แชร์

Kumpul Kebo? Pasutri?

ผู้เขียน: Lilyana R
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-02 21:03:29

Pagi itu ternyata mertuakau, Pak Syaron dan Bu Larasati bertandang ke rumahku. Bersyukur sekali keadaan rumahku tidak terlalu kotor. Di sela-sela pulang ngantor kadang aku masih menyempatkan diri untuk bersih-bersih rumah. Gavriel sudah rapi begitupun dengan diriku.

“Kenapa Pak Syaron bisa datang kemari?” Tanyaku pada suamiku. Mudah saja bagi seorang bos besar seperti beliau untuk menyelidiki banyak hal tentangku. Masalahnya, kenapa datang justrudi saat yang tidak tepat.

Gavrielle mengendikkan bahunya. Seharusnya suamiku tidak perlu membuka pintu terlebih dahulu. Ia bisa membangunkan aku agar aku bisa membuka pintu dan dia sembunyi. Sehingga aku tidak perlu takut atau canggung menghadapi bos yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri. Gavrielle berjalan di depanku. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya kuat.

Pak Syaron dan Bu Larasati duduk di ruang tamu. Pak Syaron melihat-lihat foto yang kupajang di dinding ruang tamu. Aku tidak tahu harus memajang foto siapa, jadi lebih baik aku memajang foto pribadiku saja saat bertugas. Toh foto kenang-kenangan itu sangat berharga buatku. Foto yang ku pajang terbilang saat unik, karena tidak semuanya menampilkan obyek yang indah.

Ada foto yang diabadikan seorang tentara saat aku liputan di daerah perbatasan Malaysia dan Indonesia di daerah Kalimantan. Kemudian fotoku bersama anak-anak yang ada di camp pengungsian musibah banjir di Jawa Barat. Selain itu ada foto unik bersama suku pedalaman di daerah Irian Jaya. Diantara sekian foto yang paling nggeh, mungkin hanya foto wisudaku saat dulu aku lulus kuliah di Jurusan Hubungan Internasional di salah satu kampus negeri di Jakarta.

Kami sampai di ruang tamu. Gavrielle duduk diatas sofa persis berhadapan dengan Pak Syaron, sedangkan aku duduk tepat persis di sebelahnya.

“Ku dengar hari ini tim liputan tidak jadi berangkat ke Jogja untuk liputan, benar begitu Renata?"Tanya Pak Syaron dengan wajah datar. Seumur hidup baru kali ini aku melihat  wajah dingin beliau.

Aku tidak bisa menjawab. Aku benar-benar tidak bisa memikirkan apapun kemarin saat bertengkar dengan Gavrielle. Ujungnya, kalau di keluarkan pun aku juga terima. Namun ujungnya, mertuaku turun tangan dan kemungkinan masalah jadi akan berbuntut panjang sekali. Bak Labirin tak berujung.

“Aku yang minta Renata Pah!” Jawab Suamiku.

“Lantas, sejauh apa hubungan kalian? Pagi-pagi kami sudah disuguhi pemandangan seperti ini. Jam berapa ini Vriel, jam 6.30 pagi. Di rumah pun biasanya kamu masih tidur pulas. Kamu bermalam di sini Vriel, benar seperti itu?” Tegas mertuaku. Rasanya beliau benar-benar marah. Sekian lama aku bekerja pada beliau, aku sangat hafal sekali dengan sifat beliau juga apa saja yang tidak di sukai.

“Saya akan bertanggung jawab untuk proyek liputan di Jogja Pak!” Jawabku dengan tertunduk. Rasanya aku ingin menjewer telinga suamiku. Gara-gara kelakuannya. Aku pun tertimpa musibah.

“Bagus kalau kamu sadar Renata. Salah satu alasan mengapa selama ini aku selalu memberi tugas dan tanggung jawab lebih padamu karena kamu selalu bisa diandalkan!”

“Tapi setelah liputan, saya ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Saya mohon perusahaan bisa mengabulkan.”

Wajah Pak Syaron semakin nanar mendengar permintaanku.

Bu Larasati mengusap-usap pundaknya.”Tenangkan diri Papa.”

“Gavrielle, kamu belum menjelaskan pada Papa, apa hubungan kalian. Kalian sudah lama Kumpul Kebo begini atau jangan-jangan kalian sudah diam-diam menikah!”

Gavrielle tak menjawab. Ia berdiri hendak keluar dari ruang tamu, namun aku mencegahnya. ”Aku tidak Kumpul Kebo Pah!”

“Lantas?”

“Aku sudah menikahi Renata enam bulan yang lalu. Sah secara hukum dan agama.” Jawab suamiku.

Pak Syaron memijit keningnya. Ia sangat kaget mendengar fakta itu. ”Bagaiamana bisa kamu menikah tanpa restu dan sepengetahuan kami, Vriel. Kami orang tua yang sudah membesarkan kamu!”

Bu Larasati terlihat sangat kecewa padaku. Aku tahu hal itu. Selama sekian tahun aku bekerja pada Baskoro TV, hubunganku dengan beliau sangat baik. Bahkan Bu Larasati kerapkali memintaku untuk menemani belanja, menemani makan, bahkan seringkali memintaku datang kerumah hanya sekedar untuk datang di acara arisan sosialitanya.

Beliau memang bukan tipikal wanita tukang arisan atau pamer, hanya di kalangan tertentu saja ia bergaul. Beliau banyak promosi terselubung tentang kegiatan charity-nya untuk menarik donatur. Kuakui caranya sangat halus dan jauh dari publikasi. Meskipun begitu tetap saja, yayasan akan membuat pamlet atau iklan sebagai bentuk tanggung jawab pada pihak sponsor.

“Kamu sangat mengecewakan Papa, Vriel.” Pak Syaron berdiri. Ia meraih tangan Bu Larasati lalu meninggalkan rumahku. Dari dalam ruang tamu aku masih bisa melihat kalau Bu Larasati keluar pintu sambal terisak.

Supir membukakan pintu untuk Pak Syaron. Mereka berdua masuk, mobil yang di kemudikan Pak Nanto itu pun dalam sekejap tak tampak lagi.

“Susul papamu, Vriel.” Pintaku pada suamiku.

“Tidak Ren, kita langsung pulang ke rumah saja. Ada banyak PR menanti kita. Setelah serah terima jabatan Anak Cabang Basoro Group, Baskoro TV dan PH enam bulan yang lalu. Akulah pemilik sah perusahaan tempat kamu bekerja."

"Aa-pa maksudmu Vriel?” Tanyaku tak kalah kaget.” Ja-ja-di se-la-ma ini bu-kan Pak Syaron bosku, tapi ka-mu? ”Lidahku semakin kelu saja. Aku tak menyangka lebih dari enam bulan lamanya aku di minta mengerjakan tugas ekstra berat yang sebenarnya di luar kapasitasku sebagai kepala tim siaran dan produksi. Bahkan bisa di bilang apa yang ku kerjakan lebih tepatnya mengerjakan pekerjaan asisten CEO. "Apa maksud Pak Syaron dengan semua ini?”

“Lebih baik kita segera pulang, Ren. Nggak usah berkemas. Semua pakaianmu dan juga peralatan kerjamu sudah ada dirumah?” Suamiku menggendengku.

“Sebentar, aku ambil tas dulu.” Aku bergegas masuk ke kamar mengambil tasku. Setelahnya, aku keluar pintu setelah mengunci rumah. Suamiku sudah menunggu di depan mobil dengan gaya bossynya.

Gavriele membuka pintu untukku lalu aku masuk. Setelahnya, ia mengemudikan Alphardnya menuju rumah. Satu jam berlalu dan kami pun larut dalam hening tanpa percakapan sampai akhirnya dia mengehentikan mobil di warung bubur langganan kami. ”Sarapan dulu, Ren.” Gavrielle melepaskan seatbelt-ku dan kami turun bersamaan.

Sejak aku di nikahinya. Ia jadi ikutan makan di tempat langgananku, meskipun itu warung tenda, warung sederhana, atau lesehan di kaki lima.

“Lama nggak sarapan disini, Mbak Renata? Kemana saja Mbak? Lhoh tau-tau sudah bawa gandengan baru.”

Duh, ini pelayan warung kenapa pakai latah segala. Nyebut gandengan baru segala. Wajah Gavrielle yang awalnya sumringah berubah mendung.

”Pesanan saya seperti biasanya ya, Mbah.” Aku mendekat ke samping pedagang yang sedang meracik sayur untuk di masukkan ke mangkuk-mangkuk soto. ”Suami saya, Bubur Ayam spesial, kuahnya tolong di pisah. Minumnya teh panas, gulanya separuh porsi saja. Sama tambah air putih hangat satu gelas. Itu saja Mbah Mo.”

Pria berumur lebih dari setengah abad itu pun mengangguk. Pelayan yang tadinya menyapaku segera menyiapkan mangkuk untuk kami juga pelanggan lainnya yang sudah lebih dulu datang.

“Kalau ada gandengan baru, berarti ada gandengan lama dong, Ren. Gandengan lamanya siapa? Yang mana sih. Kok aku penasaran.” Sindir suamiku dengan wajah memberengut. Satire pedas.

Gimana caranya menghindari percakapan ini? Duh,..... kabur? Mau kabur kemana?Terlanjur basah begini. Repotnya punya suami bos yang punya kuasa.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Liburan Ke Patayya dan Dubai (END)

    Jakarta, enam bulan kemudian.Satu persatu masalah berat yang kami alami dalam hidup ini kami lewati. Mengurainya sungguh tak mudah. Berderai air mata, berpeluk keringat dan sungguh menguras tenaga apa yang kami alami.Suamiku sudah memberikan bonus akhir tahun pada seluruh karyawannya di akhir tahun ini. Untuk para bodyguard kakek, mereka justru siap untuk bekerja kembali. Jadilah mereka gentian. Bodyguard papa akan liburan sebentar dan pulang ke kampung halamannya.Hubunganku dengan Meira sudah membaik meskipun aku membatasi akses Meira dan Dito untuk masuk lebih dalam ke dalam keluarga kami. Bukannya aku sok, tapi mencegah lebih baik daripada mengobati.“Mama, kami semua sudah siap berangkat.” Kata Arsen. Putraku kelihatan ganteng sekali. Ia memakai pakaian kembar dengan adiknya. Ancel menolak mengganti celana jeans dengan rok. Yang ada justru ia memakai celana jeans dengan bahan dan warna yang

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ketahuan Bohong!

    Mataku terbelalak waktu kami melihat kalau yang datang itu adalah Agusto. Setahuku Mas Gavrielle sudah melakukan tes DNA diam-diam. Hasil itu menunjukkan kalau Neil itu anak Agusto. Tante Haruka sendiri juga pernah berhubungan dengan Agusto cukup lama. Bahkan Agusto sudah yakin kalau Neil itu adalah anaknya.Paman Hiromi justru mengaku kalau Neil adalah anak biologisnya. Tante Haruka itu super jenuis. Ia bisa melakukan hal apa saja di luar nalar. Termasuk memalsukan hasil Tes DNA Agusto dan Neil.“Agusto mari silahkan.” Sambut suamiku. Ia menyambut Agusto dengan baik.Agusto juga ikut duduk di karpet bersama kami. Suamiku tentu saja kaget dengan kedatangan Agusto.“Sebelum kamu menginterogasiku lebih lanjut. Lebih baik aku jujur saja.”Agusto menepuk pundak Adrian dengan keras.“Sakit Om. Slow kenapa sih.” Adrian menyingkirkan tangan Agusto dari pundaknya.“Aku ingin menanyakan menu m

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Tumpeng Nasi Kuning

    Mobil itu masih mengikuti kami sampai rumah. Begitu sampai rumah. Adzan magrib berkumandang. Aku turun dari motor dan Mas Gavrielle menyerahkan kunci motor itu pada salah satu bodyguard papa.Kami masuk dan di kejutkan oleh suara terompet. Rupanya yang meniup terompet anak-anakku juga Mbok Sumi dan Pak Khamdan. Mama, Papa juga eyang putriku dan Kakek sudah ada di ruang tamu.Bukan kue tart yang menyambut kami melainkan tumpeng kecil berisikan nasi kuning. Aku takjub sekali, meskipun bukan pesta yang meriah tapi bagiku ini adalah kado yang sangat berharga bagiku juga suamiku.“Happy wedding anniversary ya Mama, Papa.” Kata Arsen dan Ancel berbarengan. Suamiku yang paling tegar di luar tiba-tiba saja menengadahkan matanya ke langit-langit. Ternyata bertepatan dengan momen itu seseorang masuk ke ruang tamu.“Maaf sepertinya aku ganggu.” Kata Neil. Setelah menyapaku di jalan dan tidak di gubris oleh suam

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)    Hadiah dari Anak-anak

    “Mama sama papa ngapain di sini?”Sedang asyik berduaan begini kenapa anak-anakku bisa datang? Ini Pak Khamdan sama bodyguard papa juga ikut-ikutan datang.Wajah Mas Gavrielle langsung di tekuk. Kenapa aku merasa kalau suamiku tidak ingin di ganggu privasinya.Ancelia dan Arsen menenteng tasnya. Harusnya aku justru senang dengan kedatangan anak-anakku. Tapi kenapa kok aku juga terbawa suasana enggan diganggu siapapun termasuk anak-anakku sendiri.“Papa kok gitu sih, wajah Papa kok manyun. Nggak senang kita datengin?” Tanya Arsen. Ia membuka ranselnya lalu mengambil sebuah bungkusan.Arsen memberikan bungkusan itu pada Ancelia. Putriku lalu menyerahkan bingkisan itu pada Mas Gavrielle."Papa, kami nggak bermaksud mengganggu waktu Mama sama Papa. Tapi kata Kak Arsen ini hari ulang tahun pernikahan mama sama papa jadinya Kak Arsen tadi minta di anterin ke toko buat beli ini.” Kata putriku pan

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Ke Taman Bersejarah

    Aku pernah berada pada titik terendah dalam hidup ini. Bahkan tidak hanya sekali aku berusaha untuk terus berjuang untuk hidup. Entahlah bagaimana dengan Meira kedepannya. Apapun yang ia lakukan padaku juga pada keluarga Besar Baskoro tidak serta merta di balas dengan keburukan.Papa mertuaku adalah pribadi yang baik, terlepas kadang beliau menggunakan kekuasaan juga uangnya untuk menyelesaikan banyak hal. Tapi kebaikan papa mertuaku juga keluarga besar Baskoro pada Meira dan keluarganya tidak bisa dinafikan begitu saja.Papa dan juga mama mertuaku bukan tipikal pendendam, tapi melihat mama jadi jutek seperti tadi aku jadi ikut terbawa arus. Apa ada yang mereka bicarakan tapi tidak ku ketahui. Mungkin Mas Gavrielle belum cerita saja.Mama meninggalkan kamarku. Papa sudah berangkat ke pengadilan, kakek ditemani eyang putri sudah berangkat untuk fisioterapi di rumah sakit yang di kepalai dokter Pambudi.Hari sudah siang. Bergegas aku mandi lalu pelan-pelan

  • TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH)   Kedatangan Meira

    Aku tak menyangka kalau di layar ponselku tertera nomor Meira. Sudah berapa lama kami tak saling berkabar. Jangan-jangan yang datang itu adalah Meira.Pantaslah kalau suamiku cemberut. Aku tahu apa yang sudah di lakukan Meira begitu membekas di hati suamiku. Pun Mas Gavrielle sudah berusaha memperbaiki dirinya selama ini.“Kamu sudah bisa nebak kan siapa yang datang?” Mas Gavrielle langsung mengambil kemeja dan berpakaian.“Aku ikut papa saja ke pengadilan, Ren.”Keputusan Mas Gavrielle dalam sekejap bisa berubah.“Nanti kita ngobrol lagi ya, Sayang. Maaf, aku bener-bener nggak bisa nemani kamu. Cepetan sembuh ya istri kesayanganku.”Klek.Pintu kamarku di buka dari luar. Tak menyangka sama sekali kalau Dito yang membuka pintu. Saat Mas Gavrielle mencium dahiku, Dito melebarkan bukaan daun pintu.“Renata.” Sapanya. ”Boleh masuk kan?”Kepalang tangg

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status