SUAMI WARISAN
14 – Pesta Dadakan
Saat kaget, tubuh biasanya akan bereaksi dengan memunculkan gejala seperti jantung berdebar, keringat dingin, napas cepat dan pendek, mata terbelalak atau bahkan pingsan.
Reaksi ini sekarang dirasakan oleh Rengganis. Tapi untungnya dia tidak sampai pingsan.
Otaknya perlahan menyatukan puzzle-puzzle yang bertebaran, berusaha menyatukan keping demi keping puzzle menjadi gambaran yang jelas.
Narendra dari Pajajaran adalah orang dari masa lalu; seorang patih di Kerajaan Sunda, seorang manusia yang bersemedi tapi tidak mencapai moksha, seorang lelaki yang bertanggung jawab atas kehidupan alam di sekitarnya. Gunung, sungai, danau dan hutan yang mengelilingi rumah ini berada dalam pemeliharaannya.
Dia bukan sembarang manusia.
Dia bukan seorang lelaki biasa.
“Nyai.” Panggilan Narendra menarik Rengganis dari alam bawah sadarnya, dia mengerjap kaget, berjengit saat Narendra
SUAMI WARISAN15 – Tukang TipuTiga jam sudah berlalu, tapi para cewek-cewek ini belum ada tanda-tanda hendak pergi.Rengganis gemas, dia mengecek jam tangannya. Jarum jam menunjukkan hampir tengah malam. Musik masih berdentam dan mereka tidak berhenti mengoceh.Rengganis keluar dari kamarnya dan melihat pemandangan khas pesta anak muda. Musik disetel dengan volume keras, gelas-gelas minuman cola tersebar di mana-mana, mangkuk camilan, asbak rokok dan bungkus permen berantakan di atas meja.Beberapa orang duduk bergerombol; di ruang tamu, ruang TV, meja makan sampai dapur. Rengganis mencari-cari di sekeliling ruangan, tapi tidak menemukan Narendra sama sekali. Dia sampai pergi ke halaman belakang yang sepi. Tidak ada batang hidung sang Patih Kerajaan Sunda.Huh, Patih macam apa yang malah memanfaatkan anak-anak ingusan ini?Mereka harus segera enyah dari sini, pasti para orang tua mereka cemas anak gad
Suami Warisan 16 – Kehilangan Energi “Nyai, Nyai. Tolong dengar dulu ….” Narendra tergopoh-gopoh sambil meringis mengikuti langkah Rengganis yang berderap menuju ruang tengah. Sebelah tangannya memegangi selangkangannya yang masih berdenyut-denyut. “Nyai, maafkan saya ….” Rengganis menghentikan langkahnya tiba-tiba hingga Narendra hampir menabrak punggungnya. Untung saja lelaki itu cepat menahan langkahnya. Refleks, dia berdiri sambil menutupi selangkangannya dengan sikap protektif. Dia berdiri tegak, waspada terhadap amukan dari perempuan gendut yang punya stok kekuatan otot ini. “Kamu tau enggak apa sebutan bagi kelakuan kamu tadi?” tanya Rengganis sambil menyipitkan matanya. “A… pa?” tanya Narendra, dia sengaja mengedarkan pandangannya kecuali menatap Rengganis yang sepertinya semakin lama semakin menggembung oleh amarah. “Pedofil!” seru Rengganis keras membuat Narendra terlonjak dari posisinya. “Apa?”
Suami Warisan17 – Tur Rumah WarisanMeja makan sudah siap.Narendra sedang duduk menunggu di meja makan saat Rengganis datang ke ruangan.Dia tersenyum. Sudut matanya berkerut dan manik matanya bercahaya. Lelaki itu terlihat tampan dan segar.“Good morning,” sapa Rengganis sambil menarik kursi dan duduk, matanya memandang hidangan di atas meja. Saat ini dia cukup lapar, semalam energinya terkuras gara-gara marah-marah.“Silakan dicoba, Nyai.” ujar Narendra sambil mendorong piring-piring makan. Sarapan yang disediakan kali ini cukup sederhana; nasi uduk dan lauk pendampingnya.Tanpa banyak bicara, Rengganis langsung menyendok makanannya. Di dalam pikirannya, dia sibuk berpikir.Sementara Narendra ikutan sibuk mengintip isi kepala perempuan itu. Mereka makan dalam diam, sampai akhirnya Rengganis bergumam, “Siapa yang masak?”“Huh?” Narendra menoleh. Dia b
SUAMI WARISAN 18 – Bukan Pembantu Biasa “Nyai tidak bisa melihat mereka?” Rengganis ternganga, “Ha?” apa maksudnya dia tidak bisa melihat mereka? Siapa mereka? Narendra menghampirinya dan menunduk, hidung mereka hampir bersentuhan hingga Rengganis harus mundur selangkah, menghindari invasi Narendra yang tiba-tiba saja mendekat padanya. “Mau apa kamu?” tanya Rengganis, sebelah tangannya menahan dada Narendra. Mata Narendra menyusuri wajah Rengganis, berhenti di manik matanya. Jarinya yang panjang mengangkat ujung dagu Rengganis hingga mereka bertatapan. “Hm,” gumamnya pelan, “matamu tidak bisa terbuka dengan sendirinya. Baiklah…” telapak tangan Narendra mengusap kedua mata Rengganis hingga kelopaknya menutup. Rengganis mengerutkan keningnya saat cahaya berbagai warna seakan menerjangnya, dia tersentak. “Buka perlahan-lahan, jangan sekaligus…” bisik Narendra memberinya instruksi.
SUAMI WARISAN19 – Mata Batin“Di sini susah sinyal, ya?”Pertanyaan Rengganis membuat Narendra menoleh padanya, dia menyipitkan matanya melihat benda hitam yang ada di tangan perempuan itu.Setelah reda ngambeknya, kini Rengganis sibuk dengan ponselnya, matanya terpaku ke layar sementara mereka berjalan kembali ke halaman belakang rumah. Narendra sampai harus merentangkan tangannya di belakang bahu Rengganis, berjaga-jaga jika saja perempuan itu teledor dan tersandung, tangannya sudah siap untuk menahan berat tubuhnya.“Tergantung dari hapenya.”“Maksudnya?” kali ini Rengganis mengangkat tangannya tinggi-tinggi, berharap dengan begitu dia bisa mendapatkan sinyal. Tangannya bolak-balik ke kanan dan kiri, mencari tambahan sinyal bar bagi ponselnya.Kali ini Narendra memegangi pinggangnya saat Rengganis oleng, hampir saja terjatuh karena tanah yang tidak rata.“Ehmmm&h
SUAMI WARISAN 20 – Diary Mantan Istri Sepeninggal Narendra, Rengganis sibuk membuka, membaca dan mencoba mengerti apa saja informasi yang Nirmala tinggalkan di komputernya. Ada dokumen mengenai bisnis-bisnis yang dijalani mendiang Tantenya selama ini. Memang benar apa yang Narendra katakan, Nirmala punya Toko Mebel, beberapa mini market yang tersebar di berbagai wilayah, dan Perguruan Pencak Silat di mana Narendra mengajar di sana. Semua informasi mengenai harta warisan juga ada di sana. Seolah Nirmala seperti sengaja meninggalkannya untuk dilanjutkan oleh Rengganis. Selama sekitar dua jam Rengganis menyerap semua informasi sekaligus mencatat hal-hal penting yang harus dia ketahui. Ada tagihan-tagihan yang ternyata mendekati jatuh tempo. Dia juga harus segera pergi ke Bank untuk mengurus rekening atas nama Nirmala. Udah jelas semua dikerjain sama Tante Nirmala. Kayanya si Naren ini kerjaannya maen sama cabe-cabean, p
SUAMI WARISAN 21 – Api Kehidupan Diclaimer: Percakapan yang dilakukan antara Prabu dan Narendra dilakukan dalam Bahasa Sunda, tetapi untuk memudahkan pembaca secara umum, maka ditulis dalam Bahasa Indonesia. Suasana hutan pagi itu terasa berbeda. Kelopak bunga-bunga bermekaran, mengundang lebah-lebah untuk hinggap di sana. Berkas sinar mentari menyelusup di antara kanopi-kanopi daun yang menaungi jalan setapak yang tidak pernah dilalui manusia, kecuali Narendra. Langkah-langkah kaki lelaki itu ringan seakan dia berjalan di atas awan. Kecepatan kakinya tidak manusiawi, dia melesat membelah pepohonan yang makin lama makin rapat. Telinganya menangkap berbagai macam suara; kicau burung yang ramai di dahan-dahan pohon, suara derap kaki kijang yang berlari menghindari tangkapan macan, gema tikus-tikus yang berada di dalam liang tanah, bahkan kepakan sayap kupu-kupu yang berada di sisi lain hutan. Namun,
SUAMI WARISAN 22 – Kompromi “HAH…!” jeritan Rengganis teredam oleh helm-nya. Dia membelalak saat tiba-tiba saja motornya malah mundur, bukannya maju. Kakinya menginjak gas dalam-dalam, tapi motor itu terus saja mundur, seakan ada tali tak kasatmata yang menariknya. Rengganis menoleh. Dia melihat Narendra berdiri di teras rumah sambil menatapnya tajam. Sialan…! Rengganis panik. Dia bolak-balik menoleh ke depan dan belakang; ke jalan dan Narendra. “Woy! Wooyyy…!” serunya, kakinya dia turunkan ke tanah. Namun sama saja, kakinya malah ikut terseret. Selama beberapa saat, motornya meluncur mundur, bukannya pergi meninggalkan rumah, dia malah kembali ke halaman. “Heyyy…!” seru Rengganis lagi. Dadanya menggelegak oleh emosi. Dia mengentakkan-entakkan kakinya sampai akhirnya motornya berhenti dan mesinnya mati. Rengganis buru-buru melepaskan helm-nya. Narendra muncul di hadapannya. Menatapnya tajam seakan