Home / Rumah Tangga / Sultan Dianggap Upik Abu / Bab. 5 Melinda Pergi Dari Rumah Yusuf

Share

Bab. 5 Melinda Pergi Dari Rumah Yusuf

Author: Pena Merah
last update Huling Na-update: 2023-12-01 18:43:22

"Hahaha bodyguard sekaligus sopir pribadi katanya, yank. Nih bodyguard tu harus nya badan nya ideal kayak saya, bukan kayak kamu kurus kering gitu," ucap Riko memamerkan ototnya sambil terkekeh.

"Dan untuk anda, anda, dan kamu terutama Mel! Masih untung keluarga ku mau menampung mu tinggal dirumah mewah ini. Kalau gak kamu pasti masih tinggal di gubuk orangtua mu atau mungkin di kolong jembatan. Kamu juga dikasih makan secara gratis disini. Jadi wajar dong jika Melinda menbantu pekejaan rumah ini. He to llo jangan sok mengaku sebagai sultan ya kalau aslinya hanya upik abu! Nih barang bawaan nya juga pakai kardus, mana ada sultan bawa kardus!" sinis mbak Santi menunjuk kearah pak Kusuma, Ibu Marisha dan Melinda secara bergantian dengan senyum mengejek.

"Hey anak kemarin sore! Jangan berani-berani tangan kamu menunjuk ke wajah saya, gak sopan! Saya pastikan kalian akan menyesal melakukan hal ini kepada kami! Ayo Mel kita pergi dari sini, kita akan menginap di hotel selama menunggu suami mu pulang!" ucap pak Kusuma terlanjur emosi, dia menarik paksa lengan Melinda.

"Husshh, pergi sana cepat! Upik abu aja belagu mau menginap di hotel. Paling juga tidur di kolong jembatan huu. Sekalian aja angkut baju kamu Mel gak usah kembali kesini!" teriak mbak Santi masih bisa di dengar oleh keluarga Melinda.

Mereka tak menghiraukan ucapan mbak Santi lagi. Pak Wowo dengan sigap membukakan pintu mobil untuk majikannya.

"Kakak ipar mu itu gak punya attitude, gak pernah mengemban bangku pendidikan kayaknya. Bapak sampai dibuatnya geram begini loh. Apakah mertua mu tak tau sikap dan kelakuan anak serta menantunya itu Mel?" Ujar pak Kusuma saat di dalam mobil.

Melinda berusaha mengalihkan pembicaraan, dia tak mau bapaknya darah tinggi jika mengetahui perbuatan keluarga suaminya, "Em anu pak, apa sebaiknya aku tinggal dirumah mas Yusuf saja sembari menunggunya pulang dari luar kota? Soalnya aku belum pamit sama mas Yusuf, pak,"

"Bapak sudah mengatakan pada Yusuf tadi untuk membawa mu pergi. Pasti suami mu juga setuju jika bapak marah besar pada perlakukan kakaknya itu. Udah kamu nurut saja sama orangtua, lebih baik kamu tinggal di hotel selama menunggu rumah kalian selesai dibangun. Gak perlu jadi pembantu dirumah mertuamu, meskipun pembantu dirumah sedang sakit. Seharus nya mereka bisa memasak, mencuci, dan membersihkan rumah sendiri. Kan mereka punya tangan yang sempurna. Sudah Mel kamu diam dan nurut ya," ucap bapak Kusuma panjang lebar dan tak mau dibantah lagi.

Melinda tak bisa menjawab lagi karna keputusan final sudah dibuat bapaknya tak bisa diganggu gugat. Jika ia membantah pasti bapaknya akan marah besar.

Setelah hening beberapa saat, ibu Marisha membuka suara, "Mel, cuman mereka saja kan yang bersikap seenaknya kepadamu? Gak ada yang lain kan?"

Melinda terhenyak mendengar pertanyaan ibunya. Dia bingung harus menjawab apa, karna hampir seluruh keluarga suaminya memperlakukan nya begitu kecuali kedua mertuanya. Melinda juga tak tau apa alasan yang membuat keluarga suaminya berlaku seenaknya kepada dirinya.

"Kok gak dijawab Mel? Kamu sedang memikirkan apa? Apakah benar dugaan ibu kalau semua keluarga suami mu memperlakukan mu begini?" tanya ibu Marisha lagi karna tak mendapat jawaban dari Melinda.

"Jujur saja sama ibu dan bapak Mel. Jangan dirahasiakan hal yang tak baik," desak ibu Marisha lagi karna Melinda terus saja bungkam.

Karna terus didesak oleh orangtuanya, akhirnya Melinda membuka suara, "Jadi begini pak, bu. Hampir semua keluarga mas Yusuf memperlakukan ku begitu, saat arisan minggu lalu dirumah bude Ami, kakak tertua mama Imel aku juga disuruh mencuci semua peralatan kotor juga membereskan rumahnya. Sedangkan keponakan dan saudara lainnya hanya ungkang kaki sambil memainkan ponselnya. Kemarin acara mbak Santi dirumah, aku juga yang disuruh mengerjakan semuanya dibantu bik Ramlah juga sih tapi malam harinya bik Ramlah terpeleset jadi aku yang membersekan semuanya," Melinda menjeda kalimatnya, setelah menarik nafas dalam dia melanjutkan ucapannya lagi, "Entahlah aku juga bingung kenapa mereka semua memperlakukan ku begitu. Mereka semua mengaggapku seperti upik abu yang dipungut menjadi tuan putri. Mungkin karna aku memang baru menjadi bagian dari keluarga mereka, atau gak karna baju yang lebih sering mengenakan daster ya bu?"

"Astaga Mel, jadi mereka semua memperlakukan mu begitu?"

Melinda hanya mengaguk dan menundukan kepalanya.

"Kurang ajar! Apa mereka kira kamu pantas diperlakukan begitu?" geram pak Kusuma.

"Iya benar sekali. Mereka sangat keterlaluan pak. Kita harus bicara dengan Yusuf dan kedua orangtua nya tentang hal ini," timpal ibu Marisha tak kalah geramnya.

"Tentu saja bu. Enak saja mereka melakukan hal yang tidak pantas kepada putri kesayangan kita. Dan kamu Mel, kenapa tidak cerita dari awal kalau perlakukan mereka sangat buruk kepadamu? Jika bapak dan ibu tau dari awal, pasti kami tak akan pernah mengizinkan kamu tinggal dirumah mertuamu!"

"Sebenarnya bukan ingin merahasiakan semuanya dari ibu dan bapak, hanya saja Melin masih bingung dengan perlakuan mereka. Apa mungkin karna aku lebih sering memakai daster ya pak, bu?"

"Bisa jadi Mel. Lagian kamu juga kenapa gak mau bergaya, baju mu selalu saja daster. Pergi keluar rumah juga kamu lebih pakai daster. Pakaian dan tas branded mu kamu tinggalkan begitu saja dirumah," jawab Ibu Marisha.

"Tapikan aku lebih nyaman pakai daster bu. Kan daster ku juga mahal, ibu sendiri yang membelikan yang waktu keluar negeri,"

"Jadi kalau itu masalahnya, mulai sekarang kamu harus tampil lebih mencolok dan elegant. Kita belanja sekarang, bapak tidak mau kamu direndahkan karna daster!"

"Jangan dikira daster yang dipakai Melin itu murah pak! Ibu yang belikan dasternya, itu seharga berlian pak. Gak liat di bagian dada dan lengan nya berlian asli," sewot ibu Marisha mendengar perkataan suaminya yang meremehkan baju Melinda.

"Tapi kan orang kaya baru gak tau fashion bu. Kalau penampilan mencolok baru dikira sultan, kalau pakai daster mah hanya sekelas upik abu," timpal pak Wowo membuat suasana yang tegang menjadi mencair.

Ibu Marisha mendelik ke arah pak Wowo, "Terserah saya dong, mau daster atau gaun kalau gak punya attitude tetap aja nol besar,"

"Iya nyonya saya yang salah deh. Sultan mah bebas, kalau upik abu mah apa atuh," kekeh Pak Wowo.

Tring! Tring!!!

Saat pak Wowo dan ibu Marisha sedang bercanda, terdengar dering ponsel Melinda.

"Telpon dari siapa Mel?" tanya pak Kusuma penasaran.

Melinda pun menatap layar ponselnya, dan tertera nama My bojo, "Dari mas Yusuf, boleh Melin jawab telpon nya pak?"

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status