Share

Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam
Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam
Penulis: LaSierra

1. Terlahir Kembali

Emily terbangun ketika sinar matahari menembus masuk melalui jendela.

"Dimana aku? Apakah aku sudah mati?" guman Emily.

Emily memperhatikan keadaan disekitarnya, kamar ini bernuansa putih, dan ada lukisan seorang ibu yang sedang memeluk anaknya, di dekat pintu ada foto dirinya yang terpanjang di dinding.

"Bukankah ini kamar Steve? Kenapa aku ada di sini?" guman Emily.

Emily langsung memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin yang berada di samping kasur itu. Bajunya masih lengkap, bahkan riasan nya masih rapi, tapi kenapa dia bisa berada di sini?

"Bukankah aku sudah mati? Steve meracuniku, dan dia ternyata selingkuh dengan Stella. Apa yang telah terjadi? Apa aku terlahir kembali?" guman Emily.

"Kau sudah bangun?" Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan muncullah wajah Steve, kejadian ini sama persis dengan kehidupannya yang lalu.

"Kau? Apa semalam kau tidur di sini? Dan kenapa aku bisa tidur di kamarmu?" tanya Emily.

"Tidak, kau tidak pernah mengijinkan aku menyentuhmu sebelum menikah, mana mungkin aku lancang. Kau lupa? Bukankah kau mabuk setelah minum dua gelas wine? Aku mengundangmu ke sini untuk membicarakan soal investasi di perusahaan ku yang ingin kutawarkan padamu, tapi sayangnya, baru dua gelas wine kau sudah begitu mabuk. Toleransi alkohol mu sangat buruk," jawab Steve.

Emily kemudian ingat bagaimana detik-detik kematiannya setelah di racuni oleh Steve.

***

Steve membuka botol wine dan menuangkannya ke dalam gelas mereka berdua. Pandangan Steve terus mengarah ke Emily dari waktu ke waktu.

"Ada apa? Apa ada yang salah pada wajahku?" tanya Emily bingung.

"Tidak, kau hanya terlihat cantik (sayangnya kau akan mati sebentar lagi)" ujar Steve sambil tersenyum penuh kelicikan.

Emily meneguk winenya sedikit demi sedikit, dia terus tersenyum, hatinya berbunga-bunga dengan sanjungan dari Steve. Walaupun dirinya menjadi salah tingkah terus di perhatikan oleh Steve, Emily terus memakan steaknya dengan kepala tertunduk, namun tak lama setelah itu tenggorokannya terasa terbakar, dan jantungnya terasa sakit, paru-parunya seolah ingin berhenti bergerak. Emily memegang tenggorokannya, dengan susah payah dia memanggil Steve.

"Steve, tolong a-- aku, a--"

Prang, suara piring dan gelas berjatuhan dan pecah. Makan malam romantis yang tersaji di meja itu seketika berserakan tak beraturan lagi, tubuh Emily pun kini telah terbaring di lantai, tenggorokan Emily terasa tercekat. Nafasnya memburu, dadanya terasa sakit, jantungnya seolah mau pecah seperti di tusuk-tusuk, begitu menyakitkan. Tapi laki-laki yang ada di hadapannya, malah tersenyum, seolah-olah pemandangan di hadapannya adalah hal yang dia sukai.

"Apakah itu terasa sakit? Aku hanya memberi sedikit racun pada minumanmu. Terima kasih atas semua uangmu, perusahaanku akhirnya bisa bangkit lagi, dan aku bisa memulai hidup baru dengan Stella" ujar Steve.

"Sayang, apa dia sudah mati?" Tanya Stella yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar Steve.

"Sebentar lagi, oh lihat betapa menariknya dirimu" ujar Steve yang langsung menarik tubuh Stella ke dalam pangkuannya.

"Jangan begini di depan tunanganmu, dia bisa patah hati, bukankah dia sangat posesif padamu?" Ujar Stella sambil bergelayut manja di tubuh Steve.

"Tidak apa, ayo kita rayakan kematiannya," ujar Steve yang langsung mencium bibir Stella. Mereka pun tak segan lagi melakukan hubungan intim di depan mata Emily yang sekarat.

Potongan-potongan ingatannya tentang mereka berdua kembali berlayar dalam ingatannya. Di hari pertama dia mengenal Steve, adalah di pesta ulang tahunnya yang ke dua puluh satu, Steve mengajaknya berdansa dan bermain piano. Lalu adegan di hari mereka menonton dan makan mi ramen di sebuah restoran. Berlanjut pada kencan pertamanya yang hanya piknik di bawah pohon wisteria yang rimbun. Mereka bercanda dan berbagi cerita bersama. Di saat Steve merintis usahanya dan mengalami kebangkrutan, Emily dengan suka rela meminjamkan uangnya tanpa perjanjian apapun, bahkan terus penyokongnya dari belakang hingga perusahaan itu bisa sesukses ini. Namun di setiap adegan itu terlihat juga ada Stella yang selalu ada di antara mereka berdua, walaupun Stella hanya diam, kini dia sadar, diamnya Stella bukan karena melihat dirinya bahagia, dia memendam kekesalan dan kecemburuan padanya. Sekarang, Emily baru menyadarinya.

Di setiap kepergian mereka berdua, Steve terkadang meminta Emily untuk membawa Stella. Stella adalah gadis manis dan polos di mata Emily, dia adalah adik Emily satu-satunya. Emily yang menyayanginya ingin selalu berbagi kebahagiaan dengannya, walaupun sejak kelahiran Stella, Emily menjadi tak di hiraukan oleh ibunya. Di saat Stella di hukum berdiri oleh ayahnya karena pelajaran bahasa inggrisnya mendapatkan angka lima, Emily diam-diam memberinya minum. Saat Stella takut ibu mereka marah karena kalungnya hilang, Emily membelikan kalung yang sama menggunakan uang tabungannya. Sampai kuliah pun, Emily terus membantu Stella mengerjakan tugas-tugas kuliahnya hingga dia selalu mendapat nilai yang tinggi. Stella di mata orang tua mereka adalah gadis yang baik, pintar, penurut, dan polos. Tapi kini, gadis itu bahkan turut andil dalam skenario pembunuhan ini. Bagaimana bisa mereka berdua melakukan ini padanya setelah apa yang dia lakukan. Jangankan balas budi, sekedar ucapan terima kasih saja rasanya Emily belum pernah mendengarnya dari mulut mereka. Kini dia tau, dirinya hanya memelihara dua ekor serigala yang kelaparan. Emily merasa hatinya hancur, dia ingin membalas perbuatan mereka berdua, namun apa daya, nafasnya kini tinggal di kerongkongannya saja. Mata Emily terus menetes menyesali kebodohannya, sekaligus menyumpahi mereka.

"Jadi, selama ini kalian selingkuh di belakangku? Kau hanya memanfaatkan hartaku? Dan kau Stella, adik yang sangat ku sayangi ternyata menusukku dari belakang. Betapa bodohnya aku yang selalu memandang kalian dengan sikap optimis. Jika aku tak datang, apakah akan aku akan tetap mati di tangannya? Andai saja aku bisa terlahir kembali, aku akan membalas perbuatan kalian berkali lipat" guman Emily dalam hati.

Perlahan tapi pasti, nafas Emily terhenti, jantungnya tak lagi berdetak.

****

Namun, rupanya Tuhan berkehendak lain, Emily terlahir kembali dan dia ingin memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Anugrah inilah yang membuatnya benar-benar bahagia.

"Ha. Hahaha, hahaha," Emily tiba-tiba tertawa.

Kini dia ingat, saat ini perusahaan Steve sedang mengalami krisis, dan dia sedang memanfaatkan dirinya lagi untuk menyelamatkan perusahaannya. Setelah perusahaannya bangkit, Steve akan membunuhnya dan menikahi Stella, itulah sebabnya dia kemarin mati di tangannya. Setelah dia terlahir kembali, dia tidak akan membiarkan Steve mengambil miliknya lagi. Itulah sebabnya dia benar-benar bahagia sekarang. Kehendak Tuhan padanya pasti ada sebabnya bukan?

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau begitu gembira?" tanya Steve bingung.

Ini pertama kalinya dia melihat Emily tertawa dengan begitu bahagia seperti orang gila.

"Tidak, tidak ada, tiba-tiba aku hanya merasa bahagia ketika teringat sesuatu. Aku harus kembali, ada sesuatu yang harus aku lakukan," jawab Emily.

"Bagaimana dengan investasi yang akun tawarkan padamu? Kau belum menjawabnya semalam," tanya Steve.

"Aku akan memberimu kabar setelah sampai di rumah," jawab Emily.

Steve hanya bisa diam melihat Emily yang bergegas pulang ke rumah. Saat ini dia memang tidak bisa memaksa agar Emily secepatnya menyuntikkan dana, Steve takut, jika dia memaksa, Emily malah membatalkan investasi itu. Jadi, Steve hanya bisa bersabar menunggu.

Sementara itu, Emily keluar dari apartemen Steve dengan wajah bahagia, senyumnya mengembang di sepanjang jalan, dia benar-benar bahagia, Tuhan memberinya kehidupan kedua.

"Steve, Stella, tunggu pembalasanku" guman Emily.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status