Siapa sangka, sebuah pernikahan yang sebelumnya dipenuhi dengan kebahagiaan dan canda tawa, kini tiba-tiba muncul rasa cemburu dari ibu mertua yang mengakibatkan retaknya hubungan suami istri antara Nadira Astuti dengan Chandra Winata. Hingga Chandra di haruskan memilih antara istri yang teramat sangat mencintai atau sang ibu, yang telah melahirkan dan membesarkannya selama ini.
View MoreDi sebuah gedung, baru saja terjadi pesta pernikahan antara Nadira Astuti dengan Chandra Winata. Dua sejoli yang begitu amat saling mencintai itu kini akhirnya resmi menjadi suami istri.
Para tamu undangan yang hadir kian sepi karena waktu yang hampir larut malam, Chandra pun mengajak Nadira pergi ke hotel yang sudah ia pesan untuk menginap, akan ada malam pertama yang tidak ingin ia lewatkan setelah tiga tahun menjalin hubungan jarak jauh dengan Nadira."Sayang, aku sudah siapkan hotel untuk menginap kita beberapa hari ke depan, kita pamit dulu yuk, sama keluarga ku," ajak Chandra yang tak lepas menggandeng tangan Nadira."Ya Mas, ayo." jawab Nadira patuh.Di sudut sana, sudah ada keluarga Chandra, ia memiliki satu orang kakak laki-laki yang sudah memiliki istri, dan juga seorang ibu yang telah membesarkannya selama ini.Langkah kaki Chandra dan juga Nadira berhenti tepat di antara mereka, mereka tersenyum menyambut kehadiran pengantin dengan bahagia, namun tidak dengan bu Hesti. Ibu kandung Chandra yang terlihat tidak suka dengan pernikahan putranya."Bu, Kak, aku dan Nadira mau nginep di hotel setelah acara ini selesai," ucap Chandra memberitahu."Ya Ndra, tidak masalah, kamu bisa membawa istrimu ke mana saja, namanya juga pengantin baru," timpal Roy, sang kakak sulung."Tidak, tidak, kalian tidak perlu menginap di hotel, lebih baik kalian pulang di rumah Ibu saja, kita akan tinggal di sana bersama," tolak bu Hesti cetus."Loh, memangnya kenapa, Bu?" Roy menatap ibunya bingung."Ya tidak apa-apa, pokoknya Chandra pulang sama kita nanti." tukas bu Hesti tak memberikan alasan yang jelas.Nadira hanya mematung sambil terus memeluk pergelangan tangan Chandra, tidak ada yang tahu maksud dan keinginan bu Hesti, tetapi raut wajahnya seakan tidak menyukai jika Chandra tinggal terpisah dengan dirinya.Chandra menatap alih wajah ayu Nadira, seakan meminta pendapat, tetapi karena tidak berani lantaran masih baru saja menerima keluarga sang suami, akhirnya Nadira menganggukkan kepala tanda persetujuan.***Saat tiba di rumah, bu Hesti terlihat sibuk merapihkan kamarnya, sementara Nadira membawa koper yang sebelumnya akan ia bawa ke hotel menuju kediaman sang ibu mertua. Nadira hendak mengganti baju pengantin nya di kamar milik Chandra, saat itu Nadira terlihat kesulitan karena resleting yang tidak sampai dengan tangannya.Chandra masuk dan menyadari istrinya yang sedang merasa kesulitan, Chandra tersenyum menatap punggung wanita cantiknya itu, lalu perlahan ia menutup pintu dan menguncinya."Butuh bantuan?" tawar Chandra dengan manja."Ya Mas. Duh, ini susah banget resleting nya," keluh Nadira kesulitan.Chandra pun perlahan menatap punggung Nadira, ia mencoba membantu dengan membuka resleting itu hingga menampakkan body Nadira yang putih bersih. Aroma pengantin baru di kamar terasa begitu nyata, Nadira tiba-tiba terkejut ketika menerima kecupan mesra dari sang suami ketika resleting nya telah terbuka.Nadira tersenyum, saat Chandra mengunci pinggangnya dari belakang dan menghembuskan nafas di lehernya, lalu hampir saja Chandra menyentuh bibir Nadira yang mungil, tetapi tiba-tiba saja sebuah ketukan pintu menghentikan aktifitas mereka."Siapa Mas?" Nadira terkejut lalu refleks menjauh dari Chandra, karena kikuk. Baru kali ini ia tinggal di rumah yang ada keluarganya, Nadira sebatang kara, kedua orang tuanya telah tiada sejak ia masih duduk di bangku SMA."Aku juga tidak tahu, sebentar ya, aku bukakan dulu pintunya." jawab Chandra, lalu ia pergi meninggalkan Nadira.Sambil menunggu Chandra kembali, Nadira pun memutuskan untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaian di kamar mandi, mengenakan lingerie berwana merah, menyemprotkan parfum di seluruh tubuh dan juga make up tipis di wajah adalah usaha Nadira untuk membuat suaminya senang."Sempurna."Kalimat itu lolos begitu saja ketika Nadira menari kecil di depan cermin yang ada di kamar mandi, ia tersenyum sambil sesekali menyisir rambutnya yang terurai. kebahagiaan terlihat jelas di raut wajah wanita berusia 27 tahun itu, setelah perjuangan LDR bersama Chandra berakhir di pernikahan.Sementara di tempat lain, Chandra sedang berhadapan langsung dengan sang ibu yang tiba-tiba bersikap sangat manja padanya."Apa, aku harus tidur di kamar Ibu malam ini?" Chandra menautkan alis tidak percaya."Ya Nak, kamu malam ini tidur bersama Ibu ya. Ibu sepertinya sangat kelelahan sekali, pundak Ibu sakit, kaki, dan juga tangan Ibu, Ibu mau kamu memijit Ibu," keluh bu Hesti sambil memijat lengan dan pundak nya sendiri."Tapi Bu, malam ini aku sudah menikah dengan Nadira, aku tidak bisa tidur bersama Ibu lagi," tolak Chandra."Chandra, lalu Ibu harus bagaimana, siapa yang mau mengurus Ibu yang kelelahan karena mengurus pernikahan kamu dengan Nadira, kakak mu Roy sudah mengunci pintunya, lalu Ibu harus meminta tolong sama siapa. Ibu seperti ini juga karena menyiapkan semua keperluan pernikahan kamu," sergah bu Hesti mengeluh."Ya Bu, terima kasih banyak untuk bantuannya, tapi aku akan bicarakan dulu soal ini sama Nadira ya Bu, aku tidak enak padanya, dia pasti sudah menunggu ku di dalam." jawab Chandra yang tidak bisa mengikuti permintaan ibunya langsung.Saat Chandra hendak masuk, bu Hesti terdengar sedang merengek seperti bayi yang tidak mau ditinggalkan oleh ibunya, matanya menganak sungai, ia mengira bahwa Chandra sudah tidak peduli lagi padanya.Chandra pun mengurangkan niat dan ia kembali menghadap ibunya, mendengar ada suara tangisan di depan kamar, membuat Nadira terpancing ingin tahu, ia pun mengganti pakaian yang lebih sopan lagi karena tidak mungkin ia keluar dengan hanya memakai lingerie."Ada apa Mas? Ibu kenapa?" Nadira menghampiri Chandra hendak mencari tahu.Tatapan mata Chandra pun tertuju pada wanita cantik yang ada di hadapannya ini, "I-ibu sayang, Ibu meminta ku tidur bersamanya malam ini," lirih Chandra memberitahu."Apa!" Nadira mengernyitkan dahi ketika mendengar kalimat itu."Iya, Ibu mau meminta Chandra untuk tidur bersama Ibu, Ibu kelelahan sekali Nadira, boleh ya Ibu tidur bersamanya. Sebelum Chandra menikah dengan mu, Ibu lah ratu di hati Chandra, jadi Ibu harap kamu mengerti, ya!" tukas bu Hesti tanpa memikirkan perasaan Nadira.Mau tidak mau, suka atau tidak, Nadira harus menyetujui permintaan ibu mertuanya. Karena tidak mungkin ia memaksa Chandra untuk tetap tidur bersamanya, sementara ibu dari suaminya itu tidak ridho."Ya udah Mas, kamu temenin aja Ibu tidur di kamarnya," ucap Nadira dengan lapang dada."Tapi sayang, bagaimana dengan kamu?" Chandra benar-benar berada dalam situasi yang sulit."Jangan pikirkan aku, aku tidak masalah. Ya sudah ya, aku masuk duluan." jawab Nadira tersenyum tipis.Kalimat yang begitu sangat terpaksa Nadira ucapkan, agar membuat ibu mertuanya itu senang. Bu Hesti akhirnya menang dan ia membawa Chandra masuk ke kamarnya."Alhamdulillah pak, bu, operasinya berjalan dengan lancar meski tadi ada sedikit kendala karena ibu Nadira mengalami pendarahan tapi kami berhasil mengatasinya," ucao sang dokter."Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak, dok. Terima kasih banyak atas kerja keras dokter semuanya yang sudah menangani operasi ini," ucap Wildan.Hatinya merasa sangat lega mendengar bahwa Nadira baik-baik saja. Begitu juga dengan Hesti dan juga Roy yang kini terlihat sedikit semringah."Lalu apa kita boleh melihat mereka, sok?" tanya Wildan yang sudah tak sabar untuk melihat Nadira."Emmm untuk saat ini sebaiknya jangan dijenguk dulu, ya. Kami akan memindahkan mereka ke ruangan perawatan dan nanti di sana kalian baru bisa menjenguknya," ucap sang dokter."Baik kalau begitu, dok. Sekali lagi terima kasih banyak." Roy menjabat tangan sang dokter begitupun dengan Wildan."Baik Pak sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu." Sang dokter pun kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.Tak lama
Nadira telah tiba di rumah sakit dan tengah bersiap untuk melakukan operasi. Ditemani oleh Hesti dan Roy, Nadira duduk di sebuah kursi tunggu menanti jadwal operasi yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi."Wildan nggak ikut ke sini, Nadira?" tanya Roy pada Nadira.Seketika lamunan Nadira pun buyar mendengar pertanyaan dari Roy saat itu."Iya Nadira, nak Wildan kok nggak ikut menemani kamu di sini. Apa jangan-jangan dia marah karena kamu akan mendonorkan ginjal mu untuk Chandra?" tanya Hesti.Nadira pun segera meraih tangan Hesti yang saat itu berada di pangkuannya. Nadira mencoba menenangkan dan meluruskan pikiran Hesti yang sempat berpikir jauh tentang Wildan."Nggak begitu, Bu. Mas Wildan sama sekali nggak marah kok. Tadi dia bilang sedang ada urusan sebentar dan nanti dia akan kembali ke sini setelah urusannya selesai.""Kamu yakin dia tidak marah? Ibu takut dia marah. Ibu sudah sangat berhutang budi padanya. Ibu tidak ingin membuat nak Wildan kecewa," ucap Hesti."Nggak kok, Bu.
"Apa kamu serius mau mendonorkan ginjalmu pada Chandra?" tanya Hesti pada Nadira dengan kedua mata yang masih berkaca-kaca.Nadira pun mengangguk pelan. Sekilas Nadira melirik ke arah Wildan meski ia tak memberikan respon apapun."Baiklah kalau memang sudah ada pendonornya maka operasi untuk pak Chandra akan segera kami siapkan," ucap dokter yang menangani Chandra.Tak lama dokter dan perawat yang menangani Chandra pun lantas pergi meninggalkan mereka."Bu, mas Roy, aku tinggal sebentar ya. Aku mau bicara dulu dengan mas Wildan," ucap Nadira berpamitan.Setelah Hesti dan Roy mengizinkan, Nadira pun langsung berjalan menjauhi mereka bersama dengan Wildan.Sesaat Nadira masih terdiam dan belum mampu mengatakan sepatah kata apapun pada Wildan begitupun dengan Wildan yang masih terdiam.Perlahan Nadira memberanikan dirinya menggapai tangan Wildan. Kedua matanya mencoba menatap pada Wildan yang berdiri di depannya."Mas, aku mau minta izin padamu untuk mendonorkan satu ginjal ku pada mas C
Akhirnya Wildan pun keluar dan langsung disambut oleh Nadira dan juga Hesti yang sudah cukup lama menunggu di depan ruangan Chandra."Emmm M-mas, kamu sudah selesai?" tanya Nadira yang sedikit melirik ke arah Chandra dari pintu yang belum ditutup dengan sempurna oleh Wildan.Nadira merasa cukup lega saat melihat Chandra yang baik-baik dan masih duduk di atas ranjang.Meski sebenarnya Nadira tak ingin berprasangka buruk pada Wildan, tapi rasa khawatir dan cemas terus saja membelenggu di dalam hatinya saat Wildan dan Chandra berada di dalam satu ruangan yang sama."Iya aku sudah selesai. Emmm terima kasih karena kalian sudah mengizinkan aku berbicara berdua dengan Chandra," ucap Wildan."Iya santai saja, Wildan." Roy langsung menanggapi ucapan Wildan saat itu." Oh iya, Nadira, kita pulang sekarang yuk," ajak Wildan."Emmm t-tapi, Mas ...." Nadira menghentikan sejenak ucapannya."Nggak mungkin aku nolak ajakan mas Wildan pun pulang. Nanti yang ada mas Wildan malah berpikir bahwa aku leb
Chandra dan Nadira pun masuk ke dalam ruangan Chandra dan melihatnya yang tengah duduk di atas ranjang.Seketika Chandra pun menoleh ke arah Nadira dan Chandra yang mulai mendekatinya."Bagaimana kabarmu, Chandra?" tanya Wildan pada Chandra."Emmmm k-kabarku baik," jawab Chandra terbata.Ia masih tak percaya melihat kedatangan Chandra yang tiba-tiba apalagi ia datang bersama dengan Nadira.Mata Chandra pun sedikit melirik ke arah tangan Nadira yang tampak menggandeng tangan Wildan."Syukurlah kalau begitu. Aku sempat terkejut mengetahui keadaanmu yang cukup parah begini. Maaf ya karena aku baru bisa menjenguk mu," ucap Wildan lagi."I-iya, tidak apa-apa, kok. Tapi kenapa kamu datang ke sini? Apa kamu tidak bekerja?" tanya Chandra."Aku meliburkan diri untuk hari ini karena aku ingin menjenguk mu."Tak akan Wilda pun melepaskan pegangan tangan Nadira dan menoleh ke arah Nadira."Apa bisa aku bicara berdua saja dengan Chandra?" tanya Wildan pada Nadira."T-tapi, Mas." Nadira yang takut
"Sekali lagi aku tanya padamu, Nadira! Apa kamu masih mencintai Chandra?" tanya Wildan dengan nada suara bergetar.Nadira hanya bisa tertunduk di hadapan Wildan. Tangannya gemetaran dan kedua matanya berkaca-kaca.Perlahan butiran kristal dari kedua mata Nadira jatuh membasahi pipinya. "Aku minta maaf mas jika aku sudah membuatmu marah tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku ini padamu.""Jadi maksud mu?" tanya Wildan cepat."Aku memang masih mencintai mas Wildan tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan kembali dengan mas Wildan. Aku tahu ini sangat menyakiti dirimu tapi asal kamu tahu, aku tidak pernah berniat untuk kembali dengan mas Chandra."Nadira meraih tangan Wildan perlahan. Tampak tak ada perlawanan dari Wildan saat itu. Tangan kekar Wildan kini ada digenggaman Nadira. Perlahan Nadia mengangkat tangan Wildan dan menariknya hingga ke dalam dadanya."Aku pastikan bahwa aku tidak akan kembali pada mas Chandra, Mas. Tolong kamu percaya padaku. Ini sem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments