Chandra

Chandra

Oleh:  _penamati  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
32Bab
1.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hidup Rain berubah ketika ia dan keluarganya pindah rumah. Ia harus berurusan dengan tetangganya yang menjengkelkan. Tiap hari ada saja tingkah Chandra yang membuat Rain harus menahan emosinya. Selain menjengkelkan Chandra juga memiliki rahasia yang tidak diketahui Rain. Rahasia apa yang dimiliki Chandra sebenarnya?

Lihat lebih banyak
Chandra Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Nazahra Syafa
semangat Tata nulisnya......
2024-04-20 19:09:38
1
32 Bab
1. Arya Chandra Sasmita
Rain merebahkan dirinya di kasur dan mulai memejamkan mata. Ia dan keluarganya baru saja pindah rumah ke rumah yang lebih besar. Badannya pegal setelah seharian memindahkan dan menata barang-barang. Beruntung hanya sisa sedikit barang yang belum dirapikan. Jadi besok mereka tidak akan sesibuk hari ini. Karena Rain juga harus sekolah besok, ia pun tak bisa lama-lama membantu keluarganya. Mata Rain terbuka perlahan saat menyadari ponselnya berdering. Tangan Rain berusaha meraih ponsel yang terletak di atas nakas. Dahinya berkerut saat melihat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Rain segera duduk dan mengangkat panggilan itu, takut ada hal yang penting yang ingin disampaikan. "Halo. Selamat malam?" Rain berbicara dengan lembut. "Halo." Rain sedikit terkejut mendengar suara seorang pemuda di seberang. Seingatnya, ia tak memiliki teman lelaki. "Ini siapa ya?" tanya Rain dengan penasaran. "Aku Chandra, calon suamimu." Pemuda di seberang tertawa. Rain langsung mematikan sambungan t
Baca selengkapnya
2. Kita teman
Jam pelajaran dimulai, dan suasana kelas yang awalnya riuh berubah menjadi hening saat guru mata pelajaran untuk jam pertama memasuki ruangan. Namun ada yang menarik perhatian, yaitu kehadiran seseorang pemuda di belakang guru. Para siswa laki-laki bertanya-tanya siapa pemuda itu, sementara siswa perempuan terlihat heboh dan terkesima melihat ketampanan pemuda tersebut. Saat para siswa lain sedang asyik berbisik tentang orang itu, Rain malah terlihat tidak peduli. Wajahnya yang sebelumnya tampak ceria dan ramah berubah menjadi datar saat guru dan pemuda misterius itu masuk ke kelas. Chandra, dialah penyebab raut wajah Rain berubah. Berbeda dengan Rain, Chandra terlihat tersenyum senang saat mengetahui kalau ia sekelas dengan Rain. “Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan nama kamu.” “Halo semua, perkenalkan aku Chandra. Aku tetangganya Rain,” ucap Chandra dengan semangat, menunjuk ke arah Rain. Seketika, semua mata tertuju pada Rain Bego!
Baca selengkapnya
3. Seseorang dari masa lalu
"Selamat malam abangnya Rain." Hari telah berganti menjadi malam, seperti katanya tadi, Chandra datang ke rumah Rain. Ia mengetuk pintu dan yang membukanya adalah seorang laki-laki bertubuh jangkung. Matanya tajam menatap Chandra. Lelaki itu adalah abang Rain. "Rainnya ada?" "Siapa?" Abang Rain balik bertanya. "Chandra, tetangga depan rumah, teman sekelasnya Rain juga," jelas Chandra. "Oh, lo yang tadi diceritain sama bunda. Yaudah masuk. Tunggu, biar gue panggilin Rain." Chandra duduk di tempat yang sama pertama kali ia datang ke rumah Rain. Sambil menunggu, ia membolak-balik halaman buku yang ia bawa. Chandra menghentikan kegiatannya ketika melihat Rain datang dengan membawa beberapa buku dan alat tulis di tangannya. "Banyak banget bukunya Ra," ucap Chandra. "Gue sekalian mau belajar." Rain duduk di hadapan Chandra. "Oh gitu ya. Aku mau nanya sedikit nih, gak bisa lama-lama disini. Adikku sendirian di rumah." "Lo punya adik?" "Kan aku bilang waktu itu ke kamu, nomor kedua
Baca selengkapnya
4. Rencana jalan-jalan
Alif baru saja datang, ia langsung duduk di samping Chandra. Saat menoleh ke arah Khanza, gadis itu terlihat kesal. "Lo lama banget di toilet Lif, Chandra aja yang dari perpus udah sampe dari tadi." Tadi memang Alif izin ke toilet dan meminta Khanza memesankan makanan untuknya, mungkin karena menunggunya terlalu lama Khanza jadi kesal. "Biasalah ketemu adkel tadi, jadi kita ngegosip dulu. Mana pesenan gue?" Alif terlihat mencari pesanannya. Khanza menggeser semangkok mie ayam kepada Alif. Beruntung mie itu tidak tumpah karena Khanza menggesernya dengan kasar. "Makasih ya Khanza, Khanza yang paling baik pokoknya," puji Alif. Ia berusaha menghilangkan rasa kesal Khanza. Sepertinya usahanya itu tidak berhasil. Khanza tak membalas dan malah terlihat menyeruput minumannya dengan kasar. Beralih dari Khanza, Alif kini memperhatikan Chandra dan Rain yang sedang memakan pesanan mereka masing-masing. Mereka berdua terlihat tenang dan tidak terpengaruh dengan kedatangannya. Alif merasa se
Baca selengkapnya
5. Kue
"Assalamualaikum." Rain berjalan ke arah dapur saat mencium wangi kue yang baru diangkat dari oven. Ia melihat dapur sedikit berantakan, ada beberapa wadah kotor dan bahan-bahan yang tergeletak begitu saja. "Tumben bikin kue." Rain menghampiri Bundanya yang sedang menata kue di piring. Bunda Rain memang sangat senang memasak. Dulu ia pernah bercerita pada Rain kalau ia bercita-cita menjadi koki, tapi sebelum menggapai cita-cita itu Bunda Rain sudah lebih dulu bertemu dengan Ayah Rain. Jadi keahlian memasaknya digunakan untuk menyenangkan keluarganya. "Lagi pengen aja. Oh ya Ra, tolong kasih ini ke abangmu ya. Dia lagi di kamar." Bunda Rain memberikan sepiring kue pada Rain. "Masih kencan sama tugasnya?" "Iya, katanya biar cepet selesai. Kalo kayak gitu bukannya selesai, malah sakit. Abangmu terlalu maksa dirinya, coba bilangin Ra, kalo kata-kata bunda udah gak mempan buat dia. Bunda cuma takut dia sakit." Terlihat jelas raut khawatir dari bunda Rain. "Iya Bunda, nanti Rain coba b
Baca selengkapnya
6. Hujan
Mendung menghiasi langit pagi itu. Awan-awan hitam terlihat siap menjatuhkan bulir-bulir air. Udara dingin terasa menusuk tulang, membuat siapapun enggan beranjak dari kasur mereka. Tapi tidak dengan Rain. Gadis itu sudah bangun sejak mentari belum menunjukkan sinarnya. Ia membantu bundanya untuk menyiapkan sarapan. Meski hari ini libur, bukan berarti ia tak memiliki kegiatan apapun. "Mau dibatalin?" Lima menit yang lalu ia menerima telepon dari Khanza, temannya itu mengatakan bahwa rencana jalan-jalan mereka tetap dilaksanakan meskipun cuaca terlihat tak mendukung. Rain berusaha membatalkan rencana itu. Ia malas sekali pergi. Di cuaca seperti ini, biasanya Rain lebih memilih membaca novel sambil menikmati cokelat panas. "Enggak pokoknya harus jalan!" Rain berdecak mendengar jawaban dari Khanza. "Si Alif bilang gak bisa dateng Za." "Ya, kan masih ada lo sama Chandra." Khanza tetap bersikukuh ingin pergi. "Tapi—" Rain melihat ke arah jendela yang menunjukkan pemandangan taman bel
Baca selengkapnya
7. Sisi lain Chandra
Suara derit pintu yang terbuka membuat padangan Chandra dan Fani beralih ke pintu. Saat pintu terbuka terlihat bunda Rain dan Rain yang masuk. "Alhamdulillah kamu sudah sadar Chan. Gimana keadaan kamu sekarang?" "Udah lebih baik kok tante." Chandra tersenyum, ia sempat memandang pada Rain yang sedari tadi menunduk. Ia bersyukur dua orang didepannya tak mendengar teriakkan Fani tadi. "Oh, iya, Fan, ini makanan buat kamu, makan dulu ya." Bunda Rain memberikan bungkusan plastik kepada Fani. Fani menerimanya lalu mengangguk. "Tante sama kak Rain, udah makan?" tanya Fani, gadis itu terlihat membuka bungkusan plastik yang diberikan bunda Rain. "Udah kok Fan," jawab bunda Rain. Bunda Rain duduk disebelah Fani. "Tante, Chandra kapan pulang? Chandra gak betah disini. Tadi, nanya sama Fani dia malah gak mau jawab." "Kata dokter kamu bisa pulang nanti Chan," jelas bunda Rain. Chandra bersyukur bisa segera pulang dan tidak lagi merepotkan keluarga Rain. *** Malam sudah larut. Tadi sore C
Baca selengkapnya
8. Mama
Sudah hampir satu jam Chandra mendengar omelan mamanya. Sejak Chandra pulang tadi sang mama sudah berada di ruang tamu. Lama tidak bertemu bukannya saling melepas rindu, malah kemarahan dan cacian yang diberikan mamanya padanya. "Pintu gak dikunci! Adik kamu yang lagi tidur kamu tinggal! Dimana sih otak kamu! Gimana kalo adikmu itu kenapa-napa?! Di perempuan Chan! Kamu bisa gak sih jaga dia?! Kakak macam apa kamu ini!" bentak mama Chandra. Chandra hanya diam, ia sudah terbiasa dengan hal itu, jadi tak terlalu mendengarkan perkataan mamanya. Kantuk mendera Chandra sejak tadi, tapi mamanya tidak berhenti mengomel, Chandra hanya bisa menguap dan mengacuhkan perkataan mamanya. "Udah ma. Udah malem, Chandra mau tidur." Chandra terlihat menguap lagi. Kemudian Chandra beranjak namun mamanya menahan tangannya. "Kamu minum! Mama ngasih uang kamu bukan buat beli barang gak berguna kayak gitu! Jangankan jaga Fani, jaga diri kamu aja gak bisa! Mau jadi apa Fani kalo kamu yang ngerawat dia! Po
Baca selengkapnya
9. Chandra kenapa?
Rain menoleh ke arah Chandra, di menatap Chandra seakan bertanya siapa wanita didepannya kini. Saat sedang berdebat di depan rumah Chandra tadi, tiba-tiba pintu rumah Chandra terbuka dan seorang wanita seumuran bunda Rain keluar dari sana. Wanita itu terlihat sedikit mirip dengan Chandra. Apa dia mama Chandra? "Kamu pacarnya Chandra?" Rain langsung kembali menatap wanita itu. "Eh, bukan tante. Saya tetangga di depan rumah. Saya juga teman sekelas Chandra," ucap Rain dengan sopan. "Keluarga yang baru pindah itu ya? Saya mamanya Chandra. Jadi kamu teman sekelasnya Chandra juga. Siapa nama kamu?" Chandra terlihat heran karena ibunya tiba-tiba menjadi lembut pada Rain. Ah, Chandra lupa, mamanya selalu menunjukkan sikap palsunya di depan para tetangga. "Rain tante." Rain tersenyum ke arah mama Chandra. Ternyata benar dugaannya. "Nama yang cantik, kayak orangnya. Kalian mau berangkat sekolah ya?" "Iya tante. Sebenarnya Rain juga mau nganterin ini." Rain memberikan rantang makanan ya
Baca selengkapnya
10. Seperti semula
Suasana yang tenang berubah saat rintik hujan tiba-tiba jatuh membasahi bumi. Beberapa pengendara motor dan pejalan kaki sibuk mencari tempat berteduh. "Padahal cuma hujan air, mereka sampe kalang kabut kayak gitu. Gimana kalo hujan api." Chandra melihat ke luar tenda, terlihat para pejalan kaki yang berlarian mencari tempat berteduh. Chandra dan Rain sedang berada di salah satu tenda pedagang kaki lima. Chandra tiba-tiba mengajak Rain makan disana, ia tak tau kalau hujan akan turun. Beruntung mereka sudah disana sebelum hujan turun. Rain turut melihat ke arah yang sama dengan Chandra. Ini kali pertama makan berdua saja dengan seorang laki-laki. Biasanya Rain selalu makan dengan kakak atau ayah, jika harus dengan lelaki selain mereka biasanya ia ditemani oleh Khanza. "Kalo hujan api, pasti susah sih." Chandra tertawa, sementara Rain menatap ke arahnya. Ada rasa syukur saat melihat Chandra tertawa lagi. "Lo juga pasti neduh kan kalo hujan." "Mungkin iya, mungkin enggak," jawab Cha
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status