Beranda / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 2 Sampai di Acara Reuni

Share

BAB. 2 Sampai di Acara Reuni

last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 14:44:56

Di kamar luas yang mewah dengan jendela besar yang menghadap ke taman rumah, Zera Mirae berdiri di depan cermin rias. Jemarinya yang lentik dengan hati-hati menyisir rambut panjang hitamnya yang berkilau. Setelah puas, gadis cantik itu pun mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda sederhana namun elegan. Dia memandangi wajahnya di cermin, memastikan riasannya sempurna.

“Baiklah, Zera. Kamu bisa melakukannya,” gumamnya sambil menarik napas panjang.

Sang gadis mengenakan gaun selutut berwarna biru tua yang pas di tubuhnya. Penampilannya tampak anggun namun tidak terlalu berlebihan. Sepatu hak tinggi yang senada melengkapi gayanya malam itu. Dia lalu memutar tubuhnya sedikit, memastikan semua terlihat sempurna.

Zera melirik jam di meja kecil di sebelah cermin. Masih ada banyak waktu untuk segera menuju lokasi acara. Namun sang gadis harus segera berangkat jika ingin tiba tepat waktu di acara reuni SMA Cipta Nusantara.

Di dalam hatinya, ada rasa berdebar yang sulit dijelaskan olehnya. Reuni ini bukan sekadar ajang berkumpul dengan teman-teman lama baginya, melainkan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang masih sering menghantui pikirannya.

Farez Keil, kakak kelasnya yang juga mantan kekasihnya di masa remaja.

“Apa Kak Farez masih ingat aku?” gumamnya, tersenyum kecil namun penuh rasa gugup.

Zera tahu bahwa pertemuan ini akan membawa kenangan lama yang telah lama terkubur. Hubungan mereka dulu begitu indah, namun harus berakhir karena keputusan sang ayah, Tuan Cornelius, yang mengirimnya untuk melanjutkan studinya ke Belanda.

Pikiran Zera melayang pada saat ibunya, Nyonya Debira, baru saja mengutarakan niat untuk menjodohkannya dengan anak sahabat ayahnya.

“Zera, kamu tahu, umurmu tidak lagi muda. Kalau kamu terus menolak pria-pria yang kami kenalkan, kapan kamu mau menikah?” ucap ibunya beberapa hari yang lalu.

“Tapi, Mami. Aku masih belum siap untuk menikah,” jawab Zera dengan hati-hati.

“Belum siap atau masih memikirkan Farez?” tebak ibunya dengan nada tegas.

Zera terdiam. Ibunya mengenalnya terlalu baik.

“Dengar, Zera. Abdiel itu pria baik. Dia serius denganmu. Kenapa kamu tidak memberinya kesempatan? Abdiel juga teman SMA mu dulu kan? Tidak ada bedanya dengan Farez.” bujuk ibunya lagi.

“Aku akan pikirkan, Mami,” jawabnya singkat, mencoba mengakhiri pembicaraan.

Namun kenyataannya, Zera tidak pernah benar-benar bisa melupakan Farez. Pria itu telah meninggalkan jejak mendalam di hatinya.

Setelah memastikan penampilannya sempurna, Zera turun ke lantai bawah di mana sopir pribadinya sudah menunggu.

“Selamat pagi, Nona Zera,” sapa Pak Surya, sopir Keluarga Tuan Cornelius.

“Selamat pagi, Pak Surya. Sudah siap?” tanya Zera sambil tersenyum.

“Tentu, Nona. Silakan masuk,” jawab Pak Surya sembari membukakan pintu mobil hitam mengkilap itu.

Zera duduk di kursi belakang, menghela napas pelan. Jalanan Jakarta pagi itu tampak lengang, berbeda dari biasanya.

“Sepertinya kita tidak akan terjebak macet, Pak Surya,” ujar Zera, mencoba membuka percakapan.

“Benar, Nona. Waktu yang tepat untuk berangkat,” jawab Pak Surya sambil tersenyum di kaca spion.

Di dalam mobil, Zera tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan dia katakan pada Farez jika mereka bertemu. Apakah gadis itu harus meminta maaf karena meninggalkannya tanpa penjelasan? Atau cukup menyapa pria itu seperti teman lama tanpa membahas masa lalu?

“Kak Farez,” bisiknya pelan, seolah berharap pria itu mendengar.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Dia membuka layar dan melihat pesan masuk dari Abdiel.

Abdiel: “Hai, Zera. Malam ini kamu mau ke mana? Jangan lupa, aku selalu ada untukmu. Sepertinya aku tidak bisa ikut acara reuni sekolah. Aku sangat sibuk.”

Zera menghela napas. Abdiel adalah pria yang baik, namun dia tahu jika hatinya tidak bisa menerima pria itu.

Dengan cepat, Zera mengetik balasan singkat.

Zera: “Hai, Abdiel. Aku ada banyak pekerjaan kantor. Tidak ada waktu untuk bersantai Mungkin nanti kita bicara lagi, ya.”

Zera mencoba menolak secara halus ajakan Abdiel untuk mengajaknya jalan nanti malam.

Setelah itu, sang gadis menyimpan ponselnya dan mencoba fokus pada acara yang akan dihadiri olehnya.

Mobil akhirnya tiba di lokasi reuni, sebuah restoran rooftop yang elegan dengan pemandangan kota Jakarta yang gemerlap. Pak Surya keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Zera.

“Sudah sampai, Nona,” kata Pak Surya.

“Terima kasih, Pak Surya. Bapak bisa pergi. Nanti saya akan menghubungi lagi jika acara telah selesai,” ujar Zera sambil tersenyum.

“Tentu, Nona. Selamat menikmati acaranya,” balas Pak Surya dengan ramah.

Zera lalu melangkah masuk ke restoran dengan langkah mantap, meskipun hatinya mulai berdebar-debar saat ini. Gadis itu melihat begitu banyak wajah-wajah familiar yang dulu dirinya kenal. Beberapa teman langsung menyapanya.

“Zera Mirae! Kamu makin cantik aja!” seru Suci, salah satu teman seangkatannya.

“Suci! Kamu juga nggak pernah berubah, ya! Masih selalu ceria,” balas Zera sambil memeluk temannya itu.

“Oh ya, kamu kok datang sendiri? Mary dan Jasmine ke mana?” tanya Suci kepadanya.

“Aku sudah lama lost contact dengan Mary dan Jasmine,” tutur Zera lagi.

Obrolan ringan dengan teman-temannya membuat Zera sedikit lebih rileks, namun matanya terus mencari-cari satu sosok. Seseorang yang menjadi alasan utama kehadirannya di reuni ini.

“Farez di mana, ya?” tanya Zera pada dirinya sendiri.

Gadis itupun melirik ke kiri dan ke kanan mencari-cari keberadaan sang mantan pacar.

“Zera, kamu nyari siapa?” tanya Joseph, kakak kelasnya dulu yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

“Oh, hai Kak Joseph! Nggak kok. Aku cuma lihat-lihat aja,” jawab Zera, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Joseph tertawa kecil.

“Ha-ha-ha. Kamu pasti sedang nyari Farez, kan? Tenang aja, dia pasti datang, kok. Tadi katanya telat karena ada masalah di jalan.”

Padahal yang sebenarnya terjadi, Farez sudah tiba dari tadi. Dia sedang ngobrol dengan Arnold. Sekaligus untuk menetralisir degupan jantungnya yang sungguh begitu terpesona dengan penampilan Zera saat ini yang semakin cantik.

Zera hanya tersenyum kecil. Joseph ternyata terlalu pandai menebak.

“Oh ya, Zera. Apa kabar sahabatmu, Mary? Kok dia nggak datang ke acara reuni?” tanya Joseph yang memiliki niat suci untuk bertemu kekasih masa lalunya, bernama Mary. Yang juga merupakan sahabat baik dari Zera. Mereka telah lama tidak saling memberi kabar, dan masih belum ada kata putus diantara keduanya.

“Wah, Kak Joseph. Aku juga sudah lama kehilangan komunikasi dengan Mary. Semenjak dia dan keluarganya pindah ke luar negeri,” ucap Zera menjelaskan.

“Deg!” Seketika dada Joseph meringis sakit, saat mendengar penjelasan dari Zera.

Pria itu pun, bergumam dalam hati.

“Mary, di manakah kamu berada saat ini? Kenapa kamu seolah-olah sedang bersembunyi dariku. Padahal aku sangat merindukanmu,” ujar Joseph dalam hatinya.

Sementara itu pagi masih panjang, dan harapan Zera untuk bertemu Farez masih menyala. Dia bertekad untuk membicarakan masa lalu mereka, meski hanya untuk mendapatkan kejelasan yang selama ini dirinya rindukan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 55 Kembali Ke Belgia dan Kebahagiaan Bersama Keluarga Selamanya

    Kami sudah memilih nama yang penuh makna. Putra pertama kami akan diberi nama Judeo Keil."Tepuk tangan kembali menggema di ballroom."Nama yang keren!" seru Brian."Bagus sekali namanya, apa artinya?" tanya Suci dengan penuh rasa ingin tahu.Zera yang kali ini menjawab, "Judeo berasal dari kata Judah yang berarti pujian. Dan Keil memiliki makna kekuatan Tuhan. Kami berharap anak kami nanti tumbuh menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan kuat dalam menjalani hidup."Semua orang mengangguk kagum mendengar penjelasan itu."Nama yang indah dan penuh makna," ujar Thalita dengan mata berbinar."Sekali lagi, selamat untuk kalian berdua," tambah Kezia.MC lalu kembali mengambil alih acara. "Wah, malam ini benar-benar penuh kebahagiaan! Sekarang, mari kita rayakan bersama dengan menikmati hidangan spesial yang telah disiapkan!"Pelayan hotel mulai menyajikan makanan ke setiap meja. Para tamu menikmati hidangan sambil berbincang, membahas betapa bahagianya Farez dan Zera malam ini.Di salah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 54 Acara Tujuh Bulanan Kehamilan Zera

    Perayaan Tujuh Bulanan Zera,Ballroom mewah di sebuah hotel bintang lima telah dipersiapkan dengan sangat elegan. Dekorasi bernuansa putih dan emas mendominasi ruangan, dengan bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut. Di tengah ballroom, sebuah pelaminan kecil telah disiapkan khusus untuk Zera dan Farez, sang calon orang tua. Hari ini adalah momen spesial, genap tujuh bulan usia kandungan Zera, dan keluarga besar mereka menggelar acara Tujuh Bulanan sebagai ungkapan syukur.Para tamu mulai berdatangan, sebagian besar adalah keluarga besar Zera dan Farez, serta teman-teman mereka di SMA Cipta Nusantara. Joseph dan Mary tiba lebih dulu, diikuti oleh Arnold dan Marsha, kemudian Lena, Thalita, Kezia, Brian, Christian, Suci, dan teman-teman lainnya. Mereka semua tampak antusias dan bahagia melihat Zera yang kini tengah mengandung anak pertamanya.Di dekat pintu masuk ballroom, Marsha dan Mary saling berbisik sambil menatap ke arah Zera yang sedang duduk di pelaminan."Zera kelihatan makin

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 53 Hadiah Terindah Untuk Farez dan Zera

    Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari yang sangat dinantikan oleh Farez dan Zera. Kandungan Zera sudah memasuki bulan keempat, dan keduanya akan melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka. Meskipun Farez adalah seorang CEO dengan jadwal kerja yang sangat padat, dia selalu berusaha meluangkan waktu untuk Zera, terutama saat kontrol kehamilan.Setelah sebulan kembali dari bulan madu mereka di Belgia, Zera mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Setelah memeriksakan diri ke dokter, dia dan Farez menerima kabar bahagia jika Zera hamil. Keluarga besar mereka menyambut kabar ini dengan penuh suka cita. Atas saran suami dan para orang tua, Zera memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya untuk fokus pada kehamilan dan menjaga kesehatannya.Sore itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, Farez segera meninggalkan ruangannya dan berjalan cepat ke parkiran. Sopir pribadinya, Pak Rudi, sudah siap dengan mobilnya."Pak Rudi, kita langsung ke rumah

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 52 Keseruan Naik Balon Udara

    Sore harinya, Farez membawa Zera ke sebuah lapangan terbuka, tempat balon udara raksasa tengah dipersiapkan untuk lepas landas.Zera membelalakkan mata. "Kak … kita mau naik ini?"Farez tertawa. "Ha-ha-ha. Iya! Kamu siap, Sayang?"Zera menggigit bibirnya, antara gugup dan bersemangat. "Ini pertama kalinya aku naik balon udara, tapi aku percaya sama kamu, Kak!"Keduanya pun naik ke dalam keranjang balon udara, dan perlahan-lahan balon mulai terangkat ke udara.Zera menggenggam tangan Farez erat. "Kak, ini indah banget! Seru!"Dari ketinggian, mereka bisa melihat hamparan hijau Ardennes yang luas, sungai yang berkelok, serta desa-desa kecil yang tersebar di antara perbukitan.Farez menarik Zera ke dalam pelukannya. "Aku ingin kita selalu mengalami momen-momen seperti ini. Bersama, menikmati dunia."Zera tersenyum bahagia. "Aku juga, Kak. Ini adalah bulan madu yang sempurna."Menjelang malam, mereka menuju pondok kayu yang telah Farez pesan sebelumnya. Tempat itu terasa hangat dan

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 51 Jalan-jalan Ke Durbuy dan Ardennes

    Pagi di Dinant terasa begitu damai. Sinar matahari menembus tirai kamar hotel, membangunkan Zera yang masih nyaman dalam pelukan suaminya. Dia mengerjap pelan, menikmati hangatnya dekapan Farez yang masih terlelap. Dengan senyum lembut, Zera mengecup pipi suaminya."Kak, bangun... kita harus bersiap-siap ke Durbuy," bisiknya.Farez menghela napas panjang sebelum membuka matanya. "Hmm… masih ngantuk," gumamnya, tapi dia tetap menarik Zera ke dalam pelukannya lagi.Zera tertawa pelan. "He-he-he. Kak, kalau kita kesiangan, nanti rencana kita bisa berantakan."Farez akhirnya membuka mata, tersenyum, dan mencubit lembut hidung istrinya. "Baiklah, baiklah. Aku nggak mau istriku kecewa."Mereka pun bangun dan bersiap-siap. Setelah sarapan di hotel, Farez dan Zera naik mobil menuju Durbuy, kota kecil nan romantis yang terkenal dengan suasana pedesaan yang tenang dan keindahannya yang khas.Sesampainya di Durbuy, mereka langsung menuju Topiary Park, taman unik yang dihiasi berbagai patung tan

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 50 Eksplor Dinant

    Setelah menikmati keindahan Ghent, Farez dan Zera melanjutkan perjalanan bulan madu mereka ke Dinant, sebuah kota kecil yang indah di pinggir Sungai Meuse. Kota ini dikelilingi oleh tebing-tebing megah, memberikan nuansa yang romantis dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Saat mobil mereka memasuki Dinant, Zera menatap keluar jendela dengan kagum. "Kak, lihat! Kota ini cantik banget! Aku suka suasana tenangnya," ucapnya dengan penuh semangat. Farez tersenyum, lalu menggenggam tangan istrinya. "Aku tahu kamu pasti suka. Dinant memang tempat yang sempurna buat kita bersantai setelah perjalanan kita di Ghent." Zera mengangguk. "Dan lihat itu, Sungai Meuse. Airnya jernih banget, dan tebing-tebing di sekelilingnya bikin pemandangannya makin luar biasa." Farez lalu meminta sopir untuk memarkir mobil di dekat dermaga sebelum beralih menatap Zera. " Siap untuk naik kapal di Sungai Meuse, Sayangku?" Zera tersenyum lebar. "Tentu saja, Kak! Aku sudah nggak sabar!" Keduanya pu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status