku,”cibir pria di depan Luna

Jika dari suaranya Luna sangat yakin bahwa seseorang yang sedang berbicara dengannya adalah seorang pria, bahkan suaranya tampak tidak asing baginya. Sayangnya dia tidak bisa memastikan siapa pria itu.

“Biar saya antar kamu pulang,” ucapnya

“Tidak! Saya bisa menyetir sendiri!” tolak Luna lalu membalikkan tubuhnya

Belum sempat tubuhnya berbalik dengan sempurna, tangannya sudah terlebih dahulu ditarik dari belakang hingga membuat tubuhnya oleng seketika. Namun dengan sigap pria itu menangkap tubuhnya, jarak wajah mereka yang cukup dekat membuat Luna bisa dengan jelas melihat wajah sang pria.

“Abian?” beo Luna

Seseorang yang dipanggil Abian tersebut menarik satu sudut bibirnya, namun sayang Luna kehilangan kesadarannya dan pingsan dalam pelukan Abian.

”Aku kira kamu peminum hebat, ternyata cukup payah!” cibir Abian

Abian lantas menggendong tubuh Luna ala bridal style, berbekat kunci mobil di tangan Luna Bian mencari keberadaan mobil milik Luna dan mengantarnya pulang. Beruntung Arka pernah mengatakan padanya tentang lokasi rumah milik Mamanya, jadi Bian tidak perlu mengantar Luna pulang ke rumah orang tuanya yang dia yakini akan menimbulkan masalah saat mengetahui keadaan Luna yang tengah mabuk.

Tin

Tin

Abian mebunyikan klakson mobil agar satpam membukakan pintu pagar rumah Luna, dan tak lama seorang pria dengan pakaian khas seorang satpam keluar dari pos satpam yang berada di samping pagar. Abian yang hendak memasuki rumah Luna merasa kesulitan karena handle pintu berjenis smart door, Bian langsung menempelkan jari telunjuk Luna, setelah pintu terbuka Abian mencari letak kamar Luna.

“Non Luna!” seru seorang wanita paruh baya

Langkah Bian terhenti seketika, dia menunggu seorang wanita paruh baya yang berjalan medekat kearahnya. Abian yakin bahwa wanita tersebut adalah ART di rumah Luna jika dilihat dari caranya memanggil Luna.

“Di mana kamar Luna?” tanya Bian

“Di lantai atas Tuan, pintu pertama sebelah kanan,”

“Baik, terima kasih!” tukas Bian

Abian lalu berjalan menaiki tangga sampai dia tiba di depan kamar yang telah di sebutkan oleh ART tadi, Abian lantas membuka pintu kamar Luna lalu merebahkan tubuh Luna di atas ranjang berukuran king. Bian melepas sepatu yang masih melekat di kaki Luna lalu beralih menyelimuti tubuh Bosnya.

“Kamu begitu cantik, tak salah jika Aku menyukaimu pada pandangan pertama,” ujar Bian sembari menatap lekat wajah Luna

Tangan Bian terulur untuk membelai pipi mulus Luna, namun tanpa diduga tiba-tiba Luna menggenggam tangan Bian dan membuat Abian berjingkat kaget.

“Ndra, Aku sayang kamu.” ujar Luna dengan mata yang masih terpejam

Deg!

Jantung Bian terasa berhenti berdetak, dia tidak menyangka jika Luna begitu mencintai kekasihnya. Bahkan disaat kesadarannya mulai menghilang dia masih saja mengingat kekasihnya.

“Maaf, Aku tidak bisa berlama-lama melihatmu seperti ini,” ucap Bian

Bian lalu melepas genggaman tangan Luna, namun sebelum pergi Bian mencium kening Luna singkat. Bibir Bian tersenyum tipis, meski hatinya terasa sakit mengetahui fakta bahwa hati wanita pujaannya hanya untuk kekasihnya.

***

Tok

Tok

Tok

Entah sudah keberapa kali pintu kamar Luna diketuk dari luar, namun sang empunya tak kunjung membukakan pintu. Sampai ART yang kerap disapa Bi Imah tersebut terpaksa masuk ke dalam kamar Luna untuk memastikan keadaan majikannya.

“Non Luna bangun!” teriak Bi Imah

Bi Imah mengguncang tubuh Luna beberapa kali sampai wanita cantik itu melenguh saat merasa tidurnya terganggu.

“Non, ada tamu di bawah, ada Tuan dan Nyonya juga,”

Luna mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa sedikit pusing meski tidak seberat semalam. Luna bangkit dari tidurnya, mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada sandaran tempat tidur.

“Hem, hari ini kan hari minggu. Bukannya Arka lagi libur sekolah?”

“Em, anu Non. Bukan den Arka yang datang, tetapi Tuan dan Nyonya bawa cowok sangat ganteng, dia yang mengantar Non Luna pulang semalam,” tutur Bi Imah

“Ha! Siapa?”

Luna mencoba mengingat kejadian semalam saat dirinya tengah mabuk dan kesadarannya menghilang, Luna baru menyadari bahwa dia tidak mungkin menyetir sendirian saat dia dalam keadaan mabuk berat.

“Lalu siapa yang mengantarnya pulang semalam, apa dia menelepon Indra dan memintanya mengantar pulang?” ucapnya dalam hati

Jika memang benar bahwa Indra yang megantarnya pulang, lalu untuk apa Indra bertamu kerumahnya bersama kedua orang tuanya. Mengingat kedua orang tuanya tidak menyukai Indra.

“Non! Kok malah bengong, sebaiknya Non Luna mandi dulu, Bi Imah mau ke bawah. Tuan dan Nyonya sudah meunnggu dari tadi!” tegur Bi Imah

Luna pun langsung tersadar dari lamunannya, dia lalu bergegas untuk membersihkan tubuhnya dan menemui orang tuanya di lantai bawah.

“Mama, Ayah? Tumben pagi-pagi ke sini?” sapa Luna

“Mama mau kenalin seseorang, meski Mama tahu kalian sudah saling mengenal,” ujar Ratna

“Dia yang mau Mama jodohkan sama kamu, dia yang akan jadi Ayah bagi Arka nantinya.” Bisik Ratna

Apa?

Ini tidak mungkin, mengapa kedua orang tuanya sangat ambisius sekali untuk menjodohkan anaknya. Tatapan Luna tertuju pada seorang pria yang duduk membelakanginya, jika pria tersebut adalah orang yang mengangantarnya pulang semalam, itu artinya dia bukanlah Indra.

“Ini lebih buruk!” batin Luna

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status