Kinara menutup pintu ruangan Arjuna dengan napas yang memburu. Jantungnya berpacu dengan cepat, segera dia memegang dada untuk menetralkan suasana hatinya.
"Kenapa dia tiba-tiba melakukan itu? Apa dia gak tahu kalau aku hampir saja pingsan." Kinara berbicara sendiri.
Setelah hatinya tenang, Kinara bergegas kembali melakukan pekerjaannya. Tiba-tiba Kinara merasakan tangannya dicekal oleh seseorang, membuatnya berhenti mendadak dan hampir terjatuh. Seorang wanita menatap Kinara dengan ekspresinya yang kesal dan jijik. Siapa lagi, dialah Laura putri Laksmana, anak tunggal kaya raya pemilik PT. Abadi Laksmana, Tbk.
Kinara menatap kesal pada Laura, wanita itu begitu tidak sopannya menarik tangannya dengan begitu keras, membuat Kinara merasakan perih. Di tambah tatapan dan ekspresi Laura yang begitu meremehkan Kinara.
"Tolong lepaskan, saya harus kembali bekerja."
Plak
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Kinara. Rasa perih dan panas langsung dirasakan Kinara pada pipi kirinya. Kinara menggertakkan giginya marah. Sungguh keterlaluan wanita di depannya ini. Wajah cantiknya tidak sebanding dengan kelakuannya yang sangat buruk.
"Kamu kenapa? Apa salahku?" Kinara menahan emosinya, dia tidak lagi harus berkata sopan.
"Wanita murahan!"
Laura menarik tangan Kinara dengan kasar, dia membawa Kinara ke tempat yang sepi. Karyawan yang melihat kelakuan Laura pun tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya melihat tanpa menolong. Kinara terus diseret Laura, beberapa kali Kinara menahan sakit pada tangannya yang ditarik paksa wanita itu.
Tibalah mereka di belakang kantor Arjuna, dengan kasar dihempaskannya tubuh Kinara ke tembok, membuat punggung Kinara terbentur dengan kerasnya. Kinara mendongak melihat Laura dengan kilatan marah di matanya.
"Wanita murahan!" Sekali lagi tangan Laura mengayun hendak menampar pipi Kinara namun segera dicegahnya. Tangan Kinara mencekal erat tangan Laura. Terlihat ekspresi menahan sakit dari wajah wanita kasar itu.
"Jangan seenaknya sendiri! Datang-datang menamparku dan membawaku kesini. Apa maumu, huh?" ucap Kinara.
Laura menghempaskan cekalan tangan Kinara hingga terlepas. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sinis dan jijik.
"Sejak kapan kamu menggoda Juna, huh? Apa kamu ingin memanfaatkannya?" tanya Laura sinis.
"Apa maksud kamu?"
"Pura-pura bodoh? Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu akan menikah dengan Juna. Apa yang telah kamu lakukan padanya?" Laura semakin menunjukkan ekspresi marahnya.
"Kamu gila!"
"Wanita murahan!" Laura hendak menampar Kinara lagi, namun tangannya di cekal seseorang. Laura dan Kinara menatap orang itu.
"Lepaskan, Argan!" hardik Laura.
Argan melepaskan tangan Laura. Ekspresinya tampak marah melihat kelakuan Laura yang seenaknya sendiri.
"Bikin ribut di kantor dan menyakiti karyawan, sebaiknya kamu pergi Laura, sebelum satpam mengusirmu!" perintah Argan.
Laura tersenyum sinis, tidak ada ketakutan dari wajahnya, justru terkesan meremehkan Argan.
"Siapa kamu, nyuruh-nyuruh aku? Kamu cuma asisten, Argan. Jangan berlagak punya wewenang!"
"Kamu lupa? Aku memang asisten Arjuna tapi juga tangan kanannya. Kalau ada yang membuat masalah di kantor ini aku berhak untuk membuat keputusan." Argan menaikkan intonasi bicaranya.
"Ck. Aku menyingkirkan wanita bodoh itu dan harus kembali berurusan dengan wanita murahan sepertimu," ucap Laura dengan tatapan sinisnya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Kinara ternganga mendengar perkataan Laura. Wanita itu berasal dari keluarga kaya dan memiliki wajah cantik, tapi sikapnya begitu Arogan, tidak sopan dan tidak bisa menjaga tutur katanya dengan baik
Kinara meringis, benturan di punggungnya terasa sakit. Argan langsung menghampiri Kinara dan membantunya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Argan.
"Punggung saya sakit, Pak."
"Sebaiknya kamu pulang, nanti saya bilang ke Alex," ucap Argan.
Kinara mengangguk. Punggungnya memang sakit, jika dipaksa bekerja, Kinara tidak akan kuat.
"Pak, tadi saat Laura menarik tangan saya, banyak karyawan yang memperhatikan. Saya pikir, setelah ini mereka akan bertanya-tanya kenapa saya diperlakukan seperti itu oleh Laura. Dan … mereka pasti berasumsi kalau saya adalah calon istri pak Arjuna." Kinara belum siap, jika semua orang tahu kalau dirinya adalah calon istri Arjuna. Kinara masih takut dengan hujatan-hujatan yang mungkin akan sering terdengar olehnya.
"Kenapa harus takut? Toh, kamu akan segera menjadi istri pak Arjuna. Dan semua akan mengetahuinya, Kinara."
"Menjadi istri Arjuna harus siap dengan semua resikonya, Kinara. Pak Arjuna itu bos, dia pasti punya banyak penggemar, ditambah wajahnya itu memang tampan. Apapun yang kamu lakukan pasti akan disorot oleh mereka, jadi persiapkanlah mental kamu dengan baik," jelas Argan
Kinara menelan ludah berkali-kali. Dia bahkan melupakan fakta kalau calon suaminya itu bos tampan kaya raya yang pastinya memiliki banyak penggemar, termasuk salah satunya wanita Arogan yang baru saja menamparnya. Uh, tiba-tiba pipi Kinara berdenyut sakit.
"Iya juga sih, Pak. Saya harus siap."
"Saya boleh tanya, Pak?" tanya Kinara.
"Boleh, silahkan," jawab Argan.
"Laura bilang dia sudah 'menyingkirkan wanita bodoh itu' pak Argan tahu wanita mana yang dimaksud Laura?" entah kenapa bibir Kinara reflek menanyakan itu.
"Bukan wewenang saya untuk cerita. Maaf," jawab Argan.
Kinara mengangguk, dia tahu ini sudah diluar batas. Dia seharusnya tidak perlu menanyakan apapun tentang masalah pribadi Arjuna, tapi bagaimanapun, Kinara tetap penasaran dengan perkataan Laura tadi. Dia tiba-tiba merinding membayangkan betapa mudah bagi Laura untuk melakukan apapun tanpa kasihan.
"Saya antar untuk bertemu Alex, sekalian saya jelaskan padanya."
Kinara lagi-lagi mengangguk. Rasanya ingin segera pulang, merebahkan diri di kasur yang empuk dan mimpi indah.
Argan mengantar Kinara menemui Alex–kepala OB di kantor ini. Setelah menjelaskan semuanya, Kinara dipersilahkan pulang.
"Saya antar kamu pulang," ucap Argan.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa pulang sendiri," tolak Kinara.
"Ini perintah Pak Arjuna," jelas Argan.
Kinara mengernyit. Arjuna sudah tahu tentang pertengkarannya dengan Laura hari ini. Pastinya, Argan langsung melaporkan pada bosnya itu
"Dengar Kinara, saya di beri amanat Arjuna untuk menjaga kamu, jadi apapun itu, jika kamu perlu bantuan, kamu bisa menghubungi saya," ucap Argan dengan bahasa formalnya. Argan selalu memakai bahasa formal ketika di kantor.
"Baiklah, Pak."
Argan mengantar pulang Kinara sampai di kontrakan, kemudian Argan kembali ke kantor.
***
Malamnya, Kinara malas untuk keluar mencari makan karena badannya masih terasa sakit. Dia hanya merebus mie instan dan memakannya hangat-hangat. Sungguh, nikmat mana yang Kinara dustakan? Hanya dengan semangkuk mie instan hangat, sudah membuatnya bahagia, maklumlah anak kontrakan yang harus hemat. Di tambah dirinya tidak memiliki pacar, tidak ada yang mengingatkan makan atau mentraktir makan. Lupakan sajalah calon suami pura-puranya yang pasti tidak akan peduli dengannya.
Samar-samar Kinara yang sedang menonton televisi mendengar suara klakson mobil dari luar. Segera Kinara melihat dari balik jendela. Kinara terkejut melihat mobil sedan Arjuna di depan kontrakannya. Dia segera keluar dan menghampiri mobil sedan itu, dan benar saja Arjuna lah yang ada di dalam mobil.
"Pak Arjuna."
Arjuna keluar dari mobil sambil menentang dua plastik yang berisi entah apa. Kinara langsung mempersilahkan Arjuna masuk ke dalam. Ini pertama kalinya Kinara mempersilahkan seorang laki-laki masuk ke dalam kontrakannya.
"Maaf, Pak. Kontrakanku sempit," ucap Kinara.
"Tidak apa-apa. Gimana keadaanmu?" tanya Arjuna.
"Masih sakit, tapi udah mendingan, Pak."
"Aku tadi mampir ke apotik, beli salep untuk luka benturan. Mau aku oleskan ke Punggungmu?"
"Hah?"
"Hah?""Buka bajumu," titah Arjuna."Jangan bercanda, Pak."Kinara memalingkan muka karena malu. Baru saja bosnya itu mengatakan akan mengoleskan salep memar ke punggungnya."Memangnya, kenapa?""Malu! Bisa bahaya." Kinara menyilangkan kedua tangannya di depan dada"Hahaha, lucu sekali muka kamu, Kinar."Arjuna tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Dia hanya ingin melihat wajah paniknya Kinara, yang kata Arjuna sangat menggemaskan."Bercandanya kelewatan, Pak." K
Kinara dan Arjuna bersiap pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibu Diana. Awalnya Kinara menolak tawaran Arjuna yang ingin mengantarnya. Lagi pula, Kinara bisa pergi sendiri karena dia wanita yang mandiri. Sebenarnya, karena efek 20 tahun menjomblo, sehingga tidak ada yang bisa menemaninya ketika bepergian. Ngenes? Mungkin iya, mungkin saja tidak, toh Kinara menikmati hidupnya. Bahkan dia berpikir jika memiliki kekasih akan membuat hidupnya tidak bebas dan rumit."Kamu sudah siap?" tanya Arjuna."Sudah, Pak." Kinara keluar kamar menemui Arjuna yang menunggu di ruang tamu.Kinara melihat Arjuna yang mengamati penampilannya dari atas ke bawah. Kinara refleks menunduk melihat dirinya sendiri.
Arjuna terus saja menarik tangan Kinara meninggalkan kantin. Kinara tidak tahu kenapa Arjuna sepertinya kesal dan meninggalkan kantin sebelum membeli makan. Perut Kinara semakin perih, badannya juga lemas karena kurang energi. "Pak, berhenti," teriak Kinara. Bukannya berhenti, Arjuna terus menarik tangan Kinara sampai di parkiran dan meminta calon istrinya itu untuk masuk ke dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan kencang membuat Kinara merasa takut. Dia takut mati mendadak karena kelaparan atau mati mendadak karena kelalaian pengemudi mobil. Selama di perjalanan Kinara terus merapalkan doa sambil menahan perih di perutnya. "Pak, Bisakah kita berhenti, peru–Akh." Kinara berteriak kaget karena Arjuna mempercepat laju mobilnya. Terpaksa Kinara menahan sakit perutnya sampai mobil Arjuna berhenti. Kinara merasa mual dan pusing, di tambah sakit di perutnya, rasanya bercampur jadi satu. Mobil Arjuna tiba-tiba berhenti di depan minimarket. Arjuna keluar dan meminta Kinara untuk kelu
Kinara berlari menuju kelas mata kuliah ekonomi industri yang akan dimulai pukul 3 sore. Masih ada sisa waktu 5 menit untuk sampai di tempat duduknya dan tidak terlambat. Kinara memang mewanti-wanti dirinya agar tidak terlambat di mata kuliah ini, karena dosen yang mengajar adalah pak Wira, dosen killer selain Arya yang juga ditakuti para mahasiswa. Bedanya dengan Arya, dosen ini sudah berumur 49 tahun."Kinar, sini!"Kinara melihat Amel sudah duduk manis di kursi. Kinara segera menghampiri Amel dengan napas masih memburu. Dia sengaja lari menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga agar tidak terlambat."Hampir saja," ucap Kinara."Tumben kamu datangnya mepet, kamu sibuk apa, sih?" Mumpung
Kinara terkejut melihat mobil Arjuna tepat di depan kontrakannya. Seingatnya, Arjuna tidak mengabari kalau mau berkunjung."Pak Arjuna?"Kinara mendekat ke mobil Arjuna, dan benar saja laki-laki itu segera keluar dari mobil dengan ekspresi datarnya. Kinara sejak tadi menelan ludahnya kasar, dia takut Arjuna tahu kalau sebelumnya dia pulang dengan Arya. Meskipun mereka tidak memiliki rasa diantara keduanya, terutama Arjuna, laki-laki itu terkadang bersikap posesif pada Kinara."Pak Arjuna kok tidak bilang dulu, kalau mau berkunjung?"Arjuna hanya diam, kemudian menarik tangan Kinara menuju ke dalam kontrakan."Pak?"
Berbagai asumsi Kinara pikirkan. Salah satu asumsinya adalah, kemungkinan wanita itu pernah dicintai Arjuna kemudian menghianatinya. Hanya saja Argan menutup mulutnya rapat-rapat dan untuk bertanya pada Arjuna juga tidak mungkin. Dia pasti marah jika Kinara menanyakan masa lalunya. Lalu haruskah dia bertanya pada Laura? Sejujurnya, Kinara tidak mau berurusan dengan wanita itu lagi. "Kinara?" "Ah, iya. Maaf, Pak. Aku melamun." "Tolong pikirkan baik-baik yang aku bilang tadi. Sebisa mungkin jangan terbawa suasana dan terlena dengan semua sikap manis Arjuna. Sebenarnya, aku juga khawatir kamu yang akan tersakiti. Jadi---" "Tenang saja, Pak. Aku akan belajar untuk tidak baper dengan sikap Arjuna." Ki
Kinara merebahkan dirinya di kasur sambil beberapa kali memijat pelipisnya karena mendadak kepalanya pusing. Dia memang akhir-akhir ini sering kelelahan, lelah fisik dan lelah hati. Tugas kuliah yang semakin banyak ditambah pekerjaan kantor yang menguras fisiknya. Sebenarnya tidak masalah bagi Kinara karena sejak kecil fisiknya sudah terbiasa melakukan apapun. Ibu Diana dan ibu Linda selalu mendidiknya untuk mandiri dan tidak manja. Tapi ditambah lelah hati? Rasanya capek sekali harus menahan semuanya sendiri.Mengenal Arjuna membuat air mata Kinara sering terjatuh. Ah, Kinara tahu ini sudah menjadi resikonya. Dia telah mengambil keputusan ini untuk membantu orang yang dicintainya, sekarang Kinara harus siap menghadapi apapun kedepannya.Kinara teringat perkataan Arjuna tadi setelah mengantarnya pulang ke kontrakan. Besok
"Kinara?" "Kinara?" "Astaga, Amel! Kenapa harus berteriak?" Kinara mengusap telinga kanannya yang baru saja mendengar teriakan kencang dari sahabatnya itu. "Kamu ngelamun, aku panggil dari tadi juga." Amel merengut kesal. "Eh, maaf deh Mel, hehe." "Buruan cerita, kamu kenapa sih akhir-akhir ini sibuk banget, suka melamun juga," tanya Amel. Kinara melihat jam tangannya, masih ada waktu 1,5 jam sebelum dia masuk kantor. Arjuna juga sudah pergi dari kampus ini sekitar 2 jam yang lalu. Kinara bahkan masih syok dengan kenyataan bahwa Arjuna juga mahasiswa S2 di kampus ini.