Share

Tugas dari Atasan

last update Last Updated: 2022-12-07 07:54:29

'Nay, ke kantor sekarang! Ada yang mau saya bicarakan!’ pesan singkat yang tertera pada notifikasi di ponselku membuatku harus menghentikan pencarian orang yang baru Saja bertabrakan denganku tadi.

Dengan cekatan jariku mengetik balasan dengan cepat, terlambat lima menit saja maka akan sangat membahayakan nasibku. ‘Baik, Pak. Naya segera ke sana.’ Balasan pesan terkirim hanya dengan hitungan detik saja. Bergegas aku menyudahi dan mengurungkan niat shoopingku sekarang juga.

Aku menuju parkiran mall dengan tergesa-gesa. Saat itu pula aku melihat lelaki yang sangat mirip dengan Mas Adji masuk ke dalam mobil yang sangat mewah, mobil keluaran terbaru yang hanya terdapat beberapa unit saja di dunia, dan dia punya. Mengkilap sempurna, mobil yang terkena cahaya sinar matahari lewat di depan mataku. Aku terpaku. “Wow, kapan aku punya yang kayak gitu?” gumamku kagum.

“Astaga, aku harus segera ke kantor. Aduh, mampus kalau kelamaan.”

“Permisi, Pak.” Aku mengetuk pintu ruangan yang sedang terbuka lebar. Di dalam ruangan itu terdapat beberapa orang yang sedang duduk tegap dengan wajah serius.

“Masuk, Nay!” titah atasan yang tadi mengirimkan pesan ke ponselku.

Aku mengangguk paham, lalu masuk dan duduk di bangku yang masih tersisa dengan sopan.

“Jadi, Kalian semua sudah tahu tentang berita pengusaha yang viral saat ini?” tanya atasan dengan menatap wajah kami satu-persatu.

Aher teman kerjaku mengangkat tangan. “Sudah, Pak.”

Atasan mengangguk pelan. “Lanjutkan!”

“Pengusaha yang tengah Viral itu bernama Kusuma Adjipto Sahreza yang baru saja memunculkan dirinya ke depan publik. Sebenarnya, dia telah lama sukses, hanya saja dia tidak ingin ada media mana pun meliputnya, tapi saat media berhasil meliputnya, dia sekarang semakin terkenal dan viral. Untuk data lengkap identitasnya, masih sangat dijaga dan dirahasiakan,” Aher menjelaskan dengan sangat bagus.

Kami bertepuk tangan mengapresiasi. Atasan manggut-manggut sembari tersenyum tipis. “Bagus, Aher.”

Aher tersenyum bangga, lalu menatap ke arahku sekilas. Mulai, dia pasti membanggakan dirinya kepadaku. Alah, Aher. Baru dapat pujian segitu dari atasan udah besar kepala aja.

“Nay, kamu salah satu yang paling saya percaya. Bagaimana pun, kamu harus bisa menjalin persahabatan dengan perusahaan Kusuma Adjipto Sahreza, itu. Kamu sanggup?” Semua mata tertuju ke arahku.

Seberat apa pun tugas, pastilah aku yang diminta atasan untuk menyelesaikannya. Karna prestasiku memang sudah sangat handal dalam hal ini. Aku juga telah menjadi tangan kanan atasan perusahaan yang selalu bisa diandalkan.

“Saya tidak akan mengecewakan, Pak,” ucapkan yakin.

Tepuk tangan riuh, atasan tersenyum lebar. “Saya suka itu.”

Aku membalas Aher dengan tatapan sekilas pula yang memberikan isyarat, akulah pemenangnya. Kamu bukan apa-apa Aher, dibandingkan denganku.

“Semoga berhasil, Nay.” Semua yang berada di dalam ruangan itu menyalami dan mengapresiasiku. Bagaimana pun, aku harus dan pasti bisa menyelesaikan tugas ini. Karna bonus yang diberikan atasan bukan main-main. Tiga kali lipat dari gajihku sebulan. Semangat, Nay!

“Emang ya, aku kalah mulu sama kamu,” celoteh Aher.

Aku mengerenyitkan dahi. “Pastilah, Naya gitu loh. Berani lawan?” ucapku dengan congkak.

“Iya, iya aku nyerah!” Aher mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Karna kamu tadi satu langkah di atasku. Hari ini, aku bakalan traktir kamu makan. Gimana?”

“Satu langkah? Sepuluh langkah kali. Beneran ya, kebetulan aku lagi laper nih.”

“Iya, iya, sepuluh.” Aher membuka sepuluh jarinya. “Let’s go, Girls!"

Aher, temanku sejak lama di perusahaan ini. Hanya dia seorang yang tahu kalau aku sudah menikah. Sengaja aku menyembunyikan identitasku dari anggota lainnya. Karna jika mereka tahu, pasti mereka semua akan mencemoohku habis-habisan yang punya suami pedagang sayur keliling.

“Oh iya, Aher. Tau ga, tadi aku ketemu tuh sama pengusaha viral,” celetukku setelah menyeruput secangkir kopi kesukaanku.

“Maksudmu ketemu Pak Kusuma Adjipto Sahreza?” tanya Aher sembari matanya terbelalak.

Aku mengangguk memberi jawaban, kembali kuseruput kopi.

“Gimana, di mana?” Aher yang berada di seberang meja mencondongkan wajahnya ke arahku.

“Cuman ketemu papasan doang, tadi di Mall.”

“Aduh, Nay. Itu kesempatan emas loh padahal.”

“Iya, aku tahu. Cuman entah kenapa tadi aku kayak ga bisa ngomong gitu, mulutku ke kunci waktu liat Mukanya yang mirip banget sama suamiku.”

“Maksudmu mirip Adji?” Aher tertawa renyah.

“Siapa lagi.”

“Argh, enggak mungkin lah Nay. Suamimu kan kucel, mana mirip sama dia.”

Aku manggut-manggut. Bener juga kata Aher, tapi kenapa otakku tetap bersikeras itu adalah Mas Adji, suamiku. Namanya pun ada kemiripan Adji dengan Adjipto. Argh, pusing.

Ponselku bergetar

Aku pun membuka ponselku yang tergeletak di atas meja. Aher terlihat menatap pada ponselku sekilas lalu dia mengunyah makanannya.

Mas Adji? Tumben banget Mas Adji nelpon.

‘Hallo, ada apa?’

‘Kamu di mana, Nay?Kapan pulang? Sudah mau magrib.’

‘Terserah aku lah di mana, sudah jangan ganggu, ah'

Tanpa memberi aba-aba dan tanpa menunggu ucapan Mas Adji selanjutnya. Aku langsung memutuskan sambungan telepon. Wajahku seketika menjadi kecut, menerima kenyataan yang sangat tidak menyenangkan ini.

“Adji, Nay?” tanya Aher yang sudah hapal dengan ekspresiku.

“Hay, Nay. Selamat, ya!” Tiba-tiba saja Pritta datang dan mengulurkan tangannya.

“Pritt, ngagetin aja.” Aku dan Aher mengelus dada. Pritta memang gitu, suka banget tiba-tiba muncul kaya hantu. Hati-hati dengan mulutnya yang suka celoteh tiba-tiba yang mana rem mulutnya telah kehabisan kampas. Rahasia, jangan sekali-kali membocorkan padanya, karna seluruh alam semesta akan mengetahui dalam waktu hanya hitungan detik.

“Maaf,” jawabnya lalu tertawa renyah.

“Darimana aja, Pritt?” tanya Aher.

Pretti memanggil lelayan resto dengan mengangkat kedua jarinya.

“Dari rumah lah, darimana lagi. Aku kan bukan tim kalian yang selalu melakukan rapat rahasia sama atasan,” celetuknya dengan sangat lancar sembari memilah-milih menu yang tertera pada daftar menu.

Aku mengulum senyumku melihat ekspresi Aher.

“Oke.”

“Tapi, Pritta, darimana kamu tahu aku dapat tugas dari atasan?” tanyaku.

Pritta tak menggubris pertanyaanku saat pelayan datang dengan membawa buku kecil catatannya. “Kopi late sama banana cheese ya.”

Dengan cepat pelayan mencatat pesanan Pritta barusan. Saat pelayan beranjak dari kami Pritta pun menatap ke arahku.

“Pritta gitu, loh. Berita apa sih yang ga Pritta ketahui.” Pritta menyilang kedua tangannya ke dada.

Aku dan Aher saling menatap. Benar sih apa yang Pritta katakan. Dia tidak pernah ketinggalan berita apa pun itu. Entah darimana kah dia mendapatkan insformasi. Apa mungkin dari para tikus yang mengintip dari lubang tikus? Haha.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   ENDING

    Kembali Pov Naya"Jadi, sejak saat itulah Dina sangat membenciku. Aku sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya padanya namun dia tidak mau sama sekali mendengarkan aku, bahkan surat dan pesanku tiada yang diterima olehnya. Ia selalu menganggap ku sebagai pembunuh Nia. Aku sama sekali tidak menyalahkannya karena ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku tetap menganggapnya seperti sahabatku dulu.""Jadi, ternyata mama bukan pembunuh ibu?" Mama mengangguk. Aku langsung memeluk mama erat. "Maafin sikap Naya barusan, Ma. Naya sudah lancang marahin mama.""Nggak apa, Naya. Mama yang harusnya minta maaf sama kamu karena sudah menyembunyikan ini selama ini." "Sinta." Panggil seseorang dari jarak yang tidak jauh dari kami. "Tante." Mas Adji menyahut. Ternyata ada Tante Dina di sini. "Sinta, aku sudah denger semuanya. Maafin aku selama ini aku sudah salah menilaimu." Ternyata Tante Dina sedari tadi mengikuti kami. Dia juga sudah mendengar cerita mama akan apa yang sebenarnya terjadi p

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Jaga Anakku

    Pov Mama (Sinta) Flash backMalam itu. Kilat dan petir saling bersahutan, namun hujan belum menyapa bumi. Aku sedang kerepotan karena Andin kecil sedang demam tinggi, sedangkan Mas Budi tiada ketemukan di mana pun ruangan rumah. Andin kecil merengek menangis tanpa henti. Aku prustasi, aku melihat ponsel satu ponsel Mas Budi yang tergeletak di atas meja karena dia mempunya dua buah ponsel. Kulihat ia sedang asyik dengan telponnya di teras rumah. Aku pun mendekat dan tanpa sengaja aku mendengar percakapannya meski tidak mendengar suara lawan bicaranya. Seketika badanku luruh saat Mas Budi menyebut nama Nia.'Apa? Nia istriku akan melahirkan malam ini? Aku akan segera ke sana sekarang. Dina, tolong jagain Nia. Secepatnya aku bakalan ke sana.' Mas Budi menutup ponselnya kemudian berbalik arah dan dia melihat keberadaanku. "Sayang, sejak kapan kamu di situ?" tanyanya. "Mas, apa bener yang aku dengar kalau kamu dan Nia?" "Mas Budi mengajakku masuk ke dalam rumah. "Mas jawab pertanya

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Dia adalah Ibu Kandungmu

    Kepalaku di atas paha mama, mama mengusap lembut suraiku. Sudah sangat lama tidak seperti ini, sering kulihat Kak Andin terlihat sangat nyaman dengan mama sperti ini bahkan sampai usia dewasanya. "Ma, dulu waktu mama ketemu sama ayah gimana ceritanya? Naya penasaran loh. Pasti kisah mama sama ayah sangat romantis."Seketika jemari mama berhenti mengusap suraiku. Aku mengangkat kepalaku dari paha mama. Sempat kulihat mama menyeka air matanya. "Mama kenapa. Naya salah ngomong? Maa fin Naya Ma!" ucapku panik. Pasti mama sedih karena teringat sosok ayah. "Tidak apa, Nay. Mama nggak kenapa-napa kok. Besok kamu sudah boleh pulang kata dokter. Mama sudah izin sama Adji buat bawa kamu ke makam ayahmu. Kamu mau?" Aku menahan tangis dengan melengkungkan bibirku ke bawah. Aku pun mengangguk kemudian memeluk mama erat. "Mau, Ma. Sudah sangat lama Naya nggak jenguk makam ayah. Naya rindu sama ayah." Malam yang sendu. Mama memintaku untuk segera tidur beristirahat. Mama sibuk menata barang-ba

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Selamat hari Ibu

    Kembali ke masa kiniPov NayaAku hanyut dalam menyimak cerita flash back dari Tante Dina. "Jadi maksud tante, mama bukan ibu kandungku?" tanyaku setelah menyimak dengan jelas cerita tante Dina. Ia mengangguk seraya menyeka air matanya yang cukup lama mengalir ke pipinya. "Nggak mungkin. Tante pasti bohongin aku, kan? Tante cuman mengada-ngada cerita." Aku menolak kenyataan yang mungkin hanya cerita bualan dari Tante Dina. "Dan satu lagi, soal pembunuhan itu suatu hal yang nggak wajar, itu nggak mungkin. Mama itu orang yang baik. Tante nggak akan bisa menghasut aku untuk membenci mama, nggak akan bisa. Bagaimanapun mama adalah orang tua Naya." Aku hendak beranjak meninggalkan Tante Dina. "Terserah kamu mau percaya atau tidak, aku hanya ingin menyampaikan semua rahasia yang telah Sinta simpan selama dua puluh empat tahun lamanya. Sekarang tugasku cuman satu, yaitu membalaskan dendam Nia." Tante Dina mendahuluiku, ia beranjak meninggalkanku dengan perasaan hatiku yang menggantung.

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Pembunuh

    Masih dengan pov Tante Dina. Hujan mengguyur bumi dengan derasnya malam ini. Aku kesulitan mencari taksi dan sejenisnya. Di bawah guyuran hujan, aku terpaksa menerobosnya karena rasa tak enak hati ini benar-benar membuatku tak bisa tenang. Hujan memperlambat langkahku. Dentuman sambaran petir semakin berseru berbaur dengan semakin derasnya air hujan yang menyapa bumi. Sebagian jalanan gelap dikarenakan lampu jalan yang mati. Semuanya tidak membuatku goyah sama sekali. "Nia, kamu baik-baik saja kan?" gumamku. "Sinta nggak mungkin melakukan hal buruk sama sahabat yang sudah menolongnya. Benar kan, Sinta?" Aku berbicara sendiri. Tapi kenapa nada bicara Sinta terdengar seperti menahan emosi, suaranya tertekan di dalam. Aku sangat mengenal karakter kedua sahabatku itu, nada bicara mereka dengan suasana hati mereka tidak bisa dibohongi, itu murni. Beruntungnya aku, disaat seluruh pakaian bahkan badanku basah kuyup, ada seseorang yang baik hati yang mau menumpangkan mobilnya untukku. "

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Sinta Datang

    Ada rasa yang tidak nyaman, sangat tidak nyaman yang membuatku tidak tenang saat aku meninggalkan rumah sakit, meninggalkan Nia bersama Budi. Tapi, mau bagaimana lagi aku juga tak ingin terjadi sesuatu pada suamiku meskipun ia miskin dan penyakitan namun tetap saja aku mencintainya, dia adalah suamiku satu-satunya. Suamiku, Mas Yusran sudah dibawa tetangga ke rumah sakit. Kalau terlambat sebentar saja bisa membuat nyawanya melayang. Dokter mengobati suamiku cukup lama, aku tak bisa duduk diam di liar ruangan. Kedua pikiran yang tidak mengenakkan ini membuatku sangat tidak nyaman. Pintu ruangan terbuka, dokter telah keluar dari ruangan suamiku. Tanpa jeda, aku langsung menghampirinya dan menanyakan bagaimana keadaan suamiku. "Dok, gimana keadaan suami saya Dok? Dia baik-baik aja, kan?" tanyaku panik. "Alhamdulillah, Pak Yusran dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Ibu tenang saja, dan banyak berdoa. Sekarang suami ibu perlu banyak istirahat dulu." Dokter pun meninggalkan aku. Aku masu

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Mengetahui Semuanya

    "Sampai kapan pun, aku nggak akan bisa cinta dengan perempuan lain selain kamu, Sayang." Budi mengecup kening Nia. Sebulan setelah menikah, kabar gembira datang. Sinta sedang mengandung. Kabar bahagia itu sebenarnya adalah kabar paling menyakitkan bagi seorang perempuan yang merelakan suaminya dengan perempuan lain. "Aku selalu bersama Nia, membantunya berobat sampai ia sembuh. Aku yakin, dia pasti sembuh. Pengobatan tidak sebentar, memakan waktu yang sangat lama namun Nia tidak pernah menyerah. Saat mendengar kabar jika Sinta telah melahirkan seorang putri, keadaan Nia membaik. Aku tidak tahu seperti apa kuatnya hati Nia, aku tidak mengerti bagaimana ia sangat kuat menelan pahitnya kecemburuan." "Setelah Sinta melahirkan, Budi semakin jarang pulang ke rumah untuk menemui Nia. Aku semakin prihatin dengan keadaan Nia, namun Nia seratus persen percaya pada suaminya." "Nia, hari ini kamu harus ke rumah sakit lagi buat periksa sama dokter. Gimana, Budi pulang hari ini?" Nia menggengg

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Tiga Sekawan

    "Siapa dia, siapa orang yang ada dalam foto tersebut?" tanyaku. "Ia Nia. perempuan berambut sebahu yang cantik dan lemah lembut. Aku, Nia dan Sinta ibumu dulunya tiga sekawan." Aku terperanjat. "Apa, tiga sekawan?" ujarku tak percaya. "Benar. Sejak sekolah, kami bertiga selalu bersama. Hingga akhirnya waktu kelulusan SMP kami bertiga terpisah, aku pindah ke kota yang jauh dari sini. Tinggalah Nia dan Sinta, mereka tetap bersama. Setelah puluhan tahun aku kembali ke kota ini, namun aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka karena aku telah hidup dalam rumah tanggaku." Suara Tante tiba-tiba berubah, sepertinya ia menahan tangisnya. "Sekian lamanya, aku merindukan mereka namun apalah daya aku malu jika harus bertemu mereka dengan kondisi menyedihkanku, aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku menikah dengan lelaki miskin yang tidak berguna. Kehidupan kami susah, aku menikah di umur yang terbilang masih muda dan aku harus menanggung betapa beratnya kehidupan rumah tangga yang tidak

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Cerita dari Tante

    "Enak banget ya kamu numpang hidup mewah sama keponakanku." Tante duduk di sofa dengan santai. Aku memilih untuk tak menanggapi, rasanya berada di sini membuatku terbakar raga dan hati. Aku bersiap untuk melenggang pergi meninggalkannya sendiri."Eh, mau ke mana kamu?" cegat tante. "Mau istirahat Tante, Mas Adji bilang Naya harus istirahat di kamar sekarang." "Enak aja. Nggak bisa gitu dong. Sini dulu, pijitin kaki aku!" Tante menepuk-nepuk kakinya. "Cepetan!""Nggak mau, pijit saja sendiri." Aku melanjutkan langkah kakiku."Oke, kamu mau aku melakukan hal yang tidak-tida ke ibumu?" ancamannya membuatku kembali berhenti. Aku membalikkan badanku cepat. "Jangan berani melukai mama, Naya nggak akan segan-segan melakukan hal buruk pada tante." "Coba aja kalau bisa. Heh, emangnya kamu bisa apa?" "Naya bisa bilang ke polisi kalau tante mencoba melakukan pembunuhan.""Kata siapa, mana buktinya? Oh, kamu mau kakak sama ibumu celaka, gitu? Kalau kamu mau, aku bisa eksekusi mereka berdua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status