Share

7. Kemarahan Laura

Kinara menutup pintu ruangan Arjuna dengan napas yang memburu. Jantungnya berpacu dengan cepat, segera dia memegang dada untuk menetralkan suasana hatinya.

"Kenapa dia tiba-tiba melakukan itu? Apa dia gak tahu kalau aku hampir saja pingsan." Kinara berbicara sendiri.

Setelah hatinya tenang, Kinara bergegas kembali melakukan pekerjaannya. Tiba-tiba Kinara merasakan tangannya dicekal oleh seseorang, membuatnya berhenti mendadak dan hampir terjatuh. Seorang wanita menatap Kinara dengan ekspresinya yang kesal dan jijik. Siapa lagi, dialah Laura putri Laksmana, anak tunggal kaya raya pemilik PT. Abadi Laksmana, Tbk.

Kinara menatap kesal pada Laura, wanita itu begitu tidak sopannya menarik tangannya dengan begitu keras, membuat Kinara merasakan perih. Di tambah tatapan dan ekspresi Laura yang begitu meremehkan Kinara.

"Tolong lepaskan, saya harus kembali bekerja."

Plak

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Kinara. Rasa perih dan panas langsung dirasakan Kinara pada pipi kirinya. Kinara menggertakkan giginya marah. Sungguh keterlaluan wanita di depannya ini. Wajah cantiknya tidak sebanding dengan kelakuannya yang sangat buruk.

"Kamu kenapa? Apa salahku?" Kinara menahan emosinya, dia tidak lagi harus berkata sopan.

"Wanita murahan!" 

Laura menarik tangan Kinara dengan kasar, dia membawa Kinara ke tempat yang sepi. Karyawan yang melihat kelakuan Laura pun tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya melihat tanpa menolong. Kinara terus diseret Laura, beberapa kali Kinara menahan sakit pada tangannya yang ditarik paksa wanita itu. 

Tibalah mereka di belakang kantor Arjuna, dengan kasar dihempaskannya tubuh Kinara ke tembok, membuat punggung Kinara terbentur dengan kerasnya. Kinara mendongak melihat Laura dengan kilatan marah di matanya.

"Wanita murahan!" Sekali lagi tangan Laura mengayun hendak menampar pipi Kinara namun segera dicegahnya. Tangan Kinara mencekal erat tangan Laura. Terlihat ekspresi menahan sakit dari wajah wanita kasar itu. 

"Jangan seenaknya sendiri! Datang-datang menamparku dan membawaku kesini. Apa maumu, huh?" ucap Kinara. 

Laura menghempaskan cekalan tangan Kinara hingga terlepas. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sinis dan jijik. 

"Sejak kapan kamu menggoda Juna, huh? Apa kamu ingin memanfaatkannya?" tanya Laura sinis. 

"Apa maksud kamu?" 

"Pura-pura bodoh? Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu akan menikah dengan Juna. Apa yang telah kamu lakukan padanya?" Laura semakin menunjukkan ekspresi marahnya. 

"Kamu gila!" 

"Wanita murahan!" Laura hendak menampar Kinara lagi, namun tangannya di cekal seseorang. Laura dan Kinara menatap orang itu. 

"Lepaskan, Argan!" hardik Laura. 

Argan melepaskan tangan Laura. Ekspresinya tampak marah melihat kelakuan Laura yang seenaknya sendiri. 

"Bikin ribut di kantor dan menyakiti karyawan, sebaiknya kamu pergi Laura, sebelum satpam mengusirmu!" perintah Argan. 

Laura tersenyum sinis, tidak ada ketakutan dari wajahnya, justru terkesan meremehkan Argan. 

"Siapa kamu, nyuruh-nyuruh aku? Kamu cuma asisten, Argan. Jangan berlagak punya wewenang!" 

"Kamu lupa? Aku memang asisten Arjuna tapi juga tangan kanannya. Kalau ada yang membuat masalah di kantor ini aku berhak untuk membuat keputusan." Argan menaikkan intonasi bicaranya. 

"Ck. Aku menyingkirkan wanita bodoh itu dan harus kembali berurusan dengan wanita murahan sepertimu," ucap Laura dengan tatapan sinisnya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu. 

Kinara ternganga mendengar perkataan Laura. Wanita itu berasal dari keluarga kaya dan memiliki wajah cantik, tapi sikapnya begitu Arogan, tidak sopan dan tidak bisa menjaga tutur katanya dengan baik

Kinara meringis, benturan di punggungnya terasa sakit. Argan langsung menghampiri Kinara dan membantunya. 

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Argan. 

"Punggung saya sakit, Pak." 

"Sebaiknya kamu pulang, nanti saya bilang ke Alex," ucap Argan. 

Kinara mengangguk. Punggungnya memang sakit, jika dipaksa bekerja, Kinara tidak akan kuat. 

"Pak, tadi saat Laura menarik tangan saya, banyak karyawan yang memperhatikan. Saya pikir, setelah ini mereka akan bertanya-tanya kenapa saya diperlakukan seperti itu oleh Laura. Dan … mereka pasti berasumsi kalau saya adalah calon istri pak Arjuna." Kinara belum siap, jika semua orang tahu kalau dirinya adalah calon istri Arjuna. Kinara masih takut dengan hujatan-hujatan yang mungkin akan sering terdengar olehnya.

"Kenapa harus takut? Toh, kamu akan segera menjadi istri pak Arjuna. Dan semua akan mengetahuinya, Kinara." 

"Menjadi istri Arjuna harus siap dengan semua resikonya, Kinara. Pak Arjuna itu bos, dia pasti punya banyak penggemar, ditambah wajahnya itu memang tampan. Apapun yang kamu lakukan pasti akan disorot oleh mereka, jadi persiapkanlah mental kamu dengan baik," jelas Argan

Kinara menelan ludah berkali-kali. Dia bahkan melupakan fakta kalau calon suaminya itu bos tampan kaya raya yang pastinya memiliki banyak penggemar, termasuk salah satunya wanita Arogan yang baru saja menamparnya. Uh, tiba-tiba pipi Kinara berdenyut sakit. 

"Iya juga sih, Pak. Saya harus siap."

"Saya boleh tanya, Pak?" tanya Kinara. 

"Boleh, silahkan," jawab Argan. 

"Laura bilang dia sudah 'menyingkirkan wanita bodoh itu' pak Argan tahu wanita mana yang dimaksud Laura?" entah kenapa bibir Kinara reflek menanyakan itu.

"Bukan wewenang saya untuk cerita. Maaf," jawab Argan. 

Kinara mengangguk, dia tahu ini sudah diluar batas. Dia seharusnya tidak perlu menanyakan apapun tentang masalah pribadi Arjuna, tapi bagaimanapun, Kinara tetap penasaran dengan perkataan Laura tadi. Dia tiba-tiba merinding membayangkan betapa mudah bagi Laura untuk melakukan apapun tanpa kasihan.

"Saya antar untuk bertemu Alex, sekalian saya jelaskan padanya."

Kinara lagi-lagi mengangguk. Rasanya ingin segera pulang, merebahkan diri di kasur yang empuk dan mimpi indah. 

Argan mengantar Kinara menemui Alex–kepala OB di kantor ini. Setelah menjelaskan semuanya, Kinara dipersilahkan pulang. 

"Saya antar kamu pulang," ucap Argan. 

"Tidak perlu, Pak. Saya bisa pulang sendiri," tolak Kinara. 

"Ini perintah Pak Arjuna," jelas Argan. 

Kinara mengernyit. Arjuna sudah tahu tentang pertengkarannya dengan Laura hari ini. Pastinya, Argan langsung melaporkan pada bosnya itu

"Dengar Kinara, saya di beri amanat Arjuna untuk menjaga kamu, jadi apapun itu, jika kamu perlu bantuan, kamu bisa menghubungi saya," ucap Argan dengan bahasa formalnya. Argan selalu memakai bahasa formal ketika di kantor. 

"Baiklah, Pak." 

Argan mengantar pulang Kinara sampai di kontrakan, kemudian Argan kembali ke kantor. 

***

Malamnya, Kinara malas untuk keluar mencari makan karena badannya masih terasa sakit. Dia hanya merebus mie instan dan memakannya hangat-hangat. Sungguh, nikmat mana yang Kinara dustakan? Hanya dengan semangkuk mie instan hangat, sudah membuatnya bahagia, maklumlah anak kontrakan yang harus hemat. Di tambah dirinya tidak memiliki pacar, tidak ada yang mengingatkan makan atau mentraktir makan. Lupakan sajalah calon suami pura-puranya yang pasti tidak akan peduli dengannya. 

Samar-samar Kinara yang sedang menonton televisi mendengar suara klakson mobil dari luar. Segera Kinara melihat dari balik jendela. Kinara terkejut melihat mobil sedan Arjuna di depan kontrakannya. Dia segera keluar dan menghampiri mobil sedan itu, dan benar saja Arjuna lah yang ada di dalam mobil. 

"Pak Arjuna." 

Arjuna keluar dari mobil sambil menentang dua plastik yang berisi entah apa. Kinara langsung mempersilahkan Arjuna masuk ke dalam. Ini pertama kalinya Kinara mempersilahkan seorang laki-laki masuk ke dalam kontrakannya. 

"Maaf, Pak. Kontrakanku sempit," ucap Kinara. 

"Tidak apa-apa. Gimana keadaanmu?" tanya Arjuna. 

"Masih sakit, tapi udah mendingan, Pak." 

"Aku tadi mampir ke apotik, beli salep untuk luka benturan. Mau aku oleskan ke Punggungmu?" 

"Hah?" 

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Andi Andi
cerita nya bagus
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
kasian Kinara...
goodnovel comment avatar
Eny Rozaini
persaingan panas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status